Senin, 16 Desember 2013

(Inspirasi Hidup) Kesetiaan Suami Isteri

YANG DISATUKAN ALLAH, JANGAN DICERAIKAN MANUSIA
Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acara pernikahannya sungguh megah. Semua kawan dan anggota keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan.

Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria dalam tuxedo hitam yang gagah. Setiap pasang mata yang memandang setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.

Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya, “Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan,” katanya sambil menyodorkan majalah tersebut.

“Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita. Kemudian, kita akan membahas bagaimana mengubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia …”

Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikkan mereka bersama. Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing.

Pagi harinya, ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya. “Aku akan mulai duluan ya,” kata sang istri. Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3 halaman …. Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak disukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa airmata suaminya mulai mengalir.

“Maaf, apakah aku harus berhenti?” Tanyanya. 

“Oh tidak, lanjutkan…,” jawab suaminya. 

Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan manis di atas meja dan berkata dengan bahagia. “Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu.”

Dengan suara perlahan suaminya membuka lipatan kertasnya yang kosong putih bersih lalu berkata, “Aku tidak mencatat sesuatu pun di kertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin mengubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku. Tidak satu pun dari pribadimu yang kudapati kurang…."

Sang istri tersentak terdiam beberapa saat sebelum memeluk sang suami. Mereka larut dalam haru. Suatu pembaharuan janji perkawinan telah tercipta lagi pagi itu.

Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan, dan menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal yang indah?

(Anonim)

Orang Kudus 16 Desember: St. Teofanu

SANTA TEOFANU, JANDA
Informasi mengenai orang kudus ini masih sangat terbatas. Yang pasti Teofanu hidup pada abad IX. Ia adalah permaisuri Kaisar Leon VI yang diceraikan dan dibuang oleh suaminya. Ia kemudian menghabiskan tahun-tahun sisa hidupnya dalam suasana doa dan kontemplasi di sebuah biara di Konstantinopel. Hidupnya sangat saleh. Teofanu meninggal dunia pada tahun 897.

Renungan Hari Senin Adven III - A

Renungan Hari Senin Adven III, Thn A/II
Bac I   : Bil 24: 2 – 7, 15 – 17a; Injil      : Mat 21: 23 – 27

Injil hari ini mengisahkan sedikit “perdebatan” antara Yesus dengan imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi. Mereka ini masuk ke dalam golongan orang yang menguasai ilmu agama dan kitab Taurat. Mereka mempertanyakan asal kuasa Yesus. Untuk menjawab pertanyaan itu, Yesus mengajukan pertanyaan balik. Dari jawaban itu, mereka akan tahu jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. Sebenarnya mereka tahu jawabannya, namun mereka tidak mau menjawab. Mereka ibarat orang yang matanya terbuka tapi tidak melihat.

Berbeda dengan gambaran Nabi Bileam dalam bacaan pertama. Dikatakan bahwa Bileam merupakan “orang yang terbuka matanya.” (ay. 3), sekalipun ia rebah, namun matanya masih tersingkap sehingga ia tetap melihat.  Dengan hati terbuka inilah Bileam dapat melihat penglihatan dari Allah.

Dewasa ini banyak manusia tidak buta, tapi mereka tidak bisa melihat. Sama seperti yang dinubuatkan Yeremia (5: 21) dan Yehezkiel (12: 2). Sabda Tuhan hari ini mau mengajak kita untuk bersikap seperti Bileam, bukan seperti para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi. Kita diminta untuk untuk membuka hati agar bisa melihat dengan mata hati. Dengan ini kita dapat mengetahui kehendak Allah dalam kehidupan kita.

by: adrian