Senin, 30 Desember 2019

PESAN-PESAN NATAL PAUS FRANSISKUS

Momen natal adalah momen yang paling penting bagi semua umat katolik di manapun, karena umat merayakan kelahiran sang Juruselamat. Maka dalam momen yang bersejarah ini, seperti biasanya Paus Fransiskus selalu menyematkan pesan-pesan penting. Sejumlah pesan ini tak hanya berlaku saat hari natal saja, tetapi berlaku sepanjang masa. Berikut ini adalah kumpulan pesan natal Paus Fransiskus yang patut direnungkan dalam hidup, bila perlu menjadi motivasi dan pegangan hidup.
1.    Kelahiran Yesus adalah rahmat terindah dari Allah Bapa
Dalam homilinya, Paus Fransiskus mengajak umat katolik untuk memaknai kelahiran Yesus sebagai bentuk nyata cinta kasih Allah untuk umat manusia. “Rahmat Tuhan membawa keselamatan bagi semua orang dan bersinar di dunia kita malam ini,” ujar Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus menggambarkan rahmat Tuhan ini sebagai “cinta ilahi, cinta yang mengubah hidup, memperbaharui sejarah, membebaskan kita dari kejahatan, mengisi hati dengan kedamaian dan sukacita.” Lebih lanjut Paus Fransiskus mengatakan “Cinta Allah itu nyata dalam diri Yesus. Dia membiarkan Putera-Nya untuk hadir di tengah-tengah kita dengan sangat sederhana. Ini adalah bukti cinta Allah yang tidak bisa dinegosiasi.”
2.    Perayaan natal adalah perayaan penuh cinta
Merayakan natal bukan sekedar datang ke Gereja dan mengikuti misa lalu berpose di depan kandang natal atau pohon natal, tetapi ada makna lebih yang harus direnungkan. Menurut Paus Fransiskus, setiap merayakan natal berarti umat katolik merayakan cinta Tuhan yang paling istimewa. “Natal mengingatkan kita bahwa Tuhan terus mencintai kita semua, bahkan yang terburuk dari kita. Kasih Allah tidak bersyarat dan tidak tergantung pada apa yang sudah kita beri,” jelas Paus Fransiskus.

BAGAIMANA UANG PAROKI DIKORUPSI?

Korupsi sudah merajalela merasuki sendi-sendi kehidupan masyarakat. Ia menjadi budaya, yang tak bisa lepas dari kehidupan manusia. Karena itu, tak heran ketika mendengar pengakuan Paus Fransiskus bahwa ada korupsi di Vatikan. Saat jumpa pers dalam penerbangan pulangnya dari kunjungan ke Jepang menuju Roma pada 26 November 2019, Paus Fransiskus menegaskan hal tersebut.
Mungkin sebagian umat mengatakan bahwa mustahil ada korupsi di Vatikan atau Gereja, karena uskup dan imam sudah mengikrarkan janji kemiskinan yang menjauhkan mereka dari kemewahan harta kekayaan. Janji kemiskinan membuat mereka dapat melawan godaan korupsi. Namun pernyataan Paus Fransiskus tersebut bisa menjadi bahan refleksi umat untuk menyadari bahwa tak ada yang kebal terhadap godaan uang. Bukan bermaksud menuduh, tapi kita harus berangkat dari asumsi dasar bahwa uskup dan imam itu adalah manusia; dan setiap manusia rentan terhadap godaan uang. Dari asumsi ini dapatlah disimpulkan bahwa korupsi bisa juga dilakukan oleh para pejabat Gereja itu. Artinya, budaya korupsi dapat juga merasuki Gereja.
Bagaimana praktek korupsi dilakukan di Gereja? Inilah yang hendak dipaparkan dalam tulisan ini. Dalam tulisan ini, Gereja yang dimaksud adalah paroki, dan saya, sebagai pastor paroki, adalah pelakunya. Karena itu, pertanyaannya adalah bagaimana saya mengorupsi uang paroki?

Yang pertama sekali saya lakukan adalah membuat sistem keuangan tertutup dan tunggal. Artinya, keuangan paroki hanya diatur dan diketahui oleh saya. Bendahara paroki hanya membuatkan pembukuaannya. Dewan Pengelola Harta Benda Paroki (DPHBP) dan pastor pembantu pun tidak tahu. Mereka baru diberitahu pada laporan akhir tahun dalam rapat DPHBP pleno. Tentulah mereka tidak akan mengetahui secara detail data-data keuangan selama satu tahun, karena yang saya berikan hanyalah laporan rekapitulasinya.

BUNDA MARIA: MEREKA MABUK KEHAMPAAN


Tak lama lagi, umat manusia, teristimewa umat katolik, akan meninggalkan tahun 2019 dan menyambut tahun baru 2020. Merayakan pergantian tahun sepertinya sudah menjadi tradisi rutin. Setiap orang akan bersukacita menyambut tahun baru. Pesta sukacita dengan berbagai macam acaranya pun digelar. Tahun berganti yang baru, namun tabiat, sifat dan sikap manusia tak ikut berubah menjadi baru. Karena itu, sangat menarik mendengarkan pesan Bunda Maria kepada kita dalam rangka menyambut tahun baru.
Pesan Bunda Maria ini diambil dari wawancara batin antara Don Stefano Gobbi dan Bunda Maria. Wawancara batin adalah suatu gejala mistik yang ada dalam kehidupan Gereja. Ia bukanlah komunikasi inderawi. Dalam wawancara batin ini orang tidak mendengar dengan telinga atau melihat dengan mata dan tidak ada sesuatu yang bisa disentuh. Jadi, wawancara batin merupakan karunia dalam wujud pesan yang disampaikan Allah supaya kita laksanakan dengan bantuan-Nya.
Dalam wawancara batin di sini, Don Stefano menjadi alat komunikasi; dimana kebebasannya tetap terjaga, ia mengungkapkan persetujuan terhadap kegiatan Roh Kudus. Artinya, ia tidak mencari-cari gagasan atau cara pengungkapannya. Ia murni sebagai penyalur pesan.

Sabtu, 28 Desember 2019

Renungan Hari Minggu Oktaf Natal IV - A

Renungan Pesta Keluarga Kudus, Thn A
Bac I  Sir 3: 2 – 6, 12 – 14; Bac II       Kol 3: 12 – 21;
Hari ini Gereja Katolik sedunia merayakan Pesta Keluarga Kudus. Keluarga kudus di sini merujuk pada Yusuf, Maria dan Yesus. Bacaan-bacaan liturgi hari ini mengangkat tema tentang keluarga. Nadanya lebih pada nasehat. Bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Putra Sirakh, memberikan nasehat yang lebih ditujukan kepada anak. Putra Sirakh meminta anak-anak untuk menghormati dan memuliakan ayah ibunya (ay. 2 – 6). Mereka juga diminta agar menolong dan bukannya menyakiti hati orangtuanya (ay. 12). Mereka harus memaafkan orangtuanya (ay. 13). Singkatnya, Putra Sirakh menasehati anak-anak supaya mereka berbuat baik kepada orangtuanya.
Rasul Paulus, dalam bacaan kedua, juga berbicara tentang keluarga. Dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, Paulus memberikan nasehat kepada semua anggota keluarga. Kepada suami istri, Paulus meminta mereka untuk saling menghormati dan mengasihi (ay. 18 – 19). Suami diminta untuk tidak berlaku kasar terhadap istri (ay. 19) dan juga anaknya (ay. 21). Anak-anak dinasehati agar mentaati orangtuanya (ay. 20). Taat di sini bisa saja merupakan bentuk sikap hormat, kasih dan peduli. Apa yang dinasehati Paulus ini sebenarnya merupakan bentuk penjabaran dari sikap orang-orang pilihan Allah, yaitu belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah-lembutan dan kesabaran (ay. 12). Secara tidak langsung, Paulus menghendaki agar semua anggota keluarga memiliki sikap-sikap tersebut.
Apa yang dipaparkan Paulus terlihat dalam Keluarga Kudus Nasareth. Injil hari ini masih dalam suasana natal. Kisah yang diangkat juga masih bercerita tentang bayi Yesus. Sebagai bayi, Yesus itu lemah, sekalipun Dia adalah Allah. Dalam kelemahan-Nya itulah terlihat peran orangtua-Nya yang menjaga dan melindungi. Ini merupakan wujud kasih Yusuf dan Maria. Dalam kisah perjalanan panjang Keluarga Kudus, terlihat kelemah-lembutan dan kesabaran Yusuf. Ini bisa terjadi karena sikap rendah hati yang dimilikinya. Semua sikap itu membuatnya selalu ada dalam setiap kehidupan keluarganya.
Pesta Keluarga Kudus menyajikan nasehat kepada para keluarga kristiani. Lewat bacaan-bacaan liturgi hari ini, Tuhan hendak mengajak keluarga-keluarga kristiani, sebagai “orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya” (Kol 3: 12), untuk membangun keluarganya menjadi lebih baik. Tuhan menghendaki agar sorga hadir dalam setiap keluarga kristiani. Untuk itu, seperti kata Paulus, hendaklah setiap anggota keluarga mengenakan kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan (ay. 14). Selain itu, hendaklah selalu mengucapkan syukur dalam segala sesuatu.***
by: adrian

Jumat, 27 Desember 2019

INILAH YANG DIKATAKAN AL QURAN MENGENAI HUJAN


Al Quran merupakan pusat spiritualitas islam. Umat islam menyakini Al Quran langsung berasal dari Allah SWT. Ada dua versi pemaknaan dari kata “langsung” ini. Versi pertama memahami Al Quran, sebagai sebuah kitab yang utuh diberikan langsung kepada Muhammad. Hal ini didasarkan pada kisah turunnya wahyu pertama, saat Muhammad bersemedi di gua Hira. Saat itu suatu malaikat menampakkan diri kepada Muhammad dan memberi perintah singkat: Bacalah! Dari kisah ini orang mengartikan bahwa pada waktu itu sudah ada kitab, yang belakangan dikenal dengan nama Al Quran.
Versi lain memahami bahwa wahyu Allah diturunkan secara bertahap dalam kurun waktu 23 tahun. Ada dua lokasi besar turunnya wahyu, yaitu Mekkah dan Madinah (jaraknya kurang lebih 450 km). Makna “langsung” di sini adalah bahwa ayat-ayat yang ada dalam Al Quran sekarang langsung berasal dari Allah. Keyakinan ini diperkuat dengan pernyataan Allah sendiri, yang dapat dibaca dalam QS 32: 2 dan QS 39: 1 – 2, 41. Jadi, ayat-ayat Al Quran tidak hanya dinilai sebagai suci oleh umat islam, tetapi juga benar, karena Allah, yang mewahyukannya, adalah mahabenar. Karena itu, dalam QS 69: 51 dikatakan bahwa “Al Quran itu kebenaran yang meyakinkan.”
Patut diakui bahwa Al Quran tidak dalam bentuk narasi yang enak dibaca, tetapi lebih dalam bentuk wejangan, penjelasan atau petunjuk yang diyakini berasal dari Allah. Di dalam Al Quran, terlihat jelas bahwa Allah menjelaskan banyak hal, yang – dalam kacamata sekarang – bisa dikatakan melampaui jamannya. Salah satunya adalah tentang turunnya hujan.

PENGANTAR INJIL YOHANES


Kalau orang membaca keempat Injil,  tentulah orang langsung menemukan perbedaan mencolok antara Injil-injil sinoptik, di satu pihak, dengan Injil Yohanes. Ketiga Injil Sinoptik menampilkan kisah Sang Penebus secara sederhana dengan menggunakan kesaksian para saksi mata. Sementara itu Injil Yohanes tidak menampilkan kesederhanaan ala Sinoptik. Kitab ini telah menjalani proses pematangan dengan bertambahnya umur Yohanes. Pengalamannya sebagai rasul menggerakkan dia untuk terus-menerus menginterpretasikan kehadiran Yesus yang telah bangkit dalam Gereja.
Yohanes memiliki tujuan dalam menulis Injil-nya, yakni "Supaya kamu percaya bahwa Yesus adalah Putra Allah" (Yoh. 20:31). Iman Gereja mewartakan Yesus sebagai Putra Allah. Sekalipun kebangkitan Yesus telah menampakkan bahwa Dia adalah pribadi ilahi, orang masih bisa bertanya bagaimana dan sejak kapan Yesus menjadi Putra Allah dan sejauh mana Ia diidentifikasikan dengan Allah. Injil Yohanes menegaskan dengan jelas bahwa Yesus selalu ada bersama Allah sejak keabadian. Penegasan tentang asal usul Yesus membantu kita untuk memahami keseluruhan karya Yohanes. Putra Allah yang abadi dan yang telah menjadi manusia tidak datang hanya untuk mengajar kita bagaimana kita dapat memperbaiki diri kita, tetapi juga untuk mentransformasikan seluruh ciptaan menjadi ciptaan baru.
Yohanes tidak menyusun Injilnya dari nol. Ada banyak saksi dan juga keterangan-keterangan yang telah dikonfirmasikan dibanding dengan Injil-Injil lain. Tetapi, Yohanes tidak membatasi diri pada ingatannya sendiri. Dengan berlalunya waktu, ia mengungkapkan dan mengembangkan sabda-sabda Yesus dengan mengarang wejangan-wejangan dimana Yesus "dengan bantuan Yohanes" berbicara kepada kita secara aktual.
Injil Yohanes itu kontroversial karena semakin murni suatu kebenaran, semakin sedikit pula orang yang bisa menerimanya. Oleh karena itu, Injil ini menimbulkan kontroversi-kontroversi di dalam Gereja sendiri tetapi kemudian Injil ini diakui sebagai sabda Allah dan sebagai kesaksian apostolik.

TEORI GEOSENTRIS DALAM KITAB SUCI


Bagi orang yang suka akan ilmu alam tentu sudah tak asing lagi dengan teori geosentris dan teori heliosentris. Sekarang ini dunia mengakui kebenaran teori heliosentris. Teori ini telah menggantikan teori sebelumnya, yaitu teori geosentris. Namun, selama ini dunia hanya tahu bahwa permasalahan teori heliosentris hanya melibatkan Gereja Katolik saja. Seolah-olah konflik seputar teori ini hanya terjadi antara Gereja Katolik dan dunia Ilmu Pengetahuan yang diwakili oleh Galileo Galilei.
Memang sejarah mengungkapkan ada pertentangan antara Gereja Katolik dan Galileo Galilei. Akar persoalannya adalah pernyataan Galileo yang mendukung pendapat Nicolas Copernikus tentang matahari sebagai pusat tata surya (dikenal dengan teori heliosentris). Pendapat Copernikus ini bertentangan dengan pendapat umum yang sudah bertahan puluhan abad bahwa yang menjadi pusatnya adalah bumi. Pendapat umum ini dikenal dengan teori geosentris.
Gereja Katolik berada di balik pendapat umum tersebut. Ia mendukung teori geosentris. Dasar dukungannya ada pada Kitab Suci, yaitu Kitab Pengkhotbah 1: 5 yang berbunyi “Matahari terbit, matahari terbenam, lalu  terburu-buru menuju tempat ia terbit kembali.” Atau dari kitab Mazmur yang berbunyi, "Engkau yang telah membuat bulan menjadi penentu waktu, matahari yang tahu akan saat terbenamnya." (104: 19). Membaca teks ini sangat jelas ada proses pergerakan matahari. Yang tetap adalah bumi, sedangkan matahari bergerak.
Teori Geosentris: Al-Quran vs Alkitab

Selasa, 24 Desember 2019

RENUNGAN MALAM NATAL


Renungan Malam Natal, Thn A
Bac I  Yes 9: 1 – 6; Bac II         Tit 2: 11 – 14;
Injil    Luk 2: 1 – 14;
Malam hari ini kita mengakhiri peziarahan kita selama masa adven. Penantian kita sudah berakhir. Tuhan Yesus sudah lahir. Itulah natal. Injil malam ini mengisahkan tentang peristiwa kelahiran Tuhan Yesus. Dia adalah Raja Damai (bdk. Yes 9: 6). Raja yang akan datang membawa kedamaian. Karena itu, penginjil menutup kisahnya dengan kidung sukacita bala tentara surga, “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” (ay. 14)
Bacaan pertama dan Injil malam ini disatukan pada kata “damai”. Kata itu tentulah merujuk pada Yesus yang diperingati dan dirayakan kelahirannya hari ini. Yesus adalah Raja Damai. Dia datang hendak membawa damai. Damai yang dibawa Yesus bukanlah seperti sebuah benda yang sudah jadi dan siap pakai. Seolah-olah Yesus datang maka dunia otomatis damai atau kedamaian itu langsung ada. Yesus hanya memberikan pengajaran, yang melaluinya kedamaian itu dapat tumbuh dan berkembang. Ajaran utama Yesus adalah kasih. Jadi, kedamaian itu masih tetap harus diperjuangkan sehinga dapat terwujud. Yesus memberikan cara mewujudkannya, yaitu dengan saling mengasihi.
Bacaan kedua, yang diambil dari Surat Paulus kepada Titus, memberikan cara mewujudkan kedamaian itu. Apa yang diungkapkan Paulus merupakan bahasa lain dari apa yang pernah diajarkan Tuhan Yesus. Untuk mewujudkan damai dalam hidup, Paulus meminta kita untuk “meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi, ..... hidup bijaksana, adil dan beribadah.” (ay. 12). Selain itu, Paulus juga mengajak kita untuk “rajin berbuat baik.” (ay. 14). Baik di sini tidak melulu berdasarkan selera pribadi kita saja, tetapi memperhatikan juga kepentingan orang lain. Karena itulah, hal ini sejalan dengan tuntutan bijaksana tadi.
Semua manusia pastu mendambakan hidup damai. Kedamaian itu bukan saja lantaran tidak ada perang, tetapi juga soal ketenangan hati. Hari ini Tuhan sudah lahir. Dia datang membawa damai. Namun kedamaian itu harus kita perjuangkan melalui ajaran-Nya. ajaran utamanya adalah kasih. Karena itu, sabda Tuhan malam hari ini menyadarkan kita untuk mewujudkan kedamaian itu dalam kehidupan kita, di mulai dari dalam rumah tangga kita, komunitas kita hingga lingkungan masyarakat kita. Semoga perayaan natal ini dapat membangkitkan kesadaran kita untuk menjalankan ajaran dan perintah Tuhan sehingga kedamaian bersemi dalam hidup ini.***
by: adrian

PERSOALAN WISATA HALAL YANG WAJIB DIKETAHUI UMAT ISLAM, TERLEBIH KAUM ULAMA

Selain produk makanan yang harus memiliki sertifikasi halal, ternyata destinasi wisata juga “harus” mempunyai label “wisata halal”. Baik sertifikasi halal pada produk makanan maupun label “wisata halal” pada daerah wisata, sama-sama bertujuan melindungi umat islam. Sekalipun tidak ada keharusan dalam pelabelan “wisata halal”, namun secara implisit terkandung makna “harus”. Daerah wisata harus ada label “wisata halal” kalau mau dikunjungi oleh wisatawan islam.
Karena istilah “halal” selalu dikaitkan dengan agama/umat islam, maka istilah “wisata halal” dapat dipastikan lebih ditujukan kepada umat islam; untuk menjawab kepentingan umat islam. Dengan “wisata halal” dimaksudkan bahwa tempat wisata tersebut, sekalipun bukan merupakan daerah islam, layak dan ramah bagi umat islam. Misalnya, Bali, Danau Toba, Danau Kelimutu atau Negara Jepang. Dengan memberi label “wisata halal” hal ini menunjukkan bahwa tempat-tempat wisata tersebut layak bagi umat islam dan penduduknya ramah terhadap umat islam. Misalnya, tersedianya rumah makan yang menyediakan makanan yang boleh dikonsumsi umat islam, tersedia rumah ibadah sehingga umat islam dapat menjalani kewajiban sholatnya, dan hal-hal lainnya yang menjawab kebutuhan umat islam.
Memang tidak semua daerah wisata mau memberi label “wisata halal” bagi daerahnya. Sayangnya, daerah atau orang yang menolak label “wisata halal” ini lantas dicap sebagai islam phobia, intoleran dan salah paham soal wisata halal. Benarkah mereka yang menolak label “wisata halal” adalah orang yang intoleran dan fobia pada islam?
Seharusnya, sebelum mencap seperti itu ada baiknya memahami terlebih dahulu persoalan di balik label “wisata halal”? Persoalan yang ada di balik label “wisata halal” perlu mendapat tanggapan bijak dari umat islam sendiri, terkhusus para ulamanya, karena hal ini terkait dengan citra islam sendiri. Setidaknya ada 2 problematika istilah “wisata halal”.

Senin, 23 Desember 2019

MENGHAYATI NATAL DALAM TERANG PEMANASAN GLOBAL


Natal, bagi umat kristiani, merupakan peristiwa iman. Dengan peristiwa natal umat kristen merayakan syukur atas Allah yang Maha Kasih, yang mau peduli pada nasib manusia. Kepedulian Allah itu terlihat dalam penjelmaan-Nya menjadi manusia (inkarnasi). Allah mau mengangkat (baca: menyelamatkan) umat manusia dari lumpur keberdosaanya. Oleh karena itu, Allah “turun” ke dunia “dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Flp 2: 7). Bagaimana hal ini bisa dipahami, tentulah sulit untuk dicerna akal manusia. Namun tidak secara imani. Karena itulah natal dikenal sebagai peristiwa iman.
Ireneus dari Lyon, seorang bapa Gereja yang hidup abad kedua pernah berkata bahwa Allah menjadi manusia agar manusia menjadi seperti Allah (bdk. Adversus haereses, III, 10, 2). Kiranya ucapan Ireneus ini tidaklah berlebihan. Ada banyak sumber Kitab Suci yang bisa dijadikan rujukannya. Ireneus tidak memaksudkan pernyataannya sebagai bentuk pelecehan keilahian Allah. Justru dalam peristiwa inkarnasi, Allah menjadi manusia, terlihat keistimewaan Tuhan Allah: ke-Allah-an Tuhan tidak hanya tampak dalam keilahian-Nya melainkan juga terlihat dalam kemanusiaan-Nya.
Kapan persisnya Allah menjelma menjadi manusia (baca: kelahiran Yesus), tak ada satu orang pun yang tahu. Komite Para Uskup yang ditunjuk oleh Paus Julius I (337-352) sepakat bahwa natal itu jatuh pada 25 Desember, mengambil tradisi kafir akan penghormatan dewa Matahari yang tak terkalahkan (sol invictus). Maka dari itu, setiap kali memasuki bulan Desember, selalu suasana natal langsung terasa. Hal itu terlihat dari ikon-ikon natal yang ada di mana-mana, khususnya di pusat-pusat perbelanjaan.
Natal kini sudah menjadi ajang konsumtivisme dunia. Dengan adanya ikon-ikon natal di setiap pusat-pusat perbelanjaan, seakan-akan ada seruan, “Mari, belanjalah! Persiapkanlah rumah Anda dengan pernak-pernik natal!” Jelas, bahwa seruan ini seakan telah menggantikan seruan Yohanes Pembaptis, “Persiapkanlah jalan bagi Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.” (Mat 3: 3).

INI BEDA SINTERKLAS DAN SANTA KLAUS


SELAIN pohon, kandang dan lonceng natal, perayaan natal juga biasanya diidentikkan dengan kehadiran sosok orang tua gendut berjanggut putih lebat dan berpakaian merah dengan mengendarai kereta rusa sambil berteriak, “Ho.. ho.., ho....!” Yah, bagi orang kristiani, bahkan yang non kristen, tentu sudah tak asing lagi dengan sosok ini. Dialah Santa Claus atau juga yang biasa dipanggil Sinterklass.
Di beberapa daerah, sosok tokoh ini sering hadir di mall-mall sebagai daya tarik. Banyak anak-anak akan senang berfoto-ria dengan tokoh gendut ini, selain kerinduan menerima hadiah. Memang umat islam tentu akan berusaha menghindari anak-anaknya untuk tidak bersentuhan dengannya, karena adanya ajaran haram dari agamanya.
Pada umumnya orang menyamakan saja kedua nama ini, Santa Klaus dan Sinterklas. Kebanyakan orang sering melihat itu sebagai “satu sosok dengan dua nama berbeda”. Padahal sebenarnya keduanya tidak sama. Antara Santa Claus dan Sinterklass terdapat sedikit perbedaan.

Jumat, 20 Desember 2019

KISAH KEJATUHAN ADAM DAN HAWA DALAM AL QURAN


Pusat iman umat islam ada dalam Al Quran. Umat islam menyakini Al Quran langsung berasal dari Allah SWT. Ada dua versi pemaknaan dari kata “langsung” ini. Ada segelintir orang memahami bahwa Al Quran, sebagai sebuah kitab, langsung diberikan utuh kepada Nabi Muhammad SAW. Hal ini didasarkan pada kisah turunnya wahyu pertama, saat Muhammad bersemedi di gua Hira. Saat itu suatu malaikat menampakkan diri kepada Muhammad dan memberi perintah singkat: Bacalah! Penafsir mengartikan bahwa pada waktu itu sudah ada kitab, yang kemudian dikenal dengan nama Al Quran. Pemaknaan seperti ini mirip dengan kisah pertobatan Agustinus, yang mendengar suara anak kecil: Bangkit dan bacalah! Agustinus kemudian bangkit dan mengambil Kitab Perjanjian Baru dan dibukanya pada Surat Paulus kepada Jemaat di Roma (13: 12 - 14).
Akan tetapi, ada juga yang memahami bahwa wahyu Allah diturunkan secara bertahap dalam kurun waktu 23 tahun. Ada dua lokasi besar turunnya wahyu, yaitu Mekkah dan Madinah. Makna “langsung” di sini adalah bahwa ayat-ayat yang ada dalam Al Quran sekarang langsung berasal dari Allah. Keyakinan ini diperkuat dengan pernyataan Allah sendiri, yang dapat dibaca dalam QS 32: 2 dan QS 39: 1 – 2, 41. Jadi, ayat-ayat Al Quran tidak hanya dinilai sebagai suci oleh umat islam, tetapi juga benar, karena Allah, yang mewahyukannya, adalah mahabenar. Karena itu, dalam QS 69: 51 dikatakan bahwa “Al Quran itu kebenaran yang meyakinkan.”
Agama islam mengajarkan kepada umatnya bahwa Adam dan Hawa itu nyata ada. Hal ini dapat dipahami karena Adam dan Hawa itu ada dalam Al Quran, dan Al Quran itu merupakan perkataan Allah. Karena itu, mereka tidak hanya diyakini sebagai manusia pertama, tetapi juga sebagai nabi (khusus Adam).  Bagaimana kisah kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa dalam Al Quran?

ANTARA FAKTA, PERSEPSI DAN KEBENARAN


Contoh Kasus
Pastor Eko adalah mantan pastor pembantu Paroki A. Pastor Eko pernah berkata bahwa di Paroki A telah terjadi kasus korupsi. Yang mencuri uang Gereja atau yang melakukan korupsi adalah Pastor Parokinya sendiri; dan kemungkinan juga bendahara paroki.
Untuk membenarkan pernyataannya, Pastor Eko memberikan beberapa fakta. Pertama, tidak ada transparansi keuangan di paroki A. Soal keuangan hanya Pastor Paroki dan bendahara paroki saja yang tahu. Bahkan Pastor Eko dihalang-halangi untuk mengetahui keuangan. Kedua, setidaknya dua kali Pastor Eko menemukan ketidakcocokan data kolekte yang dicatat oleh petugas penghitung uang dengan yang diumumkan di gereja. Pastor Eko pernah menceritakan hal ini kepada salah seorang umat, dan umat itu menegaskan bahwa kasus ini pernah juga terjadi sebelum Pastor Eko bertugas di Paroki A. Ketiga, Pastor Paroki selalu menghindar jika diminta pertanggungjawaban keuangan. Keempat, HP Pastor Paroki selalu gonta-ganti; dan harganya mahal-mahal.
Pernyataan Pastor Eko dengan segala dasar pembenarannya sampai ke telinga umat dan beberapa rekan imam lainnya. Mereka semua pada percaya. Mereka percaya bahwa telah terjadi korupsi di Paroki A; atau setidak-tidaknya Pastor Paroki A telah melakukan tindak korupsi. Sikap percaya yang tumbuh dalam diri umat dan beberapa rekan imam membuat pernyataan “Pastor Paroki A melakukan korupsi” telah menjadi sebuah kebenaran.
Akan tetapi, menjadi persoalan, apakah benar Pastor Paroki A melakukan korupsi? Atau dengan kata lain, apakah pernyataan “Pastor Paroki A melakukan korupsi” benar merupakan suatu kebenaran?
Fakta, Persepsi dan Kebenaran

KENAPA ALLAH MENJADI MANUSIA


Tak lama lagi umat kristiani, baik katolik maupun protestan, akan merayakan hari raya natal. Secara sederhana natal dipahami dengan peristiwa kelahiran Yesus Kristus di dunia; dan Yesus itu diimani sebagai Allah. Karena itu juga, selain sebagai peristiwa kelahiran, natal juga dimaknai sebagai peristiwa inkarnasi, Allah menjadi manusia. Pada titik inilah banyak orang, terutama kaum muslim, tidak menerima hal ini. Mereka bertanya kenapa Allah orang kristen menjadi manusia?
Orang kristen biasanya mengemukakan alasan biblis dengan mengutip Injil Yohanes, yaitu karena kasih (bdk. Yoh. 2: 16). Allah mengasihi manusia dan ingin menyelamatkan mereka. Akan tetapi, tetap saja orang akan bertanya, kenapa harus jadi manusia. Kenapa tidak yang lain? Dan biasanya, orang kristen akan mengutip penjelasan Rasul Paulus, “Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasehati Dia?” (1kor 2: 16). Di sini Paulus mau menyatakan bahwa peristiwa inkarnasi adalah peristiwa iman, bukan peristiwa akali. Tidak ada manusia di dunia ini yang dapat menyelami misteri Allah yang mahakuasa. Allah mau jadi apa saja adalah kewenangan mutlak Allah, karena Dia mahakuasa. Mana mungkin ada manusia yang mengatur-atur Allah: tak boleh jadi ini, harus begini dan begitu. Jika demikian, siapa yang sebenarnya berkuasa: Allah atau manusia?
Kenapa Allah menjadi manusia, kini menjadi pertanyaan yang tak dapat dipahami jawabannya oleh akal budi kebanyakan orang. Akan tetapi, sangat menarik membaca cerita singkat berikut ini, yang sekilas menjawab pertanyaan tersebut. Semoga ilustrasi ini bermanfaat.

Rabu, 18 Desember 2019

PAUS FRANSISKUS: UMAT KRISTEN MASIH MENDERITA DEMI KRISTUS HINGGA HARI INI

Materi penderitaan semakin menandai kehidupan Santo Paulus sebagaimana diceritakan dalam Kisah Para Rasul. Misionaris pemberani itu hukan hanya penginjil yang bersemangat di antara orang-orang sakit, tetapi juga menderita sebagai saksi tentang Yang Bangkit. Demikian renungan Paus Fransiskus dalam katekese Kisah Para Rasul dalam audensi umum di Aula Paulus VI, Rabu (11/12/2019). Dalam renungan itu Paus Fransiskus mengangkat sosok Rasul Paulus sebagai model bagi umat kristiani dengan mengatakan penderitaan, penganiayaan dan kemartiran adalah tanda bahwa mereka berjalan di jejak langkah Tuhan. Bahkan saat ini, lanjut Paus Fransiskus, “umat kristen masih dianiaya dan dipinggirkan.”
Setibanya di Yerusalem, Rasul Paulus menemui kebencian orang-orang yang mengatakan dirinya seorang penentang yang tidak bisa dipercaya. Karena itu, demi Yesus maka Yerusalem juga memusuhi Paulus. Dia diseret keluar dari Bait Allah untuk dihukum mati, tetapi diselamatkan oleh tentara Romawi. Paulus, yang dituduh menentang Hukum Taurat dan Bait Allah, ditangkap dan memulai perjalanannya sebagai tahanan ke berbagai otoritas di wilayah tersebut.
Paus Fransiskus memperhatikan kesamaan antara Rasul Paulus dan Yesus Kristus. Keduanya dibenci oleh musuh mereka, dituduh secara terbuka; keduanya ditemukan tidak bersalah oleh otoritas Romawi. Paulus dikaitkan dengan hasrat tuannya, dan hasratnya menjadi Injil yang hidup.
Paus Fransiskus mencatat, umat kristen terus menderita demi Kristus, bahkan hingga hari ini. Tepat sebelum audensi umum, ujar Paus Fransiskus, ada sekelompok peziarah dari Ukraina bertemu dengannya. Mereka tidak mau mengubah iman mereka meski menderita demi Injil. “Kini, di dunia, di Eropa,” kata Paus Fransiskus, “banyak umat kristiani dianiaya dan memberikan hidup mereka demi iman, atau dianiaya secara khusus yakni disisihkan, dipinggirkan.” Paus Fransiskus menegaskan, “kemartiran adalah suasana kehidupan seorang kristen, umat kristiani.” Menurut Paus Fransiskus, ”martir akan selalu ada di antara kita: inilah tanda bahwa kita berada di jalan Yesus, inilah berkat Tuhan, bahwa di antara umat Allah ada beberapa orang yang bersaksi dengan kemartiran.”

UMAT ISLAM HARAM UCAP SELAMAT NATAL. BAGAIMANA SIKAP ORANG KRISTEN?


Setiap pemeluk agama mempunyai hari-hari istimewa keagamaan. Umat muslim memiliki Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Umat Hindu ada Hari Raya Nyepi dan Galungan. Hari Raya Waisak merupakan hari istimewa bagi umat Buddha. Orang Kristen, baik protestan maupun katolik, punya Hari Raya Natal dan Paskah. Konghucu atau etnis Tionghoa merayakan imlek.
Adalah kebiasaan umum bila menjelang atau pada saat hari raya yang bersangkutan sering terdengar ucapan selamat hari raya antar manusia. Bagi masyarakat plural, adalah wajar dan biasa jika ucapan selamat itu diucapan. Ketika orang islam merayakan Hari Raya Idul Fitri, ucapan selamat hari raya itu tidak hanya dating dari umat muslim saja, melainkan juga oleh umat agama lain. Demikian pula bila orang Buddha merayakan Waisak, maka akan ada ucapan selamat dari rekan, kenalan atau keluarga yang non Buddha.
Karena itu, sedikit kaget ketika ada berita bahwa umat islam tidak diperbolehkan mengucapkan selamat natal kepada orang kristiani. Bahkan Abdul Karim Syeikh, ketua Majelis Permusyawaratan Ulama Banda Aceh, mengeluarkan fatwa haram bagi ucapan selamat Natal. Artinya, umat muslim Aceh dilarang mengucapkan selamat Hari Raya Natal kepada umat kristiani. Dikatakan bahwa larangan tersebut merupakan aqidah.
Sebenarnya, soal fatwa haram mengucapkan Selamat Hari Raya Natal bukanlah merupakan hal yang baru. Pada level nasional pun sebenarnya fatwa ini sudah ada. Pada Maret 1981, Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang saat itu dipimpin oleh Haji Abdul Karim Amrullah, atau yang biasa dikenal Buya Hamka, mengeluarkan fatwa haram ucapan selamat Natal. Konon, sekalipun mendapat tekanan dari penguasa saat itu, Presiden Soeharto, yang memintanya untuk mencabut fatwa itu, Buya Hamka bersikukuh, tidak mau mencabut fatwanya. Beliau malah lebih memilih mundur dari MUI ketimbang menarik kembali fatwa haram tersebut.

PENCARIAN IMAN KATOLIK OLEH GARY HOGE


Ketika saya masih kecil, ayah saya mengajarkan saya tentang Allah dengan membacakan Alkitab versi anak-anak. Saya sangat suka mendengarnya dan melihat gambar-gambarnya yang indah, tetapi saya tidak pernah sungguh-sungguh membangun iman kepada Allah. Mungkin karena waktu itu saya pikir pergi ke gereja itu sangat membosankan atau mungkin karena pengaruh ibu saya yang agnostik (tidak peduli akan Allah). Meskipun dia tidak pernah menghalangi saya untuk beriman pada Allah akan tetapi dari dialah saya tahu bahwa ada orang-orang yang tidak percaya eksistensi Allah.
Saya tidak ingat pada umur berapa akhirnya saya kehilangan sedikit iman yang saya miliki tetapi sewaktu saya menginjak sekolah menengah umum, saya telah mengaku sebagai seorang agnostik. Saya merasa agama cuma buat orang-orang yang lemah yang tidak dapat menghadapi kenyataan. Manusia telah menciptakan Allah seperti gambaran dirinya berabad-abad lalu demi untuk menjelaskan alam semesta. Tetapi ilmu pengetahuan berkembang dan kita mulai mengerti proses alam yang mengatur alam semesta. Saya dapat melihat saat di mana kita akhirnya mengerti sepenuhnya mekanika dunia materi ini sehingga Allah sama sekali tidak diperlukan lagi. Saya merindukan saat itu karena saya percaya dunia akan menjadi jauh lebih baik tanpa adanya agama. Lebih enak buat saya karena saya dapat melakukan apa saja yang saya sukai tanpa perlu diingatkan bahwa saya adalah seorang berdosa dan bahwa tindakan-tindakan tertentu adalah salah. Apa hak orang-orang ini untuk menghakimi saya?
Tetapi sikap saya mulai berubah sewaktu musim dingin tahun 1985. Untuk pertama kalinya, saya mulai menyadari sisi gelap dari falsafah ateisme. Saya tadinya berpikir ateisme telah melepaskan dari belenggu agama supaya saya dapat hidup semau saya tetapi saya mulai merasakan bahwa hidup sekehendak hati sebetulnya tidak sungguh-sungguh menyenangkan. Bahkan tampak hampa yang tidak memiliki arah. Meskipun saya tidak tahu apa alasannya, saya mulai merasa tidak tenang dan tidak puas. Saya menginginkan sesuatu yang lebih, tetapi saya tidak tahu apakah itu. Saya rasa saya menginginkan supaya hidup ini bermakna. Tampak ada semacam hukum alam yang tidak dapat dipungkiri. Saya menemukan bahwa semakin memiliki semakin saya mengingini dan semakin saya mendapatkan semakin kurang kepuasan yang didapat. Saya semakin tenggelam ke dalam keputus-asaan. Secara eksternal, saya memiliki segala hal, secara internal saya tidak memiliki apa-apa. Saya mulai ragu apakah saya akan pernah merasa bahagia lagi.

Senin, 16 Desember 2019

BIDA’AH PADA MASA PAUS DAMASUS


Dewasa ini sering terdengar beberapa tokoh agama tertentu berusaha untuk “menggugat” beberapa ajaran iman Gereja Katolik. Dalam berbagai kesempatan, entah itu di ceramah-ceramah keagamaan maupun di media sosial, mereka ini seakan menampilkan ketidak-benaran iman katolik. Tentulah dapat dipastikan tujuannya, yaitu agar umat katolik akhirnya meninggalkan imannya.
Ternyata sudah sejak awal Gereja Katolik selalu mendapat perlawanan dan gugatan. Sepanjang zaman perlawanan itu tidak pernah berhenti. Salah satu perlawanan itu adalah perihal ajaran iman. Setiap zaman selalu saja ada orang yang berusaha memutar-balikkan kebenaran iman dengan tujuan agar umat yang lemah dalam pemahaman imannya meninggalkan Gereja Katolik. Dalam Gereja Katolik, orang-orang seperti ini dikenal dengan sebutan bida’ah, orang yang membawa aliran sesat. Pada masa kepemimpinan Paus Damasus (366 – 384), ada beberapa aliran sesat.
Berikut ini uraian singkat para bida’ah aliran sesat pada masa Paus Damasus. Jasmerah. Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah, demikian pernyataan, yang selama ini diyakini berasal dari Bung Karno, namun ternyata tidak. Dengan memaparkan para bida’ah pada masa Paus Damasus, umat katolik tidak hanya melupakan sejarah tetapi lebih dari itu dapat mengetahui dan semakin kuat dalam iman. Karena banyak argumen gugatan yang dilontarkan orang dewasa ini ternyata sudah pernah dilontarkan sejak jaman dulu.
APOLINARISME merupakan aliran yang digagas oleh Uskup Apoliniarius dari Laodikhea (310 – 390). Apolinarius sebenarnya mau membela keilahian Yesus melawan gagasan Arius (Arianisme), namun usahanya justru berlebihan. Ia meniadakan kemanusiaan Yesus demi membela keilahian-Nya. Apolinarius akhirnya dituduh sebagai bida’ah dalam Konsili Konstantinopel tahun 381.
Apolinarisme mengajarkan bahwa Yesus tidak memiliki roh atau jiwa rasional, kecuali Logos ilahi. Apolinarius tidak bisa menerima kalau Yesus itu manusia, karena kemanusiaan itu memiliki sifat rapuh, sementara, dapat binasa dan lain sebagainya. Dan tak mungkin yang manusiawi ini berada dalam tubuh yang ilahi. Karena itulah, Apolinarius berpendapat bahwa Yesus itu ilahi.

PAUS FRANSISKUS: MANFAATKAN MASA ADVEN UNTUK BANTU SESAMA


Dalam momen masa adven, biasanya Paus Fransiskus memberikan pesan-pesan singkat yang menarik untuk ditelusuri. Belum lama ini, Paus Fransiskus memberikan refleksi singkat tentang makna adven dan tak lupa untuk mengajak seluruh umat katolik supaya ikut merefleksikannya. Beberapa pesan singkat Paus Fransiskus itu adalah sebagai berikut:
1.    Umat Harus Punya Harapan
Dalam katekese singkatnya, Paus Fransiskus menghimbau kepada seluruh umat katolik bahwa masa adven mengingatkan kita akan kehadiran Yesus di dunia. Yesus selalu hadir dan akan selalu menyertai perjalanan hidup umat-Nya. Selain itu, Paus Fransiskus mengingatkan akan kedatangan Yesus pada akhir zaman. Untuk itu, hendaklah umat fokus pada masa depan dengan penuh keyakinan dan harapan.
2.    Umat Perlu Mempersiapkan Diri
Adven selalu dimaknai dengan penantian, dan dalam penantian itu ada persiapan. Karena itu, selain harapan, dalam masa adven umat katolik harus memiliki persiapan. Kesiapan hati dengan sungguh-sungguh adalah yang utama untuk menyambut Yesus Kristus, karena kedatangan-Nya untuk menyelamatkan kita. “Adven adalah waktu untuk menyambut kedatangan Yesus, karena Ia datang sebagai utusan perdamaian untuk menunjukkan kepada kita jalan-jalan Allah,” pesan Paus Fransiskus.
3.    Umat Harus Berjaga-jaga
Sebagai manusia, kadang umat disibukkan dengan urusan duniawi, sehingga lupa bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi. Paus Fransiskus tidak ingin umat katolik terlena seperti itu. Maka Paus Fransiskus mau supaya umat selalu berjaga-jaga sepanjang zaman hidup di dunia ini. Seruan tentang berjaga-jaga ini pun sudah ditulis dalam kitab suci. “Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang. Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.” (Matius 24: 42 – 44).

Jumat, 13 Desember 2019

KISAH PENCIPTAAN ADAM DAN HAWA DALAM AL QURAN


Umat islam menyakini Al Quran langsung berasal dari Allah SWT. Ada dua versi pemaknaan dari kata “langsung” ini. Ada segelintir orang memahami bahwa Al Quran, sebagai sebuah kitab, langsung diberikan utuh kepada Nabi Muhammad SAW. Hal ini didasarkan pada kisah turunnya wahyu pertama, saat Muhammad bersemedi di gua Hira. Saat itu suatu malaikat menampakkan diri kepada Muhammad dan memberi perintah singkat: Bacalah! Penafsir mengartikan bahwa pada waktu itu sudah ada kitab, yang kemudian dikenal dengan nama Al Quran. Pemaknaan seperti ini mirip dengan kisah pertobatan Agustinus, yang mendengar suara anak kecil: Bangkit dan bacalah! Agustinus kemudian bangkit dan mengambil Kitab Perjanjian Baru dan dibukanya pada Surat Paulus kepada Jemaat di Roma.
Akan tetapi, ada juga yang memahami bahwa wahyu Allah diturunkan secara bertahap dalam kurun waktu 23 tahun. Ada dua lokasi besar turunnya wahyu, yaitu Mekkah dan Madinah. Makna “langsung” di sini adalah bahwa ayat-ayat yang ada dalam Al Quran sekarang langsung berasal dari Allah. Keyakinan ini diperkuat dengan pernyataan Allah sendiri, yang dapat dibaca dalam QS 32: 2 dan QS 39: 1 – 2, 41. Jadi, ayat-ayat Al Quran tidak hanya dinilai sebagai suci oleh umat islam, tetapi juga benar, karena Allah, yang mewahyukannya, adalah mahabenar. Karena itu, dalam QS 69: 51 dikatakan bahwa “Al Quran itu kebenaran yang meyakinkan.”
Agama islam mengajarkan kepada umatnya bahwa Adam dan Hawa itu nyata ada. Hal ini dapat dipahami karena Adam dan Hawa itu ada dalam Al Quran, dan Al Quran itu merupakan perkataan Allah. Karena itu, mereka tidak hanya diyakini sebagai manusia pertama, tetapi juga sebagai nabi (khusus Adam).  Bagaimana kisah penciptaan Adam dan Hawa dalam Al Quran?

HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR HANYA PENCITRAAN


Saat menghadiri pentas drama “Prestasi Tanpa Korupsi” di SMK 57 Jakarta, Senin (09/12/2019), Presiden Jokowi menyebut bahwa hukuman mati bagi para pelaku tindak korupsi dapat dijatuhi hukuman mati. Menurut Jokowi, penerapan hukuman mati dapat diatur sebagai salah satu sanksi pemidanaan dalam Undang-undang Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor) melalui mekanisme revisi di DPR. “Kalau masyarakat berkehendak seperti itu dalam rancangan UU pidana tipikor, itu (bisa) dimasukkan,” ujar Jokowi.
Apakah pernyataan Presiden Joko Widodo ini merupakan angin segar bagi pemberantasan korupsi atau hanya sekedar pencitraan?
Mewacanakan hukuman mati saja sudah menjadi problematik. Bukan tidak mungkin ada banyak argumen pro dan kontra terhadap hukuman mati itu sendiri, bahkan terhadap kejahatan apa pun. Pegiat hak asasi manusia tentu akan menolak. Gereja Kristen sendiri, baik katolik maupun protestan, dengan terang menolak hukuman mati (lebih lanjut dapat dibaca di sini). Kami sendiri sudah pernah membuat tulisan terkait hukuman mati ini (baca: Hukuman Mati = Efek Jera; Menyoal Hukuman Mati; dan Logika Sesat Hukuman Mati).
Kenapa ada kesan tiba-tiba Jokowi menyuarakan kembali soal hukuman mati bagi pelaku korupsi? Jelas ini hanyalah pencitraan. Dengan mengangkat soal hukuman mati bagi para koruptor, seolah-olah Jokowi peduli pada masalah korupsi; seolah-olah Jokowi ingin serius memberantas korupsi; seolah-olah Jokowi melihat korupsi sebagai kejahatan serius, dan segudang seolah-olah lainnya. Semuanya hendak menegaskan pencitraan Jokowi. Benarkah demikian?
Masih segar dalam benak kita aksi demo mahasiswa menentang beberapa rancangan undang-undang bahkan termasuk undang-undang revisi KPK, yang menelan banyak korban jiwa. Salah satu tuntutan para pendemo adalah agar Presiden mengeluarkan perpu KPK, yang menarik UU revisi KPK yang telah disahkan dan memilih ulang pengurus KPK. Dasar penolakan mahasiswa dan elemen masyarakat atas UU revisi KPK adalah pelemahan KPK. Dengan mengesahkan UU revisi KPK, baik legislatif maupun eksekutif, telihat jelas tidak serius menangani kasus korupsi.
Menanggapi aksi dan tuntutan ini, Presiden Jokowi kukuh dengan pendiriannya: tidak mengeluarkan perpu KPK dan bahwa UU revisi KPK menguatkan KPK. Artinya, Jokowi memang sedang dalam usaha untuk menguatkan KPK dalam memberantas kejahatan korupsi. Jokowi seakan-akan peduli pada KPK, dan hendak memberantas korupsi.

INI ALASAN ISLAM MENILAI INJIL ITU PALSU


Seorang anak kecil (8 tahun) ingin memberikan hadiah ulang tahun untuk ayahnya. Dia tahu kalau ayahnya suka topi. Maka si anak ini, sepulang sekolah, mampir ke toko yang menjual aneka jenis topi. Dia coba pasang ke kepalanya dari satu topi ke topi lain sambil melihat diri di cermin. Akhirnya ia menemukan topi yang pas. Dia minta penjual untuk membungkusnya dengan kertas kado.
Pada saat ulang tahun ayahnya, dia menyerahkan kado itu. Ia meminta ayahnya untuk segera membukanya. Ayahnya tersenyum setelah mengetahui kado itu. Si bocah meminta ayahnya untuk memakainya, karena ia ingin melihatnya. Ternyata topi itu kecil. Tidak pas dengan kepala ayahnya.
“Ah, tak mungkin!” Ujar anak kecil itu. “Kemarin aku coba pas koq.”
“Itu kepalamu,” jelas mamanya.
“Berarti kepala ayah yang salah.”
Demikian sekilas cerita. Si anak memaksakan ukurannya kepada orang lain, sehingga jika ukurannya tidak pas dengan orang lain, maka kesalahan ada pada orang lain.
Berawal dari Sebuah Komentar
Suatu hari, tanpa sengaja saya membuka sebuah situs internet. Ketika melihat isi situs tersebut, saya langsung berkata dalam hati bahwa isi situs itu banyak kebohongannya. Namun bukan isi situs itu yang menarik perhatian saya sehingga melahirkan tulisan ini, melainkan pada sebuah komentar.

Rabu, 11 Desember 2019

TIPS MENJAGA MATA DARI GANGGUAN PENGLIHATAN


Mata merupakan salah satu indra tubuh yang paling penting. Orang bisa saja kehilangan indra pendengaran, yang pasti juga berdampak pada hilangnya kemampuan berkomunikasi, atau indra lainnya. Tapi tidak dengan mata. Kehilangan indra penglihatan membuat seseorang tidak dapat menikmati keindahan alam ciptaan atau menyaksikan kejadian-kejadian luar biasa.
Karena begitu penting dan berharganya, maka sangat dianjurkan untuk menjaga dan merawatnya. Membiasakan diri untuk melakukan beberapa kebiasaan sehat saat ini tentu akan bermanfaat di masa mendatang. Apalagi seiring bertambahnya usia, resiko terkena beberapa penyebab umum kebutaan, termasuk katarak, glaukoma dan degenerasi makula terkait usia akan meningkat.
Untuk itu, beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko dan melindungi penglihatan harus dilakukan. Berikut ini adalah beberapa tipsnya.
1.    Konsumsi Vitamin
Penelitian mendukung bahwa sejumlah nutrisi dapat membantu melindungi penglihatan. Demikian ungkap dokter mata Kristi Stalker. Vitamin yang termasuk adalah:
Vitamin A. Antioksidan ini sangat penting untuk proses penglihatan dan membantu melindungi permukaan mata. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan kebutaan malam dan akhirnya bisa menjadi kebutaan permanen. Banyak makanan hewani mengandung vitamin A tinggi, termasuk hati, minyak ikan dan keju, tetapi tubuh dapat memproduksi vitamin A dari karotenoid yang ditemukan dalam sayuran seperti ubi jalar, sayuran hijau berdaun dan wortel.

EFEK BAHAGIA BAGI KESEHATAN


“Bersukacitalah senantiasa.” Demikianlah pernyataan Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika (1Tes 5: 16). Perlu disadari, Paulus terpanggil untuk mewartakan Injil Yesus Kristus, dan Injil itu dimaknai dengan kabar sukacita. Karena itulah, menerima Injil berarti menerima sukacita. Rasul Paulus tidak henti-hentinya selalu menyerukan kepada umat untuk bersuka cita. Kepada jemaat di Filipi, Paulus berkata, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: bersukacitalah!” (Filipi 4: 4).
Nada seruan Santo Paulus tadi sering terdengar dalam berbagai kesempatan dengan makna profan. Misalnya, ungkapan sastrawan kenamaan Omar Khayyam, “Be happy for this moment. This moment is your life.” Intinya adalah orang perlu merasa bersukacita atau senantiasa berbahagia. Namun, beragam masalah dalam hidup kerap membuat orang kehilangan kebahagiaannya. Tekanan hidup juga membuat orang rentan terkena stress atau depresi. Meskipun demikian, seseorang perlu tetap merasa bahagia karena segudang alasan.
Seseorang yang berbahagia akan memiliki hidup yang lebih sehat. Ada baiknya kebiasaan bersukacita ini diawali dari masa muda. Riset dari Northwestern University, Amerika Serikat, terhadap 10.000 remaja menunjukkan bahwa remaja yang bahagia lebih sedikit cenderung mempunyai masalah perilaku pada usia dewasa. Sebaliknya, remaja yang sering berbahagia cenderung mempunyai kesehatan fisik dan emosional yang baik.
Sebenarnya, saat merasa gembira, tubuh akan memproduksi hormon seperti serotin, relaksin dan dopamin. Saat masuk ke aliran darah, hormon-hormon ini akan merangsang sel-sel kekebalan tubuh. Sel-sel imun ini akan bekerja untuk memerangi penyakit dalam tubuh.

NAPI KORUPTOR IKUT PILKADA: INI SUNGGUH KRISIS


Beberapa hari ini ramai dibicarakan permasalahan bekas tahanan kasus korupsi yang maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), entah itu sebagai gubernur/wakil maupun bupati/wakil atau walikota/wakil. Kebanyakan majunya calon kepala daerah bagi bekas napi koruptor berasal dari partai politik. Artinya partai politik (parpol) mengusung yang bersangkutan untuk maju dalam ajang pilkada.
Majunya kader partai politik mantan napi koruptor ke ajang pilkada mendapat tanggapan keras baik dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) maupun Indonesia Corruption Watch (ICW) dan juga masyarakat pengiat anti korupsi. Tentulah tidak semua orang menentang niat mantan napi korupsi ini maju dalam pilkada. Setidak-tidaknya ada parpol pengusung mendukungnya.
Akan tetapi, majunya seorang mantan napi korupsi dalam ajang kontestasi pilkada menunjukkan adanya krisis. Hal ini sungguh-sungguh menunjukkan situasi krisis. Apa saja krisisnya?
Pertama, krisis kader. Krisis ini lebih ditujukan kepada parpol pengusung. Dengan mengusung mantan koruptor maju dalam pilkada, hal ini memperlihatkan bahwa parpol tersebut sedang mengalami krisis kaderisasi. Sepertinya parpol tidak mempunyai kader lain yang dapat diusung sebagai kepala daerah, sehingga mantan napi korupsi pun diusung. Adanya krisis kader ini sekaligus menunjukkan tidak jalannya kaderisasi dan pendidikan politik di partai politik.