SKENARIO MENGHANCURKAN KPK
Berawal dari penetapan
Budi Gunawan sebagai tersangka, Komisi Pemberantasan Korupsi menghadapi badai
tak kunjung reda. Pertama serangan terhadap ketua KPK, Abraham Samad, kemudian
menyusul komisioner lainnya, dari Bambang Widjojanto, Adnan Pandu dan akhirnya
Zulkarnain. Dosa kesalahan masa lalu mereka pun dicari lalu dibuka. Badai yang
melanda para pimpinan KPK ini bisa dikatakan sebagai wujud menghancurkan KPK.
Kenapa disebut
penghancuran KPK? Masyarakat menilai bahwa KPK di bawah kepemimpinan Abraham
Samad cs sudah bekerja optimal. Mereka adalah orang-orang kuat. Ada banyak
pejabat yang diringkus karena kasus korupsi. Tentulah kehadiran Abraham Samad
cs menjadi momok bagi pelaku koruptor, atau calon koruptor. Berbagai usaha
untuk melemahkan KPK, misalnya lewat RUU, selalu menghadapi kegagalan; malah
dihujat oleh masyarakat. Karena itu, tindakan mudahnya adalah menyingkirkan
para pimpinannya dan menggantikannya dengan orang-orang yang lemah.
Maka dibuatlah rencana
untuk menghancurkan aktor di balik KPK ini. Saya menduga, semoga dugaan ini
keliru, PDIP berada di balik rancangan ini. Semua ini tak lepas dari naiknya
popularitas Jokowi dalam setiap polling
calon presiden. Ketika peluang menang ada, dibuatlah rancangan calon pendamping
Jokowi, sebagai presiden.
Perlu diketahui bahwa
bukan Abraham Samad yang melamar diri menjadi calon pendamping Jokowi dalam
pilpres 2014, tetapi dirinya dilamar oleh PDIP. Saya melihat ini merupakan
sebuah trik. Maklum, politik itu busuk. Segala cara dilakukan untuk mencapai
tujuan. Abraham Samad “diangkat lalu ditendang”; ditimang-timang kemudian
dibuang. Maka terjadilah beberapa pertemuan antara Abraham Samad dengan
beberapa pengurus PDIP yang mengurus hal ini.
PDIP sebenarnya tahu
bahwa pertemuan ini merupakan senjata untuk menyerang Abraham Samad. Sementara
Abraham Samad terbuai oleh jabatan wakil presiden, yang konon dikatakan kepadanya
sangat strategis untuk mewujudkan mimpinya. Maka disetting drama penolakan Budi Gunawan atas pencalonan Abraham Samad,
sehingga memancing emosi Abraham Samad. Dan semua adegan ini direkam dengan
sangat baik. Karena itu, ketika Budi Gunawan ditetapkan sebagai tersangka oleh
KPK, muncullah masalah pertemuan tersebut.
Apa kepentingan PDIP
dan Budi Gunawan di balik kehancuran KPK ini? Keduanya terkait dengan kasus
korupsi. PDIP dengan kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia; dan Budi Gunawan
dengan kasus rekening gendut. Kasus BLBI selalu menyeret nama Megawati, dan
sebagaimana yang sudah diketahui umum, Megawati adalah PDIP. Dengan
menghancurkan KPK, bisa dikatakan kasus BLBI dan kasus rekening gendut di
kepolisian, termasuk yang menyeret Budi Gunawan, akan terhambat proses penyidikannya,
bahkan semakin sulit dibongkar. Karena itu, PDIP akan “menembak” Abraham Samad
dengan amunisi pertemuan politik tadi, sedangkan Budi Gunawan “menembak”
pimpinan KPK lainnya.
Jika semua pimpinan KPK
tertembak dengan kasus, terbuka peluang “takhta” KPK kosong. Hal ini tentu akan
menuntut presiden akan mencari lagi orang. Dan jika presidennya dari PDIP,
bukan tidak mungkin jabatan-jabatan pimpinan KPK akan diisi oleh orang-orang
yang mudah diatur. Bukankah kewenangan menentukan nama pengurus KPK ada di
tangan presiden? Dan untuk semakin memuluskan niat ini, dijalinlah kerja sama
dengan anggota dewan agar ketika proses fit
and proper test calon yang diajukan presiden tidak menemui hambatan.
Karena itu wajar saja
bila Hasto kemudian melaporkan masalah pelanggaran etik Abraham Samad terkait
pertemuannya dengan pengurus PDIP kepada DPR. Bukankah di KPK ada Dewan Etik?
Kenapa Hasto tidak melaporkannya ke sana? Mudah ditebak. Semua punya
kepentingan yang sama: agar kasus-kasus korupsi masa lalu tidak terbongkar dan ke
depan peluang korupsi terbuka lebar.