Senin, 19 Mei 2014

(Inspirasi Hidup) Jangan Menilai dari Kesan Sesaat

JANGAN HANYA MENGIKUTI KESAN

Film “Pride & Prejudice” menampilkan lika-liku perjalanan cinta dua anak manusia: Elizabeth dan Darcy. Pertemuan pertama mereka terjadi di sebuah pesta yang diselenggarakan seorang bangsawan Bingley, yang juga merupakan teman baik Darcy. Ketika melihat Tuan Darcy untuk pertama kali, Elizabeth mempunyai kesan kalau Darcy adalah orang yang angkuh, suka memandang rendah orang lain termasuk Elizabeth, jahat. Intinya, tak ada kebaikan dalam diri Tuan Darcy. Inilah kesan pertama Elizabeth setelah melihat penampilan Darcy. Hal ini membuat Elizabeth tidak suka padanya, walau hati kecilnya berkata lain.

Kesan Elizabeth ini diperkuat dengan pernyataan Wickham yang dikenal Elizabeth saat berbelanja. Wickham, seorang tentara, adalah teman masa kecil Darcy, sehingga ia kenal siapa Darcy. Informasi dari Wickham membuat Elizabeth semakin tidak menyukai Darcy, meski awalnya ada benih cinta di hatinya. Akhirnya Elizabeth lebih memilih Wickham. Namun pilihannya ini menimbulkan kecemburuan dalam diri Darcy.

Elizabeth menyadari kalau sebenarnya Darcy menyukainya. Akan tetapi ia menolak. Elizabeth hanya mau menikah dengan orang yang benar-benar ia cintai. Kesan pertamanya terhadap Darcy membuat cintanya itu sirna. Dan ternyata kesan Elizabeth ini sama juga dengan penilaian saudarinya dan juga kedua orang tuanya. Mereka juga tidak menyukai Darcy karena sombong dan beberapa sifat buruk dari penglihatan awal mereka.

Akan tetapi, berbagai peristiwa yang dilihat Elizabeth berkaitan dengan Darcy, serta pengakuan jujur dari Darcy membuka mata Elizabeth. Ternyata cinta itu tidak buta. Cinta membuka kebutaan. Namun Elizabeth sudah terlanjur memburukkan Darcy. Nasi sudah menjadi bubur. Akankah cinta Elizabeth tertambat di pelabuhan hati Darcy?

Film Pride & Prejudice benar-benar menampilkan kekuatan cinta. Sekalipun tantangan dan halangan melanda, namun kekuatan cinta dapat mengatasinya. Darcy dan Elizabeth bertemu dan hidup dalam cinta.

Film ini sungguh memberi inspirasi hidup pada kita. Ada banyak hal yang diberikan film ini, namun satu hal yang mau disampaikan di sini adalah: janganlah kita menilai seseorang itu hanya dari kesan. Kesan timbul dari apa yang kita lihat di permukaan, bukan di dalam. Elizabeth, setelah masuk “ke dalam” kehidupan Darcy, betapa kesannya selama ini salah.

Ada banyak hal yang tidak kita ketahui tentang teman, rekan, sahabat, pacar atau lainnya. Karena itu, janganlah kita membuat penilaian berdasarkan kesan sesaat. Mungkin kita terkesan seseorang itu baik, maka kita menilainya baik dan kita pun suka padanya. Mungkin kita terkesan seseorang itu tidak baik, maka kita mengatakan dia tidak baik dan kita tidak suka padanya. Ketidaksukaan itu diwujudkan dengan menyingkirkannya dari pergaulan atau tidak mau mendengarkan dia. Kita perlu menyadari, bisa saja kesan kita itu salah.
Jakarta, 23 Maret 2014
by: adrian

Orang Kudus 19 Mei: St. Petrus Salestinus

SANTO PETRUS SALESTINUS, PAUS & PENGAKU IMAN
Petrus Morone, demikian nama kecil Santo ini, lahir di Italia pada tahun 1210. Ia berasal dari sebuah keluarga dengan 12 orang anak. Petrus adalah anak kesebelas dari kedua belas bersaudara itu. Dari mereka semua, hanya Petrus-lah yang mendapatkan pendidikan formal. Pada umur 20 tahun, ia menjadi pertapa di sebuah gunung dan kemudian ia masuk Ordo Dominikan. Akhirnya ia ditabhiskan menjadi imam dalam ordo itu.

Untuk meluputkan diri dari perhatian dan penghormatan orang, ia masuk lebih jauh ke dalam hutan. Namun akhirnya ia pun tidak bisa terus mengelakkan diri dari kunjungan beberapa orang murid yang setia mencarinya dan ingin memperoleh pendidikan dari padanya. Bersama murid-muridnya ini, ia kemudian mendirikan sebuah pertapaan. Apa yang tidak diinginkannya sama sekali, kini justru terjadi atas dirinya. Sudah 27 bulan lamanya Gereja tidak dipimpin oleh seorang Paus. Para Kardinal belum mencapai kata sepakat untuk memilih seorang Paus. Akhirnya atas dorongan Roh Kudus para Kardinal menemui Petrus di pertapaannya dan memintanya menjadi Paus. Pertapa tua ini sangat keheranan atas pilihan yang dijatuhkan pada dirinya. Ia sendiri merasa tidak mampu menjadi pemimpin Gereja Kristus dan karena itu menolak pilihan itu. Tetapi ia tidak berhasil membendung tawaran Ilahi itu. Atas desakan para Kardinal, ia ditabhiskan menjadi Uskup dan dimahkotai sebagai Paus dengan nama Salestinus.

Untuk melanjutkan hidup tapanya, ia mendirikan sebuah pondok di sekitar halaman kepausan. Tetapi hal ini tidak bisa dipertahankan karena berbagai gangguan berupa urusan-urusan penting Gereja yang menuntut penyelesaian segera, dan para tamu agung yang harus dilayani. Kecuali itu, Raja Karlo dari Napoli, penipu yang pintar dan licik, menyalahgunakan kejujuran dari Salestinus untuk kepentingan dirinya sendiri. Gereja menderita kerugian besar karena ulah Raja Karlo. Demi keamanan di dalam tubuh Gereja, Salestinus -- yang sudah tidak berdaya menangani semua masalah Gereja -- meletakkan jabatannya yang baru berjalan empat bulan di depan para Kardinal. Ia lebih senang menghabiskan sisa hidupnya dengan menjalani hidup tapa di pegunungan. Tetapi keinginannya untuk kembali bertapa itu tidak direstui oleh para Kardinal. Sebagai gantinya ia diberikan sebuah tempat pertapaan yang sunyi di dalam sebuah puri. Di dalam puri ini, beliau kembali kepada pergaulan mesra dengan Allah dan para Orang Kudus. Katanya: “Saya tidak menginginkan sesuatu yang lain daripada sebuah kamar sederhana untuk berdoa.” Pada tahun 1296 dalam usia 86 tahun, ia meninggal dunia di dalam puri itu
.

Renungan Hari Senin Paskah V - A

Renungan Hari Senin Paskah V, Thn A/II
Bac I   : Kis 14: 5 – 18; Injil          : Yoh 14: 21 – 26;

Pada renungan Sabtu Paskah IV sudah sedikit disinggung tentang dimensi lain dari Allah, yaitu Roh Kudus. Dalam Injil hari ini Yesus menyinggung juga soal Roh Kudus dalam pengajaran-Nya kepada murid-murid. Hal ini dikaitkan dengan tak lama lagi Yesus ada bersama mereka. Yesus menegaskan bahwa setelah Dia pergi, maka Roh Kudus, yang disebut juga Penghibur, “akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.” (ay. 26). Roh Kudus tidaklah hadir dalam wujud manusia, melainkan roh atau spirit. Akan tetapi Roh Kudus hadir dalam diri manusia.

Spirit Roh Kudus inilah yang diperlihatkan Paulus dan Barnabas dalam bacaan pertama. Dikisahkan bahwa mereka disiksa dan dilempari batu, namun mereka tidak melawan dan tidak juga menyerah. Malah mereka menyingkir. Mereka menyembuhkan orang lumpuh tanpa berminat mencari popularitas. Apa yang mereka lakukan mengingatkan kita akan apa yang pernah dikatakan Yesus kepada para murid. Dan pengajaran mereka pun merupakan kelanjutan dari pengajaran Yesus.

Seperti yang kita ketahui, umat islam meyakini bahwa apa yang dikatakan Yesus tentang Roh Kudus ini merupakan bukti ramalan kedatangan Muhammad sebagai nabi pengganti Yesus Kristus. Ada banyak ahli menyibukkan diri dengan penelaahan istilah Roh Kudus yang memiliki kedekatan bunyi dan makna dengan nama Muhammad. Dalam Injil Yesus sudah memberikan patokan untuk menilai Roh Kudus itu, yaitu mengingatkan kita akan apa yang pernah diajarkan Yesus dan melanjutkan pengajaran-Nya. Dengan patokan ini kita bisa menilai apakah seseorang itu dikuasai Roh Kudus atau tidak.

by: adrian