Selasa, 31 Mei 2016

Renungan Hari Minggu Paskah II - B

Renungan Hari Minggu Paskah II, Thn B/I
Bac I    Kis 4: 32 – 35; Bac II                        1Yoh 5: 1 – 6;
Injil      Yoh 20: 19 – 31;

Hari ini merupakan pekan kedua Minggu Paskah. Dalam tradisi Gereja Katolik, Minggu Paskah kedua ini dikenal juga sebagai Minggu Kerahiman Ilahi. Bacaan-bacaan liturgi hari ini memiliki tema tentang percaya. Kepercayaan itu ditujukan kepada Kristus yang telah bangkit. Inilah yang hendak ditekankan dalam Injil hari ini. Injil berkisah tentang penampakan Tuhan Yesus yang bangkit kepada para murid, secara khusus Thomas. Ada kesan bahwa maksud dari penampakan-penampakan Tuhan Yesus adalah supaya para murid percaya, bukan hanya bahwa Dia telah bangkit, tetapi juga bahwa Dia adalah Kristus. Dengan kepercayaan ini para murid diajak untuk mengimani-Nya.

Bacaan pertama dan kedua memuat konsekuensi dari percaya pada Tuhan Yesus. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Kisah Para Rasul, dikisahkan kehidupan para murid yang percaya kepada Kristus. Kata “percaya” di sini bisa juga dipahami dengan beriman. Dan mereka yang beriman ini dikatakan hidup “sehati dan sejiwa”. Singkat kata, mereka hidup dalam persaudaraan, kasih dan damai. Semangat ini membuat mereka tidak terlalu memperhatikan kepentingan diri sendiri, melainkan bersama.

Apa yang dihidupi para jemaat perdana dalam bacaan pertama, kembali ditegaskan Yohanes dalam bacaan kedua. Dalam suratnya yang pertama, Yohanes menyatakan bahwa setiap orang yang percaya bahwa Yesus adalah Kristus, harus mengasihi Allah dan sesamanya. Yohanes menekankan juga bahwa orang-orang yang percaya ini harus juga menuruti perintah-Nya. Tentulah umat sudah tahu bahwa perintah utama Tuhan adalah kasih yang ditujukan kepada Allah dan sesama.

Sabda Tuhan hari ini mau menegaskan kepada kita bahwa Yesus yang bangkit adalah Tuhan, yang telah menebus kita. Tuhan hendak mengajak kita untuk percaya dan mengimani-Nya. Berkaitan dengan Minggu kerahiman ilahi, kita diajak untuk mengimani kerahiman-Nya. Tuhan Yesus adalah andalan kita. Kepada-Nya kita percaya bahwa pada-Nya ada kerahiman. Berkat kerahiman-Nya, dosa-dosa kita diampuni. Akan tetapi, kepercayaan kita menuntut konsekuensi. Kita diminta untuk hidup dalam kasih satu dengan yang lain. Sebagaimana Tuhan telah mengampuni dosa kita, maka kita pun diminta untuk saling mengampuni kesalahan sesama.

by: adrian

Renungan Pesta St. Simon & Yudas, Rasul - B

Renungan Pesta St. Simon & Yudas, Thn B/I
Bac I  Ef 2: 19 – 22; Injil           Luk 6: 12 – 19;

Hari ini Gereja Semesta mengajak kita untuk bergembira merayakan pesta Santo Simon dan Yudas. Kedua orang kudus ini termasuk dalam bilangan duabelas rasul Tuhan Yesus. Mereka adalah orang pilihan Tuhan Yesus, sebagaimana yang diceritakan dalam Injil hari ini (ay. 13). Pilihan ini bukan didasarkan pada prestasi, prestise atau kehebatan apapun. Semuanya mutlak karena pilihan Tuhan Yesus. Mereka inilah yang kelak melanjutkan pengajaran Tuhan Yesus ke seluruh penjuru dunia. Yudas mewartakan Injil di Mesopotamia sebelum akhirnya bergabung dengan Simon di Persia (sekarang: Iran). Di sanalah keduanya menemui ajalnya sebagai martir Kristus.
Pemilihan para rasul oleh Tuhan Yesus tidak hanya dilihat sebagai penerus ajaran Tuhan Yesus. Paulus, dalam bacaan pertama, yang diambil dari suratnya kepada jemaat di Efesus, melihat para rasul merupakan dasar Gereja (ay. 20). Gereja merupakan perkumpulan keluarga Allah. Karena disatukan oleh pengajaran para rasul, maka sekat-sekat pemisah dalam keluarga tersebut harus disingkirkan. Semua orang menjadi satu keluarga, “kawan sewarga” (ay. 19). Jadi, sama seperti Tuhan Yesus memilih orang untuk menjadi rasul-Nya tanpa memandang prestasi, prestise atau kehebatan apapun, umat yang berkumpul dalam satu keluarga Allah ini menghilangkan sekat-sekat pemisah itu.
Gereja merupakan persekutuan umat Allah yang berasal dari beraneka latar belakang budaya, sosial dan ekonomi. Tak jarang perbedaan ini menjadi pemisah satu dengan yang lain. Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa kita, oleh pengajaran para rasul, menjadi satu keluarga. Yesus Kristus sebagai kepalanya. Karena itu, Tuhan menghendaki supaya kita menyingkirkan sekat-sekat pemisah di antara kita, misalnya seperti status sosial, ekonomi, ras, golongan bahkan agama. Kita hendaknya menerima sesama kita dalam keluarga Allah ini tanpa memandang statusnya.***
by: adrian

Renungan Hari Selasa Biasa XXX - Thn I

Renungan Hari Selasa Biasa XXX, Thn B/I
Bac I  Rom 8: 18 – 25; Injil                 Luk 13: 18 – 21;

Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus memberikan pelajaran tentang kerajaan Allah dengan menggunakan perumpamaan. Ada dua perumpamaan yang dipakai untuk melukiskan kerajaan Allah itu, yaitu dengan biji sesawi (ay. 19) dan ragi (ay. 21). Dalam dua perumpamaan itu terdapat satu kesamaan, yaitu dari sesuatu yang kecil akhirnya menjadi besar. Pohon yang besar, di mana burung-burung dapat bersarang dan orang bisa berteduh, berasal dari biji yang kecil. Adonan roti dapat mengembang menjadi besar pun karena diberi sedikit ragi. Di sini mau Tuhan Yesus mau menekankan bahwa Kerajaan Allah dapat dimulai dari hal-hal yang kecil, namun manfaatnya besar bagi kehidupan.
Apa yang disampaikan Tuhan Yesus di atas, kembali diungkapkan Paulus dalam bacaan pertama. Dalam suratnya kepada Jemaat di Roma, Paulus menegaskan akan arah perjalanan hidup umat manusia, yaitu “menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan.” (ay. 19). Dan ini menumbuhkan pengharapan akan keselamatan (ay. 24). Karena itu, Paulus mengajak jemaat agar dalam pengharapan itu “kita menantikannya dengan tekun.” (ay. 25). Ketekunan itu berawal dari hal-hal yang kecil dan sederhana.
Dewasa ini manusia sudah dirasuki oleh budaya instan. Orang ingin meraih sukses dengan cepat tanpa menghargai proses. Orang hanya mau melihat hasil yang spektakuler, tanpa memperhatikan proses awalnya. Sabda Tuhan hari ini mengajari kita untuk tidak menganggap remeh hal-hal kecil dan sederhana, apalagi berkaitan dengan tujuan akhir hidup kita. Tuhan menghendaki supaya kita membangun kerajaan Allah di dunia ini dari hal-hal yang sederhana. Dalam ketekunan itulah kerajaan Allah dapat terwujud. Tak perlu menunggu sesuatu yang wah atau luar biasa.***

by: adrian

Renungan Hari Senin Biasa XXX - Thn I

Renungan Hari Senin Biasa XXX, Thn B/I
Bac I  Rom 8: 12 – 17; Injil                 Luk 13: 10 – 17;

Dalam Injil hari ini, Tuhan Yesus mengkritik pandangan orang Yahudi, khususnya kepala rumah ibadat, perihal melakukan kebajikan pada hari sabat. Diceritakan bahwa pada hari sabat itu Tuhan Yesus mengajar di sebuah rumah ibadat. Di sana ada seorang perempuan yang telah 18 tahun hidup dalam penderitaan karena sakit bungkuk punggungnya. Atas dasar belas kasih, Tuhan Yesus menyembuhkannya. Namun tindakan-Nya itu mendapat tanggapan negatif dari kepala rumah ibadat itu. Dalam tindakan-Nya ini Tuhan Yesus mau menunjukkan jiwa merdeka-Nya yang mengatasi kekakuan aturan demi kehidupan manusia. Tuhan tidak mengabdi pada aturan, sebagaimana dicontohkan oleh kepala rumah ibadat, melainkan mengabdi kepada kemanusiaan.
Sikap seperti Tuhan Yesus di atas kembali disuarakan Paulus dalam refleksinya. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, yang menjadi bacaan pertama hari ini, Paulus menegaskan bahwa umat sudah dimerdekakan dan menjadi anak-anak Allah. Dengan menjadi anak-anak Allah, berarti umat menjadi ahli waris kemuliaan Allah. Ada dua konsekuensi untuk ini, yaitu pertama, umat harus mematikan perbuatan-perbuatan daging dalam tubuh. Dengan kata lain, umat diminta untuk tidak hidup menurut daging. Kedua, umat diminta untuk menerima Kristus dan turut menderita bersama-sama dengan Dia.
Dalam kehidupan seringkali kita jumpai orang yang begitu terikat pada peraturan. Memang peraturan itu dibutuhkan untuk terciptanya keteraturan. Akan tetapi, manusia dipanggil buat menjadi budak aturan. Manusia adalah tuan atas peraturan. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk memiliki jiwa merdeka atas peraturan. Bukan berarti kita dapat melanggar peraturan seenaknya saja. Tuhan mengajak kita supaya kita melaksanakan aturan demi kemanusiaan. Hal yang sama ketika diterapkan dalam kehidupan rohani. Tuhan menghendaki agar kita menampilkan diri sebagai anak-anak Allah, karena memang kita sudah dimerdekakan. Dengan kemerdekaan itu, hendaklah kita berjuang mematikan perbuatan daging dalam tubuh kita.***
by: adrian

Renungan Hari Minggu Biasa XXX - B

Renungan Hari Minggu Biasa XXX, Thn B/I
Bac I  Yer 31: 7 – 9; Bac II                  Ibr 5: 1 – 6;
Injil    Mrk 10: 46 – 52;

Bacaan pertama hari ini diambil dari Kitab Nabi Yeremia. Dalam kitabnya, Yeremia menyampaikan firman Allah buat umat Israel, yang saat itu hidup dalam penderitaan. Dalam penderitaan itulah harapan tumbuh. Dan firman Allah mengandung pengharapan itu. Yeremia mengajak umat Israel untuk bersukacita sebab Tuhan akan memenuhi harapan mereka. Di sini terlihat bahwa Tuhan memperhatikan penderitaan umat-Nya: orang buta dan lumpuh, serta perempuan yang mengandung (ay. 8).
Gambaran pemenuhan harapan umat dalam bacaan pertama tadi, terlihat dalam Injil. Tuhan Yesus adalah kepenuhan harapan itu. Ia datang dan menyembuhkan Bartimeus, orang buta. Tuhan Yesus membawa sukacita bagi Bartimeus, simbol orang menderita yang mengharapkan pembebasan. Yang menarik dari kisah penyembuhan Bartimeus ini adalah tindakannya yang menanggalkan jubahnya dan segera berdiri lalu pergi mendapatkan Tuhan Yesus (ay. 50). Menanggalkan jubah dapat dilihat sebagai lambang pertobatan, dan pertobatan ini diikuti dengan hidup dekat dengan Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus adalah kepenuhan pengharapan bangsa Israel dan umat manusia. Namun dalam pengharapan itu umat dituntut untuk bertobat sehingga ia dapat berdamai kembali dengan Allah. Inilah yang hendak disampaikan dalam bacaan kedua, yang diambil dari Surat kepada Orang Ibrani. Dalam suratnya, penulis melihat Tuhan Yesus sebagai Imam Besar yang mempersembahkan korban pelunasan dosa sehingga umat dapat kembali berhubungan dengan Allah. Yesus Kristus tidak seperti imam besar lainnya, karena Tuhan Yesus tidak berdosa dan Ia mengorbankan diri-Nya sebagai korbannya.
Sabda Tuhan hari ini mau mengatakan kepada kita bahwa Tuhan Yesus merupakan kepenuhan nubuat Allah akan janji keselamatan yang telah disuarakan oleh para nabi Perjanjian Lama. Janji keselamatan itu tidak hanya diperuntukkan bagi umat Israel, melainkan juga umat manusia. Namun tuntutannya sama, yaitu adanya pertobatan dan senantiasa hidup dekat-Nya. Melalui sabda-Nya ini, Tuhan menghendaki supaya kita senantiasa bertobat dan selalu hidup dekat dengan Dia. Hidup dekat bukan berarti “ada di”, tetapi “ada bersama”, karena dalam kebersamaan itu kita bergerak bersama Tuhan.***
by: adrian

Renungan Hari Sabtu Biasa XXIX - Thn I

Renungan Hari Sabtu Biasa XXIX, Thn B/I
Bac I  Rom 8: 1 – 11; Injil                   Luk 13: 1 – 9;

Dalam Injil hari ini, Tuhan Yesus mengkritik pandangan orang Yahudi yang mengaitkan aib atau penderitaan dengan dosa. Kritik ini diungkapkan Tuhan Yesus untuk menanggapi pernyataan orang-orang Yahudi yang datang kepada-Nya dengan kabar tentang darah orang Galilea yang dicampurkan Pilatus ke darah korban persembahan. Mereka menilai bahwa orang Galilea sangat berdosa. Di balik penilaian ini ada anggapan bahwa orang yang tidak mengalami peristiwa aib itu berarti dirinya tidak berdosa. Bagi Tuhan Yesus siapa saja bisa mengalami peristiwa itu dan bisa juga berdosa. Namun yang terpenting adalah pertobatan. Dengan bertobat orang melepaskan diri dari hukuman dosa, yaitu maut.
Bertobat merupakan gerakan roh. Inilah yang mau ditekankan Paulus dalam bacaan pertama, yang masih diambil dari Surat Paulus kepada Jemaat di Roma. Dalam suratnya itu, Paulus membeberkan refleksinya tentang Tuhan Yesus yang telah mati untuk penebusan dosa umat manusia. Oleh kematian-Nya, umat sekarang hidup menurut roh yang memerdekakannya dari “hukum dosa dan hukum maut.” (ay. 2). Dosa terjadi karena umat hidup menurut daging. Namun jika umat hidup menurut roh, maka roh itulah yang akan mendorongnya untuk bertobat.
Sebagai manusia kita tentu tidak luput dari dosa. Daging kita lemah. Kita selalu mengikuti kecenderungan daging sehingga akhirnya kita jatuh ke dalam dosa. Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita akan hal itu. Dengan kesadaran ini kita tentunya tidak akan memandang rendah atau menghakimi sesama yang mendapat musibah sebagai akibat dosanya. Tuhan menghendaki supaya kita selalu bertobat. Melalui sabda-Nya, Tuhan menyadarkan kita bahwa dengan kematian Yesus Kristus di salib, kita hidup menurut roh. Oleh karena itu, hendaklah kita selalu hidup menurut roh.***

by: adrian

Renungan Hari Jumat Biasa XXIX - Thn I

Renungan Hari Jumat Biasa XXIX, Thn B/I
Bac I  Rom 7: 8 – 25a; Injil                 Luk 12: 54 – 59;

Dalam Injil hari ini, Tuhan Yesus mengeritik sikap orang yang begitu pandai membaca tanda-tanda alam, namun lemah dalam membaca kebenaran ilahi. Akan tetapi, bagi Tuhan Yesus kelemahan itu bukan terletak pada ketidakmampuan, melainkan pada ketidakmauan. Dan di balik semua itu ada persoalan untung rugi. Orang hanya ingin keuntungan duniawi yang mendatangkan kesukaan. Orang merasa membaca dan melaksanakan kebenaran ilahi tidak mendatangkan keuntungan; malah dapat dikatakan rugi. Karena itulah, banyak manusia yang mengabaikannya.
Dalam bacaan pertama hari ini, yang diambil dari Surat Paulus kepada Jemaat di Roma, Paulus mengungkapkan refleksi akan dirinya. Kepada jemaat di Roma, Paulus memaparkan pergolakan dirinya. Di satu sisi ia ingin melayani hukum Allah, tapi di sisi lain ia melayani hukum dosa. Dosa selalu mendatangkan kenikmatan. Akan tetapi, satu hal yang patut dipuji dari Paulus adalah dia menyadari kelemahan dan kekuatannya. Dan Paulus tidak mau dikendalikan kelemahannya. Dia selalu berjuang mengatasinya.
Seringkali terjadi, dalam kehidupan ini, kita melupakan kebenaran Tuhan, sekalipun kita sebenarnya sudah mengetahui. Kita merasa bahwa dengan melaksanakan kebenaran Tuhan, kita tidak mendapatkan “untung” apa-apa. Keuntungan ini selalu dikaitkan dengan soal kenikmatan. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk melawan kecenderungan itu. Kita dapat belajar dari teladan Santo Paulus. Yang terpenting adalah kita terlebih dahulu harus menyadari kelemahan dan kekuatan kita.***

by: adrian

Renungan Hari Kamis Biasa XXIX - Thn I

Renungan Hari Kamis Biasa XXIX, Thn B/I
Bac I  Rom 6: 19 – 23; Injil                 Luk 12: 49 – 53;

Dalam Injil hari ini, Tuhan Yesus menyampaikan efek dari kedatangan-Nya di dunia. Tuhan Yesus mengatakan bahwa kehadiran diri-Nya di dunia ini akan membawa pertentangan (ay. 51). Pertentangan ini terjadi antara kebaikan dan kejahatan. Tuhan Yesus sebagai wakil dari pertentangan. Di sini Tuhan Yesus mau menggambarkan akibat dari mengikuti Dia. Orang yang mengikuti Dia tentulah akan menerima resiko ini: disingkirkan, dimusuhi bahkan dibunuh. Yang menyingkirkan, memusuhi dan membunuh bukan berasal dari luar lingkungan, melainkan dari dalam lingkungan sendiri, seperti keluarga.
Paulus dalam bacaan pertama, yang diambil dari suratnya kepada jemaat di Roma, juga menampilkan masalah pertentangan. Kepada jemaat di Roma, Paulus mengungkapkan pertentangan itu antara hamba dosa dan hamba Allah. Mereka-mereka yang masuk ke dalam kelompok hamba Allah akan mengalami situasi terasing karena berlawanan dengan kebiasaan yang berlaku di dunia. Kecenderungan dunia adalah menghambakan diri pada dosa dalam wujud kenikmatan duniawi. Tentulah hal ini membuat para hamba Allah mengalami pertentangan, bukan saja dari luar dirinya, melainkan juga dari dalam dirinya.
Perang antara kebaikan dan keburukan merupakan masalah klasik. Dalam kehidupan telah ditunjukkan bahwa untuk menjadi baik itu sangatlah susah. Selalu saja ada yang menggoda dan menentang. Hal yang sama dengan mengikuti Tuhan Yesus. Karena itu, tak heran kalau sampai saat ini murid-murid Yesus Kristus selalu disingkirkan, dihambat, ditekan dan dimusuhi. Ini merupakan bagian dari iman. Sabda Tuhan mengajak kita untuk tetap menjalaninya tanpa perlu merasa takut dan cemas.***

by: adrian

Renungan Hari Rabu Biasa XXIX - Thn I

Renungan Hari Rabu Biasa XXIX, Thn B/I
Bac I  Rom 6: 12 – 18; Injil                 Luk 12: 39 – 48;

Bacaan pertama hari ini masih diambil dari Surat Paulus kepada Jemaat di Roma. Di sini Paulus masih melanjutkan pengajarannya yang kemarin, di mana Dia mengajak umat untuk berbahagia karena Yesus Kristus sudah melepaskan jerat maut umat, yaitu dosa. Hari ini Paulus tetap mengingatkan bahwa sekalipun “telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran,” (ay. 18), hendaklah umat jangan berdosa lagi atau menyerahkan tubuh kepada dosa (ay. 12 – 13). Dengan kata lain, Paulus mengharapkan supaya umat tetap memelihara kesucian hidup sebagai buah penebusan Kristus.
Pengajaran Paulus dalam bacaan pertama seakan mau meneruskan apa yang ditekankan Tuhan Yesus dalam Injil. Paulus mau mengajak umat untuk harus berjaga-jaga dan siap sedia. Inilah yang disampaikan Tuhan Yesus dalam pengajaran-Nya. Dalam Injil Tuhan Yesus mengajak agar kita senantiasa terjaga dalam iman, tidak tidur dalam kekelaman dosa. Artinya, dalam hidup kita tidak memberikan ruang bagi kejahatan, melainkan selalu menampilkan kebaikan. Di sini, sama seperti pengajaran Tuhan Yesus dalam Injil kemarin, terlihat jelas bahwa Tuhan Yesus ingin agar umat tidak mendapat celaka. Tuhan Yesus mau umat bahagia.
Manusia adalah makhluk lemah. Kelemahan ini membuatnya mudah jatuh ke dalam dosa. Akan tetapi, manusia sudah diselamatkan oleh Yesus Kristus. Tuhan meminta kita untuk tidak lagi mudah jatuh ke dalam dosa. Melalui sabda-Nya hari ini, Tuhan menghendaki supaya kita senantiasa mendekatkan diri pada-Nya. Dengan mendekatkan diri pada Tuhan, maka kita selalu siap sedia dan tidak menyerahkan anggota tubuh kita kepada dosa.***
by: adrian

Renungan Hari Selasa Biasa XXIX - Thn I

Renungan Hari Selasa Biasa XXIX, Thn B/I

Injil hari ini mau menyampaikan ungkapan berbahagia bagi mereka yang tetap beriman pada Allah. Orang seperti ini diungkapkan Tuhan Yesus dengan istilah “pinggang tetap berikat dan pelita tetap bernyala.” (ay. 35). Orang-orang seperti ini senantiasa mengarahkan hidupnya kepada Tuhan, sehingga ketika tiba waktunya pun ia sudah siap. Tuhan Yesus mengharapkan agar para murid-Nya seperti ini. Di sini terlihat bahwa Tuhan Yesus menghendaki supaya umat tidak mendapatkan celaka akibat keteledorannya. Tuhan mau umat berbahagia.
Ungkapan berbahagia pun mau disampaikan Paulus kepada jemaat di Roma dalam suratnya. Dalam bacaan pertama, Paulus menekankan bahwa dasar untuk berbahagia ini adalah penyelamatan oleh Tuhan Yesus. Paulus melihat bahwa karena dosa satu orang, manusia terjerat oleh kuasa maut. Ini merujuk pada kesalahan Adam. Akan tetapi kita tak perlu merasa takut karena satu orang juga manusia terlepas dari jerat maut itu. Dia-lah Yesus Kristus. Karena itu, Tuhan Yesus dikenal juga sebagai Adam baru.
Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa kita sudah diselamatkan oleh “satu perbuatan kebenaran” (Rom 5: 18) dan “oleh ketaatan satu orang” (ay. 19). Dia-lah Tuhan Yesus. Oleh Dia kita memperoleh kasih karunia. Tuhan, melalui sabda-Nya ini, menghendaki supaya kita senantiasa menaruh syukur dan hormat pada Tuhan Yesus. Rasa syukur dan hormat ini dapat diungkapkan dengan setia melakukan apa yang diajarkan dan dihidupi-Nya. Kita diminta untuk tetap setia pada iman akan Yesus Kristus.***
by: adrian

Renungan Hari Senin Biasa XXIX - Thn I

Renungan Hari Senin Biasa XXIX, Thn B/I
Bac I  Rom 4: 20 – 25; Injil                 Luk 12: 13 – 21;

Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus memberikan pengajaran tentang sikap terhadap kekayaan. Hal ini berawal dari permintaan seorang kepada Tuhan Yesus supaya Dia menjadi hakim dalam urusan warisannya. Tuhan Yesus menghendaki agar para murid-Nya mempunyai sikap lepas bebas terhadap kekayaan. Sekalipun memiliki banyak kekayaan, hendaklah hidup tidak tergantung pada kekayaan itu (ay. 15). Karena itu, sikap yang harus dihindari adalah sikap tamak atau serakah. Dan sebagai gantinya hendaklah membangun sikap berserah diri atau bergantung kepada Tuhan.
Sikap berserah diri kepada Allah dapat ditemui dalam bacaan pertama, pada sosok Abraham, sebagaimana disampaikan Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma. Paulus melihat bahwa Abraham sangat bergantung pada Allah. Abraham yakin “bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.” Karena itulah, ketika Allah meminta putera tunggalnya untuk diserahkan kepada Allah, Abraham mengikuti perintah Allah itu. Abraham tidak protes walau dia tahu bahwa Ishak adalah putra tunggal yang didapatnya di hari tuanya.
Manusia dewasa ini sudah dirasuki oleh materialisme sehingga menyebabkan ketergantungan dalam hidup manusia. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk bersikap lepas bebas dari kekayaan itu. Tuhan menghendaki agar kita tidak dikendalikan oleh nafsu kekayaan sehingga kita lupa akan Tuhan. Tuhan tidak mengajarkan bahwa harta benda itu jahat, sehingga kita harus anti kepadanya. Tuhan menghendaki kita untuk tidak dikendalikan oleh harta kekayaan. Dengan memiliki sikap lepas bebas, kita dapat menggunakan kekayaan itu untuk kemuliaan Allah.***

by: adrian

Renungan Hari Minggu Biasa XXIX - B

Renungan Hari Minggu Biasa XXIX, Thn B/I
Bac I  Yes 53: 10 – 11; Bac II              Ibr 4: 14 – 16;
Injil    Mrk 10: 35 – 45;

Bacaan pertama hari ini, yang diambil dari Kitab Nabi Yesaya, menyampaikan nubuat Allah tentang Hamba Tuhan yang menderita. Dikatakan bahwa penderitaan yang dialami dilihat sebagai korban penebus salah, bukan kesalahannya, melainkan kesalahan orang lain. Hal ini tampak dalam pernyataan “kejahatan mereka dia pikul.” (ay. 11). Jadi, Hamba Tuhan ini, sekalipun tidak punya salah, namun ia harus memikul kesalahan orang lain sehingga dengan demikian orang lain mendapatkan keselamatan.
Gambaran Hamba Tuhan yang menderita ini merupakan gambaran Tuhan Yesus. Hal ini terlihat dalam Injil dan kembali ditegaskan dalam bacaan kedua. Dalam Injil dikisahkan tentang permintaan Yakobus dan Yohanes kepada Tuhan Yesus agar kelak mereka diperkenankan mendapat posisi di samping-Nya. Tuhan Yesus menegaskan jalan hidup-Nya sebagai Hamba Tuhan. Dia terpanggil untuk merendahkan diri dan memberikan nyawa menjadi tebusan bagi banyak orang (ay. 45). Di sini Tuhan Yesus tidak hanya menunjukkan jalan hidup-Nya, tetapi juga mengajak para murid-Nya untuk mengikuti jalan hidup-Nya itu.
Penulis Surat kepada Orang Ibrani, dalam bacaan kedua, mencoba merefleksikan jalan hidup Tuhan Yesus sebagai Hamba Tuhan yang menderita. Bagi penulis, Tuhan Yesus adalah Imam Besar Agung (ay. 14). Tidak hanya sekedar Besar, tetapi juga Agung. Akan tetapi, sekalipun Besar Dia turut merasakan kelemahan manusia, sekalipun Ia tidak berdosa. Tidak seperti imam besar lainnya. Ada semangat solidaritas dengan kaum lemah. Di sini penulis, sama seperti ajakan Tuhan Yesus kepada para murid-Nya, mengajak jemaat untuk mau solidaritas dengan sesama mengikuti teladan Tuhan Yesus, “supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” (ay. 16).
Sabda Tuhan hari ini pertama-tama mau mengatakan kepada kita bahwa Tuhan Yesus merupakan kepenuhan nubuat Allah dalam Perjanjian Lama. Dia-lah Hamba Tuhan yang menderita. Dia menderita untuk keselamatan umat manusia. Selain itu, sabda Tuhan mau mengajak kita untuk mengikuti teladan Tuhan Yesus. Tuhan menghendaki supaya kita mau merendahkan hati di hadapan Tuhan dan sesama dengan hidup solider pada sesama.***
by: adrian

Renungan Hari Sabtu Biasa XXVIII - Thn I

Renungan Hari Sabtu Biasa XXVIII, Thn B/I
Bac I  Rom 4: 13, 16 – 18; Injil           Luk 12: 8 – 12;

Bacaan pertama hari ini masih diambil dari Surat paulus kepada Jemaat di Roma. Dalam suratnya, Paulus mau mengeritik sikap sebagian orang yang lebih menekankan soal aturan Taurat daripada kebenaran iman. Ada orang yang beranggapan bahwa aturan Taurat itu sama saja dengan kebenaran iman. Mereka menilai bahwa pelanggaran terhadap aturan Taurat berarti juga pelanggaran atas iman atau kehilangan iman. Untuk itulah, Paulus merasa perlu menekankan soal iman sebagai dasar keselamatan.
Apa yang disampaikan Paulus dalam bacaan pertama di atas, sebenarnya sudah ditegaskan Tuhan Yesus dalam Injil hari ini. Di sini disampaikan soal iman sebagai dasar keselamatan itu. Dikatakan bahwa iman itu terdapat dalam diri Yesus Kristus. Orang diminta untuk mengakui dan percaya kepada-Nya. Mengakui dan percaya pada Tuhan Yesus akan mendatangkan keselamatan. Akan tetapi, perlu disadari bahwa percaya di sini bukan hanya merupakan aktivitas otak saja, melainkan juga hati dan kehendak yang terlihat dari sikap dan kehidupan.
Dewasa ini ada begitu banyak orang percaya kepada Yesus Kristus. Akan tetapi, kepercayaan itu hanya sebatas ungkapan bibir dan tataran rasio saja. Iman seperti ini dikenal dengan istilah iman filsuf atau teolog. Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita akan Yesus Kristus sebagai dasar iman kita. Dalam Dia ada keselamatan. Mengimani Yesus Kristus sebagai sumber keselamatan tidak hanya berhenti pada ungkapan bibir saja. Tuhan menghendaki supaya kita percaya kepada-Nya, dengan pikiran, perkataan dan perbuatan.***

by: adrian

Renungan Hari Jumat Biasa XXVIII - Thn I

Renungan Hari Jumat Biasa XXVIII, Thn B/I
Bac I  Rom 4: 1 – 8; Injil           Luk 12: 1 – 7;

Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus menyampaikan pengajaran dengan bertitik tolak dari kaum Farisi. Pada waktu itu, orang Farisi termasuk salah satu tokoh keagamaan. Mereka merupakan tokoh panutan. Akan tetapi, Tuhan Yesus mengajak para murid-Nya untuk berhati-hati terhadap mereka. “Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi.” (ay. 1). Sikap orang Farisi diidentikkan dengan ragi. Sebagaimana orang tahu, ragi membuat adonan tepung mengembang sehingga terlihat besar. Akan tetapi sebenarnya kecil. Pengembangan itu hanya untuk menutupi kekosongan bagian dalam. Itulah gambaran kemunafikan kaum Farisi yang harus dihindari.
Pengajaran Tuhan Yesus ini kembali ditegaskan oleh Paulus dalam bacaan pertama. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus menampilkan tokoh Abraham, “bapa leluhur jasmani kita.” (ay. 1). Abraham ditampilkan sebagai bentuk kontras dengan kaum Farisi. Iman Abraham ditampilkan dalam perbuatan bukan untuk mendapatkan pujian dari siapapun atau untuk bermegah diri. Abraham percaya kepada Tuhan karena memang dia percaya. Rahmat dan berkat dari Allah karena kepercayaannya bukan dilihat sebagai haknya melainkan semata-mata karunia Allah.
Sabda Tuhan hari ini menampilkan dua tokoh yang saling bertolak belakang, yaitu kaum Farisi dan Abraham. Tuhan mengajak kita untuk tidak meniru kaum Farisi, melainkan meneladani Abraham. Tuhan menghendaki supaya kita percaya kepada Tuhan dan kepercayaan itu berbuah dalam tindakan nyata. Iman kepercayaan yang tampak dalam perbuatan bukan ditujukan supaya kita mendapat pujian dari Tuhan atau sesama, melainkan karena memang kita percaya kepada Tuhan.***
by: adrian