Minggu, 15 Desember 2013

Man of the Year 2013

PAUS FRANSISKUS, PERSON OF THE YEAR 2013
Majalah TIME adalah majalah berita mingguan Amerika Serikat. Ia didirikan pada tahun 1923 oleh Briton Hadden dan Henry Luce. Edisi pertamanya terbit pada 3 Maret 1923. Dengan perjalanan sejarah yang sangat panjang, majalah ini memiliki beberapa tradisi. Salah satunya adalah penganugerahan gelar Person of the Year (sebelumnya Man of the Year), yang sudah dimulai sejak tahun 1927. Kriteria untuk gelar ini tidak harus orang baik, melainkan orang yang paling mempengaruhi berita-berita pada tahun tersebut. Tentu kita masih ingat akan nama Adolf Hitler dan Ayatollah Khomeini yang pernah mendapat gelar ini.

Tahun 2013 ini, tepatnya pada 11 Desember lalu, majalah TIME memberikan gelar Person of the Year kepada Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik ke-266. Paus Fransiskus “mengalahkan” penggebrak dunia lainnya yang masuk nominasi anugerah ini. Mereka adalah Edward Snowden, Edith Windsor, Bashar Assad dan Ted Cruz. Memang Paus Fransiskus bukanlah paus pertama yang menerima anugerah ini. Tahun 1994 TIME memberikannya kepada Paus Yohanes Paulus II dan tahun 1962 Paus Yohanes XXIII yang mendapatkan gelar Man of the Year.

Paus Fransiskus, yang oleh majalah TIME disebut sebagai ‘The People’s Pope’ (Pausnya kaum papa), dipilih oleh TIME karena dianggap mampu mengubah wajah Vatikan dalam waktu 9 bulan. TIME mendasarkan pilihannya pada cara Paus Fransiskus menyikapi kemiskinan, keadilan, transparansi, modernisasi, globalisasi, hak kaum perempuan, pernikahan dan bujuk rayu kekuasaan.

Paus pertama dari Ordo Jesuit ini melihat bahwa Kuria Roma menjelma menjadi organisasai pemerintahan yang disibukkan dengan urusan administratif. Akibatnya, sisi pelayanan dan pewartaan pastoral kurang mendapat tempat. Gereja, termasuk para hierarki, makin sibuk dengan urusan duniawi yang menggiurkan. Bagi Paus, yang kakek moyangnya imigran Italia, Gereja keropos bukan karena kuatnya ateisme, melainkan karena kelakuan anak-anaknya, bukan hanya awam, tetapi juga imam, biarawan dan biarawati.

Berkaitan transparansi, Paus Fransiskus benar-benar membuat gebrakan. Bank Vatikan, yang terkenal reputasinya akan ketertutupan dan intrik, mulai melakukan transparansi. Pada awal Oktober lalu, bank ini membuka laporan keuangannya ke publik. Ini merupakan publikasi laporan keuangan yang pertama sejak berdirinya 125 tahun lalu. Karena itulah, Rm. Edy Purwanto, sekretaris eksekutif KWI, mengatakan bahwa Paus Fransiskus menginginkan Gereja bersih dari korupsi.

Anugerah Person of the Year yang diterima Paus Fransiskus tahun ini tentulah membawa sukacita bagi umat Katolik. Ada perasaan bangga karena pimpinannya menerima anugerah bergengsi tingkat dunia, apalagi anugerah itu diraih karena prestasi atau karena hal positif. Konferensi Waligereja Indonesia melihat bahwa anugerah dari majalah TIME ini merupakan bukti kinerja Paus.

Karena anugerah ini sudah sepantasnya Paus Fransiskus dijadikan contoh teladan bagi umat Katolik dan umat manusia pada umumnya. Bagi Gereja Katolik, rasanya tidaklah lengkap apabila rasa bangga atas anugerah tersebut tidak disertai adanya perubahan dalam Gereja. Misalnya, soal transparansi keuangan Gereja (paroki, misalnya). Tanpa adanya perubahan, maka kebanggaan itu hanyalah kebanggaan semu. Adalah ironis jika umat lain melakukan transparansi karena terinspirasi Paus Fransiskus, sementara Gereja Katolik sama sekali tidak.
Jakarta, 13 Des 2013
by: adrian, dari beberapa sumber

Orang Kudus 15 Desember: St. Virginia Bracelli

SANTA VIRGINIA CENTURIONE BRACELLI
Virginia lahir pada tanggal 2 April, 1587 di Genoa, Italia ke keluarga bangsawan . Dia adalah putri dari Giorgio Centurione , yang merupakan Doge dari Genoa 1621-23 dan Lelia Spinola.

Meskipun keinginannya untuk menjalani kehidupan biara lebih kuat, ia dipaksa menikah dengan Gaspare Bracelli Grimaldi, seorang bangsawan kaya pada tanggal 10 Desember 1602. Dia punya dua anak perempuan: Lelia dan Isabella. Pernikahan tidak berlangsung lama. Dia menjadi janda pada tanggal 13 Juni 1607, pada usia 20. Dia menolak rencana pernikahan kedua yang diatur oleh ayahnya dan mengambil sebuah kaul kemurnian.

Setelah kematian suaminya dia mulai bekerja amal dan membantu yang membutuhkan dan sakit. Untuk membantu mengurangi kemiskinan di kota, ia mendirikan Cento Signore della Misericordia Protettrici dei Poveri di Gesù Cristo. Institusi tersebut segera dibanjiri dengan orang-orang menderita kelaparan dan wabah 1629-1630 dan mengharuskan Virginia menyewa Biara Monte Calvario untuk mengakomodasi semua orang. pada tahun 1635 Cento Signore della Misericordia Protettrici dei Poveri di Gesù Cristo telah merawat lebih dari 300 pasien dan menerima pengakuan sebagai rumah sakit dari pemerintah. Karena menolak dana yang diberikan oleh kelas menengah dan atas, Institusi kehilangan pengakuan pemerintah di 1647.

Virginia menghabiskan sisa hidupnya untuk institusi dan melanjutkan pekerjaannya bagi masyarakat miskin. Virginia Bracelli meninggal pada tanggal 15 Desember 1651, pada usia 64.

Renungan Hari Minggu Adven III - A

Renungan Hari Minggu Adven III, Thn A/II
Bac I   : Yes 35: 1 – 6a, 10; Bac II           : Yak 5: 7 – 10;
Injil     : Mat 11: 2 – 11

Sabda Tuhan hari ini mau mengatakan kepada kita bahwa buah dari kesabaran adalah sukacita. Yakobus, dalam bacaan kedua, mengajak jemaat untuk bersabar pada kedatangan Tuhan. Yakobus mengibaratkan dengan seorang petani yang sabar menanti penenan; dan jika musim panen tiba, maka akan ada sukacita. Sikap bersabar yang dikehendaki Yakobus adalah sikap berserah, bukan “bersungut-sungut dan saling mempersalahkan” (ay. 9).

Bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Nabi Yesaya, memberikan gambaran sukacita itu. Sukacita itu terjadi karena umat tetap setia sampai pada kedatangan Tuhan. Kesetiaan merupakan wujud lain dari kesabaran. Gambaran sukacita yang dilukiskan Yesaya bukan hanya terlihat dari ungkapan alam, melainkan juga ungkapan manusiawi.

Injil sedikit melukiskan situasi batin Yohanes Pembaptis yang dalam penantian akan kedatangan Juru Selamat. Terbersit keraguan atau ketidaksabaran di hatinya sehingga ia harus mengutus para muridnya untuk bertanya kepada Yesus, “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?” (ay. 3). Yesus tidak langsung menjawab to the point, melainkan memberikan gambaran sebagaimana yang diungkapkan Yesaya dalam bacaan pertama. Sukacita mendatangkan sukacita.

Tuhan pada hari ini mau mengajak kita untuk tetap optimis dalam masa penantian. Bukan sekedar sabar saja, melainkan sabar dengan sikap optimis. Karena, jika hanya sekedar bersabar, maka akan muncul sikap pesimis yang berujung pada tindakan sungut-sungut dan saling mempersalahkan. Dengan sikap optimis, maka akan ada sukacita dalam penantian dan kesabaran itu. Dan pada akhirnya sukacita akan melahirkan sukacita sebagai buah dari kesabaran.

by: adrian