Rabu, 30 Juli 2014

Ciri Umum Geng Anak

CIRI-CIRI GENG ANAK-ANAK
      ·        Geng anak-anak merupakan kelompok bermain
      ·        Untuk menjadi anggota geng, anak harus diajak
      ·        Anggota geng terdiri dari jenis kelamin yang sama
    ·        Pada mulanya geng terdiri dari tiga atau empat anggota, tetapi jumlah ini meningkat dengan bertambah besarnya anak dan bertambahnya minat pada olah raga
      ·        Geng anak laki-laki sering terlibat dalam perilaku sosial buruk daripada anak perempuan
    ·        Kegiatan geng yang popular meliputi permainan dan olah raga, pergi ke bioskop dan berkumpul untuk berbicara atau makan bersama
   ·        Geng mempunyai pusat tempat pertemuan, biasanya yang jauh dari pengawasan orang-orang dewasa
    ·        Sebagian besar kelompok mempunyai tanda keanggotaan, misalnya anggota kelompok memakai pakaian yang sama
    ·        Pemimpin geng mewakili ideal kelompok dan hampir dalam segala hal lebih unggul daripada anggota-anggota yang lain.

sumber: Elizabeth B. Hurlock, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5). Jakarta: Erlangga, 1980, hlm. 156.

Orang Kudus 30 Juli: St. Yustinus de Yakobis

SANTO YUSTINUS DE YAKOBIS, USKUP & PENGAKU IMAN
Yustinus lahir di San Fele, Italia pada tanggal 9 Oktober 1800. Dari empatbelas orang bersaudara, Yustinus adalah anak ketujuh dalam keluarganya. Ketika masih kecil, ia tinggal di Napoli. Kemudian pada umur 18 tahun, ia masuk Kongregasi Misi di tempat asalnya. Ia benar-benar menghayati panggilannya dengan konsekuen. Menurut kesan kawan-kawannya, ia adalah seorang biarawan yang dicintai Tuhan dan sesama manusia, karena sifat-sifatnya yang menyenangkan banyak orang: rendah hati, ramah dan suka bergaul dengan siapa saja. Setelah ditabhiskan menjadi imam, ia bekerja di antara orang-orang miskin dan melarat di luar kota. Ia membantu mendirikan pusat Kongregasi baru di Napoli dan kemudian diangkat sebagai superior di Lecce. Ia dikenal luas oleh banyak orang karena tindakan-tindakannya di luar acara rutin sehari-hari. Ia memelihara dan merawat para penderita wabah kolera di Napoli tanpa mengenal lelah dan menghiraukan kesehatannya sendiri. Karena itu semua orang sangat menghormati dan mencintai dia.

Pada tahun 1839 ia diutus sebagai Prefek dan Vikaris Apostolik ke Etiopia, sebuah daerah misi baru di benua Afrika. Di sana selama dua tahun, ia memusatkan perhatiannya pada usaha mengenal segala sesuatu menyangkut negeri itu: rakyatnya, bahasanya dan adat istiadatnya. Dengan sifat-sifatnya yang baik dan cara hidupnya yang menarik, ia berhasil menghilangkan kecurigaan rakyat setempat. Kata-katanya yang menawan dan lembut memberi kesan pada hati banyak orang bahwa kehadirannya di tengah mereka adalah sebagai sahabat dan pelayan bagi mereka.

Meskipun ia berhasil sekali dalam tugasnya, namun ia sama sekali tidak terlepas dari banyak kesulitan seperti semua orang lain yang memperjuangkan keluhuran hidup. Tidak sedikit pemuka rakyat iri hati dan membenci dia. Kesulitan besar datang tatkala William Massaia diangkat sebagai Uskup Etiopia. Salama, seorang pemuka Gereja Optik melancarkan kampanye anti Gereja Katolik. Oleh pemimpin setempat, Kolose-kolose Katolik ditutup dan agama Katolik dihalang-halangi perkembangannya. Uskup William Massaia diusir pulang ke Aden. Sebelum berangkat, Uskup Massaia dengan diam-diam mengangkat Yustinus de Yakobis sebagai uskup di Massawa. Sebagai uskup, Yakobis menahbiskan 20 orang imam asal Etiopia untuk melayani umat Katolik yang berjumlah 5000 orang dan membuka kembali kolose-kolose.

Pada tahun 1860, Kadaref Kassa menjadi raja. Ia segera mendesak Salama untuk kembali melancarkan pengejaran terhadap semua orang beragama Katolik. Uskup Yakobis sendiri ditangkap dan dipenjarakan selama beberapa bulan. Uskup Yakobis menghabiskan masa hidupnya di sepanjang pantai Laut Merah. Dalam perjalanannya menuju ke Halai, ia jatuh sakit karena keletihan dan kurang makan. Ia meninggal dunia pada tanggal 31 Juli 1860 di lembah Alghedien.

Baca juga riwayat orang kudus 30 Juli
St. Petrus Krisologus

Renungan Hari Rabu Biasa XVII - Thn II

Renungan Hari Rabu Biasa XVII, Thn A/II
Bac I   : Yer 15: 10, 16 – 21; Injil           : Mat 13: 4446;

Sabda Tuhan hari ini mau berbicara mengenai sikap kita terhadap hal-hal rohani. Dalam bacaan pertama hal-hal rohani itu dinyatakan dengan perkataan atau firman Allah. Dalam kitabnya, Yeremia mengatakan bahwa sikapnya ketika berhadapan dengan firman Allah adalah sukacita dan menikmatinya. Bagi Yeremia sabda Tuhan jauh lebih berharga dan lebih baik dari sekedar obrolan atau senda gurau dengan sesama. Di sini Yeremia meminta umat untuk mengikuti semangatnya dalam mencari dan menerima sabda Tuhan.

Dalam Injil, hal-hal rohani itu diungkapkan dengan istilah Kerajaan Sorga. Injil hari ini menampilkan pengajaran Tuhan Yesus tentang Kerajaan Sorga yang disampaikan-Nya dalam bentuk perumpamaan. Melalui perumpamaan itu terlihat bahwa Kerajaan Sorga merupakan sesuatu yang amat sangat berharga dan penting bagi hidup sehingga orang rela menjual seluruh miliknya demi mendapatkan sesuatu itu. Sekalipun seluruh miliknya dijual, orang itu tidak merasa sedih atau cemas akan hidupnya kelak. Sebaliknya ia merasa sukacita. Di sini Tuhan Yesus menyatakan bahwa berhadapan dengan Kerajaan Sorga orang mesti bersukacita dan berusaha untuk mendapatkannya.

Sabda Tuhan hari ini pertama-tama mau menyadarkan kita bahwa hal-hal rohani itu merupakan sesuatu yang berharga dan penting dalam kehidupan kita sehingga kita harus berjuang mengusahakannya. Dalam perjuangan itu kita dituntut untuk rela berkorban, mengorbankan sesuatu yang sudah sekian lama menjadi milik kita. Dan dalam berkorban itu, hendaknya kita melakukannya dengan sukacita, bukan dengan kekecewaan atau sedikit kesedihan karena ada yang hilang dari diri kita. Inilah yang dikehendaki Tuhan melalui sabda-Nya.

by: adrian