PENDIDIKAN SEKS UNTUK ANAK-ANAK
Kekerasan seksual terhadap
anak dewasa ini memunculkan pemikiran perlunya pendidikan seks ditanamkan sejak
usia dini. Banyak ahli menilai bahwa pendidikan seks yang baik dan benar,
sedikitnya dapat mengatasi atau mengurangi kejahatan seks terhadap anak, karena
anak sudah memiliki bekal untuk menghadapinya.
Akan tetapi, tuntutan akan
pendidikan seks usia dini ini berbenturan dengan kebingungan sebagian kalangan
orangtua tentang bagaimana menerapkan pendidikan seks yang tepat itu kepada
anaknya. Terlebih lagi, norma dan kebiasaan yang berlaku masih menganggap seks
sebagai sesuatu yang tabu.
Karena itulah, psikolog Vera
Itabiliana Hadiwijojo berpendapat bahwa langkah pertama untuk penerapan
pendidikan seks ini adalah perubahan pola pikir, khususnya para orangtua. Seks
tidak lagi dianggap sebagai tabu. Dengan perubahan ini, orangtua akan lebih
nyaman menyampaikan segala sesuatu terkait dengan seks, dengan kata yang
sederhana dan mudah dipahami anak.
Pendidikan seks untuk anak mempunyai
2 fungsi, yaitu internal dan eksternal. Fungsi internal bertujuan membangun
kesadaran anak akan tubuhnya. Pemahaman akan tubuh di sini tidak hanya sebatas
organ seksualitas saja, melainkan juga tubuh secara keseluruhan. Anak diajak
untuk menjaga, menghargai dan menghormati tubuh mereka sendiri, sebelum
menuntut orang lain menghargainya.
Terkait dengan fungsi
internal ini, ada 3 hal yang perlu diperhatikan untuk disampaikan kepada anak:
1.
Tidak
Merusak Tubuh
Orangtua perlu mengatakan kepada anak bahwa tubuh
merupakan anugerah Tuhan. Orangtua bisa membuat perbandingan dengan hadiah
orangtua kepada anak. Tanyakan kepada anak, apa perasaan orangtua jika
hadiahnya dirusaki oleh anak? Pastilah jawabannya kecewa. Nah, demikian pula
Tuhan akan kecewa jika kita merusak tubuh kita.
Hal-hal yang dapat merusak tubuh adalah seperti merokok,
narkoba, implan, dll. Orangtua perlu menjelaskan bahaya-bahaya merokok,
narkoba, silikon bagi tubuhnya. Dengan penjelasan ini, akan terbangun kesadaran
anak untuk menjaga tubuhnya sendiri.
2.
Tidak
Mencemarkan Tubuh
Di sini orangtua perlu kembali menjelaskan soal tubuh
sebagai anugerah Tuhan. Harus dijelaskan siapa “pemilik” tubuh sebenarnya. Hal
ini bertujuan supaya anak tidak mudah memberikan tubuhnya kepada orang lain untuk
disalahgunakan demi kepentingan komersial atau pribadi.
Hal-hal yang dapat dikategorikan mencemarkan tubuh adalah
seperti foto-foto telanjang, narsisme dan eksibisionisme. Jadi, kepada anak
perlu juga dijelaskan soal pornografi yang ada di media sosial. Dengan
penjelasan ini akan terbangun kesadaran anak untuk tidak “telanjang di depan
kamera”.
3.
Merawat
Tubuh
Di sini lebih pada soal kesehatan organ seks. Kepada anak
dijelaskan bahwa yang pertama sekali bertanggung jawab atas tubuhnya adalah
dirinya sendiri. Hal ini berkaitan juga dengan urusan organ seksnya seperti
vagina dan payudara untuk anak putri, dan penis untuk anak putra. Kepada anak
harus dijelaskan kaitan antara kebersihan dan kesehatan. Ini bisa menggunakan
juga perbandingan kiasan lainnya. Intinya, anak diajak untuk paham dan mau
menjaga kebersihan organ seksnya.