Sama
seperti Bapa memiliki keberpihakan kepada ‘orang-orang kecil’, Yesus juga
berbicara kepada mereka yang menderita dan terbebani. Pengabdian penuh dari
Yesus kepada Bapa, dan kelembutan serta kerendahan hati-Nya bukanlah model
orang yang mengundurkan diri, Dia juga bukan saja korban melainkan menjalani
kondisi ini dari hati dengan transparansi penuh untuk kasih Bapa, yaitu untuk
Roh Kudus. Yesus adalah model dari orang miskin dalam roh dan model semua orang
terberkati dari Injil, yang melakukan kehendak Allah dan memberi kesaksian
tentang Kerajaan-Nya. Demikianlah penjelasan Paus Fransiskus dalam sambutan Doa
Angelus bersama umat beriman yang berdiri seraya menjaga jarak di Lapangan
Santo Petrus di hari Minggu, 5 Juli 2020.
Paus
Fransiskus menunjukkan bahwa penghiburan yang Kristus berikan kepada orang yang
lelah dan tertindas bukan hanya bantuan psikologis atau amal kasih, melainkan
sukacita orang miskin untuk diinjili dan untuk menjadi pembangun umat manusia
yang baru. Menurut Paus Fransiskus, bacaan Injil hari Minggu terbagi atas tiga
bagian. Pertama, Yesus memanjatkan
doa berkat dan ucapan syukur kepada Bapa, karena Ia mewahyukan kepada orang
miskin dan kepada orang sederhana tentang misteri Kerajaan Sorga. Kedua, Yesus mengungkapkan hubungan
intim dan unik antara Dia dan Bapa. Ketiga,
Yesus mengajak kita datang kepada-Nya dan mengikuti-Nya untuk menemukan
kelegaan.
Ketika
bersyukur kepada Bapa, Yesus menjelaskan bahwa Dia memuji-Nya karena
menyembunyikan rahasia Kerajaan-Nya bagi orang-orang yang secara ironis
disebutnya “orang bijak dan orang pandai”. Paus Fransiskus menjelaskan, Yesus
menyebut mereka begitu terselubung ironi, karena mereka tampaknya demikian dan
karena itu mempunyai hati tertutup. Tetapi Yesus mengatakan bahwa
misteri-misteri Bapa-Nya dinyatakan kepada “anak-anak kecil”, yaitu orang-orang
yang dengan percaya diri membuka diri terhadap Sabda Keselamatan-Nya, yang
merasakan kebutuhan akan Dia dan mengharapkan segala sesuatu dari Dia.