Sabtu, 03 Agustus 2013

Kaitan Warna & Kepribadian

MENGETAHUI SIFAT ORANG LEWAT WARNA YANG DIPAKAI

Warna faforit yang disukai seseorang bisa berdampak pada sifat dan kelakuan yang cenderung ia lakukan, dengan warna ini bisa diketahui sifat dan perilaku seseorang, kalo anda punya temen dan pingin tahu sifatnya bisa ditebak lewat warna kesukaannya, nah bagi yg lagi naksir cowok bisa dilihat tips berikut ini

Biru
Cowok penyuka warna biru adalah tipikal cowok yang suka menyembunyikan perasaan. Memang sih dia menyenangkan, selalu "siaga" alias siap antar jaga, ke mana pun kamu mau pergi. Tapi kalau pasif banget gitu, ntar lama-lama pasti kamu bosen. Sifatnya yang lebih suka memberi, membuat hubungan kalian bakal terasa didominasi olehmu. Kalau beneran naksir dia, siap-siaplah buat selalu agresif dan "mulai duluan."

Hijau
Cowok ini demen banget sama hal-hal alami. Urusan cewek, dia pasti juga bakal milik cewek yang apa adanya. Dandan nggak menor, pakaiannya nggak neko-neko, nggak hedon, dan glamour. Jangan heran kalau sewaktu-waktu dia ngajak kamu naik turun gunung, hanya demi menikmati matahari terbit. Ini pertanda, dia sedang ada hati sama kamu. Buat cewek-cewek yang nggak suka kerja keras, pikir-pikir dulu ya kalau mau naksir mereka.

Kuning
Kalau naksir cowok pencinta kuning, kamu mesti semangat! Kenapa? Soalnya dia ini tipe periang, senang bergaul, dan antiloyo. Jangan sampai dia jadi bete karena sikapmu yang ogah-ogahan. Sesekali, kalau lagi banyak masalah, dia bisa jadi cowok paling sensi sedunia. Tapi setelah marah sebentar, perangainya bakal normal kembali kok.

Ungu
Cowok ungu adalah cowok optimis dan peduli masa depan. Baginya, pendidikan itu nomor satu. Kalau beneran "jadi" sama dia, siap-siap aja dikalahkan sama buku. Soalnya, dia lebih suka menghabiskan waktu lama-lama sama buku ketimbang pacaran. Si pekerja keras ini juga nggak pernah tanggung saat mengerjakan sesuatu. Semua kudu perfect! Selalu up-to-date dan biasanya digilai banyak cewek. Rasanya, cuma gadis yang kuat mental yang bisa jadi kekasihnya.

Putih
Sifatnya sabar, penyayang, tulus, ikhlas, senang menolong, dan peduli dengan orang lain bikin pencinta putih punya banyak teman. Pacaran sama tipe begini pasti menyenangkan di awal. Tapi, hati-hati, gara-gara kelewat baik, dia sering bikin orang lain salah pengertian. Nah, siap-siap aja buat cemburu. Buat menaklukkan mereka, kamu cuma perlu bikin mereka terus merasa penasaran.

Hitam
Nah, ini dia kebalikan dari si putih. Hitam punya sifat-sifat misterius. Kadang bisa baik setengah mati, setia, sayang, perhatian. Tapi sedetik saja, bisa berubah kejam. Selingkuh seenak udelnya, mutusin cewek sana-sini, tanpa rasa bersalah sedikit pun. Dia selalu tampil menarik dan rapi, tapi hati-hati, jangan sampai terjerumus rayuannya! Kamu pasti bakal menyesal. Kadang, tipe begini cocok buat cewek-cewek yang hobi "berpetualang."

Merah
Cowok merah konon punya sifat api. Panas. Saking panasnya, dia kadang sampai kebakaran sendiri. Emosi yang nggak terkontrol, bikin sebagian hidupnya terasa sangat melankonis. Tapi gini-gini, dia setia lho! Kejar terus dia, dapatkan dia, tancap gas dengan kekuatan penuh. Tunjukin kamu cinta mati. Kalau udah dalam genggaman, dia bakal berikan cinta sepenuh hati pada dirimu. Nah, setelah dia cinta mati, baru deh kamu bisa nyari selingkuhan diem-diem. He he he.

Pastor Paroki ala Jokowi

ANDAI PASTOR PAROKI SEPERTI JOKOWI: SEBUAH MIMPI
Jokowi (plus Ahok) memang fenomenal. Hadirnya Jokowi dalam kampanye pemilihan Gubernur DKI hingga tampilnya sebagai orang nomor satu di Jakarta itu sungguh menyedot perhatian banyak orang, bukan saja di dalam negeri melainkan juga di luar negeri. Banyak orang senang, simpati dan menaruh harapan perubahan pada wajah ibukota negara ini. Semua rasa dan asa itu diletakkan di pundak Jokowi (plus Ahok), karena kepribadian dan kinerja mereka sungguh mendukung terwujudnya rasa dan asa rakyat itu.

Kehadiran Jokowi juga menyita perhatian saya. Karena begitu kagum pada sosok Jokowi ini, sampai-sampai terbawa ke alam mimpi. Yah, saya pernah bermimpi soal Jokowi ini. Tapi mimpi itu bukan tentang Jokowi dan Jakarta, melainkan sosok Jokowi yang merasuk dalam sanubari pastor paroki. Yang menjadi landasan mimpi saya adalah pertanyaan, bagaimana seandainya Pastor Paroki seperti Jokowi dalam mengelola paroki dan karya pastoral.

Jawaban atas pertanyaan itu menghadirkan 7 adegan dalam mimpiku, mirip dalam tayangan film. Inti dari 7 adegan itu adalah perubahan. Yah, sebagaimana Jokowi membawa asa akan Jakarta Baru, demikian pula pastor paroki dapat menghadirkan perubahan dalam wajah parokinya.  Perubahan apa saja?
1.      Seperti Jokowi yang mau berbagi peran dengan rekannya (Basuki Tjahaya Purnama, selaku wakil gubernur), demikian pastor paroki mau menyerahkan sebagian urusan paroki kepada rekannya (pastor pembantu atau asisten). Bukan tampil sebagai single fighter. Sikap  single fighter dapat menimbulkan kebingungan dan frustasi bagi rekan kerjanya dan banyaknya program yang terbengkelai. Jika program terbengkelai, yang menjadi korban adalah umat.

2.      Seperti Jokowi yang mau transparan dalam laporan keuangan dan hal-hal lain terkait dengan uang, demikian pula pastor paroki mau transparan dalam laporan keuangan paroki. Jangan hanya pastor paroki dan bendahara paroki saja yang tahu keuangan paroki, sementara umat bahkan pastor pembantu pun tidak sama sekali. Harus dipegang prinsip ini: Cinta akan uang merupakan akar kejahatan (1Tim 6: 10). Dan setiap manusia (termasuk para imam, bahkan uskup sekalipun) sangat rentan terhadap godaan uang.

3.      Seperti Jokowi yang mau ‘blusukan’ menemui warganya, bahkan yang miskin, demikian juga pastor paroki mau mengunjungi umatnya. Bukan enak-enakan saja di “istana”nya dengan tablet di hadapannya dan Galaxy Note II di telinga. Dan yang dikunjungi itu bukan cuma umat yang kaya, yang selalu mengantar makanan ke pastoran atau mengisikan pulsa, melainkan juga umat miskin sederhana.

4.      Seperti Jokowi yang tanggap akan masalah, demikian pula pastor paroki akan segera menyelesaikan masalah yang ada. Bukan dengan menumpuk masalah dan membiarkan waktu yang menyelesaikannya. Di sini dibutuhkan sikap tegas dan kemauan untuk berbagi dengan orang-orang yang berkompeten.

5.      Seperti Jokowi yang peduli pada rakyat miskin dengan mengeluarkan kebijakan yang pro rakyat (misalnya Kartu Jakarta Sehat dan rumah susun) demikian juga pastor paroki harus memiliki option for the poor lewat karya pastoralnya. Bukan cuma sibuk mengurus misa, misa dan misa dengan menekankan kolekte kepada umat. Jangan hanya menumpuk uang dan kekayaan untuk diri sendiri dan keluarga. Yang harus diingat dan disadari adalah umat bukan sapi perah bagi pastor.

6.      Seperti Jokowi yang ramah kepada siapa saja (orang miskin, biasa atau kaya, pejabat, buruh, pedagang PKL, dll) demikian pula hendaknya pastor paroki kepada umatnya. Jangan pilih kasih dalam bersikap ramah. Jangan hanya ramah dan tersenyum dengan wanita cantik dan orang kaya saja sementara yang lain dipasang wajah bulldog. Senyum itu untuk semua umat. Sama seperti perintah kasih Yesus, hendaknya sikap ramah dan senyum itu ditujukan kepada sesama kita, bahkan orang yang membenci kita.

7.      Seperti Jokowi yang bisa bertindak tegas terhadap bawahannya yang kerja tidak benar, demikian juga pastor paroki hendaknya tegas kepada karyawan yang tidak benar dalam kinerjanya. Bukan dengan diam membiarkan sehingga sebuah kesalahan dan pelanggaran menjadi kebiasaan. Hal ini akan menjadi beban tersendiri bagi calon pastor paroki yang baru.

Demikianlah resensi dari ketujuh adegan mimpi saya. Jika semua itu terwujud, bukan tidak mungkin akan ada perubahan pada wajah paroki dan, seperti Jokowi yang disenangi dan dicintai rakyatnya, demikian pula pastor paroki akan disenangi dan dicintai umatnya.

Dapatkan semua ini terwujud? Maaf, ini hanyalah sebuah mimpi.
Moro, 21 Maret 2013

by: adrian

(Inspirasi Hidup) Bodoh tapi Bijak

SEORANG PEDAGANG KAYA & PELAYAN BODOH
Di sebuah daerah hiduplah seorang pedagang kaya. Ia mempunyai seorang pelayan yang sangat lugu, sehingga orang menyebutnya bodoh.

Suatu hari, si pedagang berkata pada pelayannya untuk pergi ke sebuah desa yang miskin untuk menagih hutang dari para penduduknya. "Hutang mereka sudah terlalu banyak," kata pedagang itu.

"Baiklah, tuan," jawab si bodoh. "Tetapi apa yang akan anda lakukan terhadap uang itu nantinya?"

"Belikan sesuatu yang tidak aku punya," jawab si pedagang.

Kemudian pelayan bodoh itu pergi ke desa. Ia menagih hutang satu demi satu dari para penghuni desa. Penghuni desa itu sangat miskin dan desa mereka baru saja menderita karena kemarau panjang.

Akhirnya, si pelayan bodoh menyelesaikan tugasnya. Di perjalanan pulang ia mengingat perintah tuannya, "belikan sesuatu yang tidak aku punya."

"Apa, ya? Tuanku sangat kaya, bukankah ia sudah memiliki segalanya?" pikir si bodoh.

Setelah berpikir beberapa saat, si bodoh menemukan jawabannya. Ia kembali ke desa itu dan ia membagikan uang yang baru saja ia kumpulkan kepada para penghuni desa.

"Tuanku memberikan uang ini untukmu." katanya. Para penghuni desa sangat gembira. Mereka memuja kebaikan si pedagang itu.

Saat si bodoh pulang ke rumah dan melaporkan apa yang sudah ia lakukan, si pedagang menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu benar-benar sangat bodoh," ia mengeluh.

Waktu berlalu. Terjadilah sesuatu yang tidak diperkirakan. Pergantian pemimpin karena pemberontakan dan bencana banjir menghancurkan usaha pedagang itu.

Pedagang itupun bangkrut. Ia meninggalkan rumahnya dan hanya si bodoh yang mengikuti dirinya. Saat sampai di sebuah desa, entah mengapa, para penduduk desa menyambut mereka dengan ramah dan hangat. Mereka menyediakan sebuah tempat dan makanan untuk si pedagang.

"Siapa para penghuni desa ini? Dan mengapa mereka menolongku?" tanya si pedagang.

"Sebelumnya, tuan mengatakan padaku untuk menagih hutang dari para penduduk miskin desa ini." jawab si bodoh. "Tuan memintaku untuk membelikan sesuatu yang tuan tidak miliki. Aku pikir, tuan sudah mempunyai segalanya. Satu-satunya yang tuan tidak punya adalah cinta dari hati mereka. Kemudian aku mengembalikan uang itu atas nama tuan. Sekarang tuan menuai cinta mereka.

Kadang kita tidak menyadari, orang-orang yang kita pikir tidak penting, menjadi orang yang menolong kita di saat sulit. Sadarilah itu! Jangan lupakan sesamamu, karena tidak peduli seberapa kecil kebaikanmu, suatu hari kamu akan menuai berkahnya.
Baca juga refleksi lainnya: