Rabu, 08 Januari 2014

Renungan Hari Rabu sesudah Penampakan

Renungan Hari Rabu Biasa sesudah Penampakan, Thn A/II
Bac I   : 1Yoh 4: 11 – 18; Injil      : Mrk 6: 45 – 52

Dalam bacaan pertama, yang diambil dari surat Yohanes yang pertama, Yohanes menegaskan bahwa Allah adalah kasih. Salah satu wujud kasih Allah adalah kehadiran-Nya di dunia ini dalam diri Yesus Kristus. Kehadiran Yesus menunjukkan kepada umat manusia bahwa Allah peduli dan mengasihi umat-Nya. Karena itulah Yohanes mengajak kita untuk membalas kasih Allah itu dengan hidup saling mengasihi.

Jika kita hidup dalam kasih, maka kita tidak perlu merasa takut. Yohanes berkata, “Di dalam kasih tidak ada ketakutan; kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan.” (ay. 18). Inilah yang digambarkan Markus dalam injilnya. Para murid yang terkatung-katung di tengah danau karena angin sakal, merasa ketakutan ketika melihat Yesus menghampiri mereka. Mereka takut karena tidak ada kasih dalam diri mereka sekalipun Yesus sudah menunjukkan kasih kepada mereka. Ini bisa terjadi karena “hati mereka tetap degil.” (ay. 52).

Sabda Tuhan hari ini mau menyadarkan kita bahwa Allah telah mengasihi kita dalam diri Yesus Kristus. Tuhan menghendaki supaya kita hidup dalam kasih-Nya dengan saling mengasihi satu sama lain. Kita tak perlu ragu akan kasih Allah itu. Jangan bersikap seperti para murid dalam Injil. Dengan keyakinan bahwa Allah telah mengasihi, maka kita bertanggung jawab untuk juga hidup dalam kasih.

by: adrian

Pencitraan di Balik Kenaikan Harga Gas

Tahun baru 2014 rakyat Indonesia mendapat kado istimewa dari pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono, yaitu BPJS dan kenaikan harga gas elpiji 12 kg. Kenaikan harga yang melangit membuat rakyat kecil, khususnya Usaha Kecil Menengah, menjerit. Aksi protes pun terjadi di mana-mana. Ada yang demo, ada pula yang melakukan aksi membuang tabung gas elpiji ke tempat sampah.

Akhirnya harga gas elpiji diturunkan sehingga rakyat sedikit bisa bernafas lega. Namun ada dua hal yang menarik dari berita turunnya harga gas elpiji tersebut. Pertama, baik menteri maupun kader Partai Demokrat mengatakan bahwa setelah mendengar aspirasi rakyat, akhirnya pemerintah (SBY) menurunkan harga gas elpiji. Sebuah pernyataan yang sangat indah di telinga, seolah-olah SBY begitu peduli dengan nasib rakyat. Lagi-lagi tudingan pencitraan meruak. Hal ini tidaklah aneh, karena memang SBY suka sekali dengan politik pencitraan. Maklum, tahun 2014 adalah tahun PEMILU.

Hal menarik yang kedua adalah bahwa SBY tidak tahu soal kenaikan harga gas elpiji 12 kg. Ketidaktahuan SBY ini bermakna bahwa dirinya tidak diberitahu. Jadi, karena tidak diberitahu, makanya SBY tidak tahu. Hal ini sungguh menarik perhatian orang, khususnya para pengamat politik. Banyak orang merasa aneh, koq urusan ini tidak dilaporkan kepada presiden supaya yang bersangkutan tahu. Dari sini muncul penilaian kalau komunikasi di antara presiden dan bawahannya tidak berjalan dengan baik.

Akan tetapi, melihat reaksi Menteri BUMN, Dahlan Ikhsan, banyak orang merasa tak yakin kalau SBY tidak tahu. Orang lantas menilai kalau PERTAMINA dan Dahlan Ikhsan telah dijadikan korban politik pencitraan. Maklum, sosok Dahlan Ikhsan adalah sosok pekerja, bukan politikus. Beliau tidak mau dipusingkan dengan urusan politik, yang penting baginya adalah bekerja untuk kepentingan nusa dan bangsa.

Karena itulah, menjadi pertanyaan kita sekarang adalah apakah memang SBY tidak tahu soal kenaikan harga gas elpiji atau memang pura-pura tidak tahu. Dari uraian di atas, dapatlah dikatakan bahwa kecil kemungkinan kalau SBY tidak tahu soal hal itu. Kemungkinan besarnya adalah SBY pura-pura tidak tahu. Setelah mengetahui reaksi dari rakyat, barulah SBY tampil bak pahlawan untuk menyelamatkan rakyatnya.

Atau, kemungkinan lain lagi, SBY memang tidak mau tahu. Sepertinya salah satu sikap SBY adalah tidak mau tahu. Salah satu contoh adalah ketika SBY ditanya oleh salah seorang peserta pertemuan East Asian Summit 2013 tentang kemacetan di Jakarta, SBY menjawab kalau dirinya tidak tahu; lantas menyuruh penanya untuk langsung bertanya ke Gubernur DKI Jakarta. Di sini tampak bahwa SBY tidak mau tahu urusan DKI Jakarta, meski dirinya bekerja di Jakarta, dan melemparkan urusan itu ke pemerintah daerah. (Tentang hal ini lihat di sini)

Nah, demikian pula halnya dengan masalah kenaikan gas elpiji 12 kg ini. Bukan tidak mungkin SBY tidak mau tahu dengan urusan ini. Toh masa pemerintahannya tinggal beberapa bulan lagi. Daripada sibuk mengurus negara, mendingan mengurus partai yang terus didera kasus korupsi. Elektabilitas partai pun tidak memuaskan.

Kepastian soal sikap SBY ini: tidak tahu, pura-pura tidak tahu atau memang tidak mau tahu, hanyalah Tuhan dan SBY saja yang tahu. Sekalipun SBY dengan lantang mengatakan bahwa dirinya SUNGGUH tidak tahu, sebagian besar rakyat sudah tidak percaya. Rakyat Indonesia bukan orang bodoh lagi. Banyak rakyat sudah pintar. Mereka tahu kalau politikus itu pembual; lain di bibir lain pula di hati dan di lapangan. Karena itulah, masalah ini diserahkan kepada hati nurani yang bersangkutan.
Jakarta, 7 Januari 2014
by: adrian

Orang Kudus 8 Januari: St. Lusianus Beauvais

SANTO LUSIANUS BEAUVAIS, MARTIR

Lusianus adalah pewarta Injil yang terkenal di Gaul (sekarang Perancis), pada abad ketiga. Ia datang dari Roma dan kemungkinan beliau adalah seorang teman Santo Dionisius dari Paris atau teman Santo Quentinus. Keberhasilannya dalam mewartakan Injil menyebabkan dia dihukum mati bersama rekan-rekannya di Beauvais pada masa pemerintahan Kaisar Yulianus kira-kira tahun 290.
 
Peninggalannya berupa 3 buah tempat suci logam bertuliskan namanya ditemukan di sebuah biara pada abad ke 7. Menurut Rabanus Maurus, pada barang-barang peninggalannya itu terjadi banyak sekali mukzijat.

Pola Emosi Bayi

POLA EMOSIONAL YANG LAZIM PADA MASA BAYI
Kemarahan
Perangsang yang lazim membangkitkan kemarahan bayi adalah campur tangan terhadap gerakan-gerakan mencoba-cobanya, menghalangi keinginannya, tidak mengizinkannya mengerti sendiri dan tidak memperkenankannya melakukan apa yang di dekatnya. Pada tahun kedua bayi dapat juga melonjak-lonjak, berguling-guling, meronta-ronta dan menahan nafas.

Ketakutan
Perangsang yang paling mungkin membangkitkan ketakutan bayi adalah suara keras, orang berang dan situasi asing, ruangan gelap, tempat tinggi dan binatang. Perangsang yang terjadi tiba-tiba atau tidak terduga atau yang tidak lazim bagi bayi biasanya membangkitkan rasa takut juga. Tanggapan rasa takut yang lazim pada masa bayi terdiri dari upaya menjauhan diri dari perangsang yang menakutkan dengan merengek, menangis dan menahan nafas.

Rasa ingin tahu
Setiap mainan atau barang baru dan tidak biasa adalah perangsang untuk keingintahuan, kecuali jika kebaruan itu bagitu tegas sehingga menimbulkan ketakutan. Bila rasa takut berkurang, ia akan digantikan oleh rasa ingin tahu. Bayi mudah mengungkapkan rasa ingin tahunya terutama melalui ekspresi wajah – menegangkan otot muka, membuka mulut dan menjulurkan lidah. Kemudian bayi akan menangkap barang yang membangkitkan rasa ingin tahunya tersebut, memegang, membolak-balik, melempar atau memasukkan ke mulutnya.

Kegembiraan
Kegembiraan dirangsang oleh kesenangan fisik. Pada bulan kedua atau ketiga, bayi bereaksi pada orang yang mengajaknya bercanda, menggelitik, mengamati dan memperhatikannya. Mereka mengungkapkan rasa senang atau kegembiraannya dengan tersenyum, tertawa dan menggerakkan lengan serta kakinya. Bila rasa senang sangat besar, bayi berdekut, berdeguk atau bahkan berteriak dengan gembira, dan semua gerakan tubuh menjadi makin intensif.

Afeksi
Setiap orang yang mengajak bayi bermain, mengurus kebutuhan jasmaninya atau melihatkan afeksi akan merupakan perangsang untuk afeksi mereka. Kemudian mainan dan hewan kesayangan keluarga mungkin juga menjadi obyek cinta bagi mereka. Umumnya bayi mengungkapkan afeksinya dengan memeluk, menepuk dan mencium barang atau orang yang dicintai.

sumber: Elizabeth B. Hurlock, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5). Jakarta: Erlangga, 1980, hlm. 87