Selasa, 16 Juli 2013

(Pencerahan) UANG dan KORUPSI

UANG DAN KORUPSI
Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Batania, tempat Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan bersama Yesus adalah Lazarus. Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.

Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?”

Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. (Yoh 12: 1 – 6).

Uang itu memang menggoda, karena ia merupakan salah satu bentuk godaan. Uang, sebagai godaan, masuk dalam kelompok harta kekayaan. Oleh karena itu, orang yang selalu atau sering bersentuhan dengan uang (seperti kasir, bendahara, dll) adalah orang pertama yang digoda atau tergoda.

Contoh di atas sudah membuktikan. Yudas Iskariot adalah pemegang kas kelompok para murid. Dia memegang uang. Dan uang itu juga yang menggoda dia. Makanya Injil mengatakan bahwa ia sering mengambil uang dalam kas. Bahkan karena tergoda dengan uang juga dia rela menyerahkan Yesus untuk ditangkap dan lalu dibunuh.

Kita juga tentu masih ingat dengan Muhammad Nazaruddin, mantan bendahara Partai Demokrat, atau Gayus HP Tambunan, pegawai pajak yang terlibat korupsi. Mereka-mereka ini selalu bersentuhan dengan uang. Nazaruddin bersentuhan dengan uang kas partai, sedangkan Gayus bersentuhan dengan uang wajib pajak. Karenanya, uang itu juga yang menggoda mereka untuk korupsi.

Apakah korupsi terjadi karena iman yang lemah? Bisa iya, bisa juga tidak. Namun harus diingat bahwa sekuat apapun iman seseorang, jika terus menerus digedor dengan godaan tadi, pastilah benteng imannya lemah juga. Tak tergantung siapa orangnya, dari awam maupun imam, pria ataupun wanita. Bayangkan, setiap hari bersentuhan dengan godaan itu. Yesus sendiri pernah mengatakan bahwa sekalipun roh itu memang penurut, namun daging lemah, sehingga kita harus waspada supaya tidak terjatuh ke dalam godaan (Mat 26: 41).

Bukan lantas berarti iman itu tidak ada gunanya. Iman tetap dibutuhkan. Akan tetapi iman yang kuat ini harus ditunjang dengan adanya transparansi laporan keuangan. Iman yang dibantu dengan transparansi akan membuat orang tahan terhadap godaan uang. Transparansi merupakan salah satu langkah pencegahan agar orang tidak larut dalam godaan uang dalam tindakan korupsi. Karena korupsi itu tumbuh dalam suasana ketertutupan.

Orang Kudus 16 Juli: St. Reinildis

Santa reinildis, martir
Reinildis dikenal sebagai seorang martir abad ke-7. Ibunya Amalberga dan saudarinya Gudula dihormati juga sebagai orang kudus. Reinildis menggunakan seluruh warisannya untuk mendirikan biara. Kecuali itu, ia pun suka beramal dan kemudian mati dibunuh ketika sedang berdoa di gereja Saintes, Belanda.

sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Selasa Biasa XV-C

Renungan Hari Selasa Biasa XV, Thn C/I
Bac I   : Kel 2: 1 – 15a; Injil           : Mat 11: 20 – 24

Bacaan pertama hari ini bercerita tentang Musa. Sekalipun dibesarkan dalam lingkungan Mesir, ia tidak lupa akan darah Israelnya. Yang menarik dari cerita ini adalah aksi Musa membela yang lemah dan menegakkan kebenaran. Ini terlihat dari tindakan Musa membunuh orang orang Mesir yang memukul orang Israel serta melerai pertikaian sesama orang Israel. Singkatnya, Musa ingin menegakkan kebaikan.

Dalam Injil Yesus menyampaikan kecaman-Nya atas kota-kota yang tidak bertobat. Artinya, Yesus mau mengajak umat untuk meninggalkan perilaku jahatnya dan mulai berbuat baik. Yesus sudah memberikan contoh lewat mujizat-mujizat dengan harapan terjadinya pertobatan. Dengan kata lain, Yesus hendak menegakkan kebenaran dan kebaikan dalam kehidupan umat.

Hari ini sabda Tuhan menampilkan dua figur teladan. Melalui Nabi Musa kita diajak untuk selalu membela yang lemah dan menegakkan kebenaran; dengan kata lain kita harus senantiasa melakukan kebaikan. Melalui Yesus, yang adalah juga Musa Baru, kita diajak melakukan dan menanamkan kebaikan sebagai buah dari pertobatan. Sabda Tuhan menghendaki agar kita mengikuti teladan Musa dan Yesus: senantiasa menaburkan benih-benih kebaikan.

by: adrian