Jumat, 30 September 2016

RAMAJA DAN BAHAYA PORNOGRAFI

Menyikapi maraknya kejahatan seksual, dimana pelaku kejahatan itu sebagian adalah anak remaja, kelompok cendekiawan islam (ICMI) meminta pemerintah untuk menutup Google dan Youtube. Para pelaku kejahatan itu, dalam melakukan aksinya: memperkosa dan membunuh, dinilai telah terpengaruh oleh konten pornografi yang ada di Google dan Youtube. Dengan alasan inilah para cendekiawan ini menuntut supaya dua situs itu ditutup. (diskusi tentang ini dapat dibaca di sini).
Memang suatu keprihatinan melihat fenomena kejahatan seksual ini. Korban diperkosa, dan ada yang dibunuh. Kebanyakan pelakunya, yang berasal dari kalangan remaja, terpengaruh oleh adegan-adegan pornografi dan kekerasan yang mereka lihat di dunia maya. Pengaruh pornografi juga telah merasuk anak-anak remaja sehingga mereka berani melakukan hubungan suami isteri pada masa pacaran.
Mengapa semua ini bisa terjadi?
Dua ciri utama remaja adalah keinginan tahu dan mencoba-coba. Rasa ingin tahu akan sesuatu yang baru dan menarik pada diri remaja sangatlah besar. Dorongan yang besar untuk ingin tahu ini membuat remaja berusaha untuk mencoba-coba. Inilah yang terjadi dengan masalah pornografi, dan dalam kasus tertentu menyangkut juga masalah narkoba.
Terkait dengan masalah pornografi, persoalan dasarnya adalah masalah seksualitas. Pada masa ini terjadi perubahan fisik remaja, termasuk reproduksi seksualnya. Perubahan ini awalnya menciptakan kebingungan. Dan dalam mengatasi kebingungan ini, remaja bersentuhan dengan dunia maya, yang tak lepas dari penguruh teman sebaya. Dari sinilah akhirnya remaja jatuh ke dalam percobaan demi percobaan.
Di sini ada satu peran yang hilang, yaitu orangtua. Ketika remaja dalam kebingungan menghadapi masalah seksualitas dirinya, orangtua seakan absen sehingga anak mencari dan menemukan jawabannya sendiri. Absennya orangtua di sini bisa disebabkan oleh dua faktor, (1) orangtua menunggu anak datang kepadanya dan bertanya soal seksualitas, dan (2) orangtua menilai seks itu tabu, sehingga orangtua berusaha menghindar pertanyaan anak seputar seksualitas.

Kamis, 29 September 2016

Cara Baru Melihat Konflik Israel vs Palestina

Ketika terjadi kekerasan terhadap warga islam yang dilakukan oleh warga non muslim, gampang sekali muncul kecaman dari umat islam di belahan bumi lain. Mereka mengutuk, mengecam bahkan terkadang juga mencaci-maki pelaku kekerasan. Demo diadakan dimana-mana, dengan membawa atribut agama. Sebagai contoh, ketika terjadi penindasan terhadap umat islam Rohingya, umat islam di Indonesia melakukan aksi protes ke kedutaan Myanmar. Bahkan di Yogyakarta, seorang biksu, yang tak tahu apa-apa, menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh orang islam, sebagai aksi balasan terhadap umat Buddha di Myanmar.
Fenomena ini hanya terjadi dalam dunia islam. Kita tak menemukan pada agama lain. Misalnya, jika ada penindasan terhadap umat Kristen oleh umat agama lain, sama sekali tak pernah ada demo dari umat Kristen di belahan bumi lainnya. Demikian pula dengan agama Hindu, Buddha dan lainnya. Hal ini dapat dimaklumi, karena islam, seperti kata (alm) KH Zainuddin MZ, islam itu ibarat sarang lebah. Diusik di satu sisi, maka semua lebahnya akan mengamuk. Melukai umat islam dimana pun, sama artinya melukai umat islam lainnya, sehingga umat islam lainnya wajib bangkit.
Namun, sayang tindakan tersebut terkadang sungguh di luar akal sehat manusia. Sering terjadi tindakan-tindakan yang dilakukan umat islam, sebagai wujud “solidaritas umat islam”, hanyalah bentuk fanatisme buta. Dikatakan buta karena mereka hanya melihat dari satu sudut pandang saja, yaitu sudut pandangnya sendiri, dan mengabaikan sudut pandang lainnya.
Kebutaan itu sering terlihat juga dalam menanggapi persoalan klasik Israel dan Palestina. Selalu umat islam melihatnya sebagai konflik islam vs Yahudi (Kristen). Tulisan “Cara Baru Melihat Konflik Israel vs Palestina” mencoba memberikan sudut pandang yang berbeda. Dengan tulisan ini, penulis ingin mengajukan pertanyaan: masihkan kita melihat konflik tersebut sebagai konflik agama. Lebih lanjut silahkan baca sendiri di sini: Budak Bangka: Cara Baru Melihat Konflik Israel vs Palestina

Rabu, 28 September 2016

Orang Kudus 28 September: St. Yakobus Kyushei Tomonaga

SANTO YAKOBUS KYUSHEI TOMONAGA, MARTIR
Yakobus Kyushei Tomonaga lahir pada sekitar tahun 1582 di Kyudetsu, Jepang. Yakobus adalah putera sebuah keluarga bangsawan Kristen di Kyudetsu. Yakobus memperoleh pendidikan pada kolese Yesuit di Nagasaki. Semasa mudanya Yakobus aktif sebagai katekis, tetapi ia kemudian diusir dari Jepang pada tahun 1614 karena aktivitasnya sebagai katekis.
Terusir dari Jepang, Yakobus pergi ke Filipina dan bergabung dengan Ordo Pengkotbah. Yakobus ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1626 dan mulai berkotbah di Filipina dan Taiwan. Pada tahun 1632 Yakobus kembali ke Jepang walaupun ia mengetahui bahaya yang senantiasa mengancam nyawanya. Di Jepang Yakobus berkarya bersama Miguel Kurobioye, seorang katekis.
Pada Juli 1633 Yakobus ditangkap setelah sebelumnya katekisnya tertangkap dan setelah disiksa ia memberitahukan keberadaan Yakobus. Setelah ditangkap Yakobus dimasukkan ke dalam penjara. Selama di penjara Yakobus disiksa untuk menyangkal imannya, namun Yakobus tetap bertahan pada imannya.
Akhirnya Yakobus dibunuh karena menyebarkan iman Kristen. Yakobus Kyushei Tomonaga meninggal dunia pada 17 Agustus 1633 di Nagasaki, Jepang, sebagai saksi Kristus. Pada 18 Februari 1981, bersama dengan Dominikus Ibanez dan para martir Jepang lainnya, Yakobus dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II, dan pada 18 Oktober 1987 Yakobus dikanonisasi oleh Paus yang sama.
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 28 September: St. Innosensius da Berzo

BEATO INNOSENSIUS BERZO, PENGAKU IMAN
Orang kudus ini mempunyai nama asli Giovanni Scalvinoni. Innosensius lahir pada 19 Maret 1844 di Niardo, Bresia, Italia. Innosensius adalah putera dari Frances Poli dan Peter Scalvinoni, yang berasal dari Berzo. Ayahnya meninggal ketika Innosensius masih berusia beberapa bulan. Innosensius dikirim untuk belajar di kolese Lovere di Bergamo.
Menjawab panggilan Tuhan, pada tahun 1861 Innosensius masuk seminari di Brescia, dan pada tahun 1867 ia ditahbiskan sebagai imam diosesan. Innosensius sempat menjadi rektor seminari dan pastor paroki di Berzo. Ia dikenal karena homilinya yang sederhana dan menyentuh, dan bimbingan spiritualnya.
Pada tahun 1874 Innosensius bergabung dengan Ordo Fransiskan Kapusin di Provinsi Lombardia. Ia memperoleh nama baru, Innosensius Berzo. Innosensius sempat menjadi asisten kepala novis. Innosensius memiliki devosi yang besar terhadap Sakramen Mahakudus, dan mampu berdoa dalam waktu yang lama di hadapan Sakramen Mahakudus. Kerendahan hati dan kekudusannya membuat kehidupannya semakin tersembunyi dari orang banyak.
Tahun 1889 Innosensius dipilih sebagai pembimbing retret, namun ia jatuh sakit yang parah hingga merengut nyawanya. Innosensius Berzo meninggal dunia pada 3 Maret 1890 di Begamo, Italia. Pada 12 Maret 1961 Innosensius dibeatifikasi oleh Paus Yohanes XXIII.
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 28 September: St. Dominikus Ibanez

SANTO DOMINIKUS IBANEZ, MARTIR
Dominikus Ibanez lahir pada sekitar bulan Februari 1589 di Regil, Guipuzcoa, Spanyol. Ketika berusia 14 tahun Dominikus memutuskan untuk bergabung dengan Ordo Pengkotbah atau Ordo Dominikan di San Sebastian. Satu tahun sebelum ditahbiskan sebagai imam, Dominikus pindah biara ke Provinsi St. Maria Rosario di Sevilla, karena merasa terpanggil untuk menjadi misionaris di Filipina, Jepang dan China.
Dominikus diberangkatkan menuju Filipina melalui Meksiko. Di Filipinalah Dominikus ditahbiskan sebagai imam. Ia ditugaskan di Pengasinan. Selama 4 tahun Dominikus membaptis sekitar 10.000 anak. Setelah itu Dominikus kemudian ditugaskan di Binondo, Manila. Ia juga mengajar di Universitas St. Thomas Aquino.
Ketika situasi misi di Jepang dalam masalah, Dominikus diutus oleh superiornya untuk pergi ke Jepang. Dominikus tiba di Nagasaki pada 14 Oktober 1623. Ia berkarya di tengah bahaya selama 10 tahun. Dominikus berperan penting dalam posisinya sebagai Vikaris Provinsi Misi.
Pada sekitar tahun 1633 Dominikus ditangkap bersama dengan katekisnya, Francis Shoyemon. Penangkapan ini terjadi tak lepas dari peran seorang Kristen yang berapostasi. Dialah yang melaporkan keberadaan Dominikus sehingga aparat berhasil menangkap Dominikus dan menjebloskannya ke dalam penjara. Awalnya Dominikus dipenjarakan di Nagoya, kemudian dipindahkan ke Nagasaki. Selama di penjara Dominikus disiksa untuk menyangkal imannya, namun Dominikus tetap bertahan pada imannya.
Dominikus Ibanez meninggal dunia pada 13 Agustus 1633 di Nagasaki, Jepang, sebagai saksi Kristus. Pada 18 Februari 1981 ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II, dan pada 18 Oktober 1987 Dominikus dikanonisasi oleh Paus yang sama.
Baca juga orang kudus hari ini:

Selasa, 27 September 2016

CITA-CITA WARNI: Sebuah Cerpen

Setiap manusia pasti mempunyai cita-cita. Sadar tak sadar, tak jarang kehidupan dibangun dari sebuah cita-cita. Kehidupan sekarang ini ada bukan terjadi begitu saja, melainkan melalui proses. Dan proses itu berawal dari cita-cita. Cita-cita menjadi motor pendorong manusia untuk membangun kehidupan sesuai dengan keinginannya.
Karena itu, tak heran kalau Bung Karno, Presiden pertama Republik Indonesia, pernah berujar kepada kaum muda Indonesia untuk “menggantungkan cita-citamu setinggi langit!”. Bagi Bung Karno, cita-cita yang tinggi akan membuat manusia berusaha keras meraihnya. Di sini bukan soal tinggi-nya cita-cita, melainkan proses-nya yang hendak ditekankan. Karena tanpa cita-cita, manusia seakan bergerak tanpa arah yang jelas dan pasti.
Cerpen “Cita-cita Warni” membahas soal cita-cita. Sejak kecil cita-cita memang harus sudah dipupuk, meski tetap harus disadari bahwa suatu saat cita-cita itu bakal berubah. “Kadang cita-cita pada masa kecil pun tidak terlaksana. Berubah setelah dewasa. Aku dulu sebenarnya bercita-cita jadi tentara, tapi kini…, cuma puas jadi pekerja pabrik.” Demikian sepenggal dialog dalam cerpen ini.
Akan tetapi, yang menarik dari cerpen ini bukan soal pembicaraan cita-citanya, melainkan persoalan kehidupan manusia. Dengan kata lain, lewat pembahasan cita-cita, cerpen ini mengungkap sisi-sisi gelap dan terang kehidupan manusia. Lebih lanjut tentang cerpen ini, silahkan baca di sini: Budak Bangka: (C E R P E N) Cita-cita Warni

Senin, 26 September 2016

Orang Kudus 26 September: St. Delfina Glandieves

BEATA DELFINA GLANDIEVES, PENGAKU IMAN
Delfina Glandieves lahir pada sekitar tahun 1284 di Provence, Perancis. Ia adalah puteri dari keluarga bangsawan Puimichel. Sejak masih kecil Delfina kehilangan kedua orangtuanya. Ia diasuh oleh bibinya, abdis biara St. Catherine di Sorbo. Ketika berusia 14 tahun Delfina menikah dengan Santo Elzear. Keduanya mempraktekkan hidup dengan mempertahankan keperawanan mereka.
Delfina  dan Elzear bergabung dengan Ordo Ketiga St. Fransiskus. Ketika Elzear bertugas di istana Kerajaan Naples, Delfina ikut bersamanya dan bersahabat dengan Ratu Sanchia. Setelah kematian Elzear Delfina terus tinggal di istana Naples mendampingi Ratu Sanchia.
Pada saat Raja Robert, suami Ratu Sanchia, meninggal dunia, Ratu memilih menjadi biarawati Klaris, dan Delfina ikut menemaninya sampai kematian Ratu Sanchia. Delfina menjual semua hartanya dan membagikannya kepada orang miskin. Setelah itu ia pergi mengasingkan diri dari Naples ke Cabrieres, kemudian ke Apt, dimana suaminya dimakamkan.
Delfina Glandieves meninggal dunia pada 26 November 1360 di Apt, Perancis. Jenasahnya dimakamkan di samping suaminya. Pada sekitar tahun 1694 ia dibeatifikasi oleh Paus Innosensius XII.
Baca juga orang kudus hari ini:

Sabtu, 24 September 2016

CARA SBY PERTAHANKAN DINASTI YUDHOYONO DI DEMOKRAT

Pilkada DKI 2017 mempunyai daya magnetnya sendiri. Hampir semua mata penjuru Indonesia tertuju ke Jakarta. Karena itu, wajar bila seorang teman berkomentar bahwa pemilihan menuju DKI-1 tak jauh beda dengan pilpres lalu. Hal ini dimaklumi mengingat DKI Jakarta merupakan barometer politik Indonesia.
Pusat episentrum perpolitikan pilkada DKI adalah sosok petahana, yaitu Basuki Tjahaya Purnama, atau yang biasa disapa Ahok. Sejak mengajukan diri kembali menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2017 – 2022, mulai dari calon independen hingga calon partai, ada banyak partai dan perseorangan berusaha untuk menjegal niat Ahok. Partai-partai, minus 3 partai pengusung awal Ahok (Nasdem, Hanura dan Golkar) membentuk koalisi kekeluargaan dengan prinsip: asal bukan Ahok. Tak kalah menarik juga kemunculan beberapa tokoh, mulai dari Yusril hingga Rizal Ramli, yang juga berprinsip sama seperti partai.
Akhirnya semua kita mengetahui akhir dari drama percalonan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. Koalisi Kekeluargaan pecah (sama seperti koalisi permanen pada masa pilpres 2014 lalu), yang berawal dari masuknya PDIP ke kubu petahana. Perpecahan ini memunculkan dua poros, yaitu poros Yudhoyono atau biasa disebut poros Cikeas, dan poros Prabowo. Sementara itu, beberapa tokoh yang cukup santer namanya, seperti Yusril, Rizal Ramli, Anis Baswedan, Hasnaeni Moein, dll, bak hilang ditelan bumi. Metro TV, dalam acara “Selamat Pagi Indonesia” Jumat (23/09) menyebut mereka sebagai “Layu Sebelum Berkembang”.
Sangat menarik untuk mencermati pilihan poros Cikeas, yang terdiri dari Partai Demokrat, PAN, PKB dan PPP. Setelah melalui rapat panjang, Kamis (22/09) malam poros ini mendeklarasikan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni sebagai pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI untuk melawan pasangan calon Ahok dan Djarot, yang Kamis kemarin sudah mendaftar di KPU. Sekedar diketahui Agus Harimurti adalah anak kandung SBY, yang saat ini masih aktif di ketentaraan dengan pangkal mayor infanteri.
Banyak reaksi dan tanggapan dari pengamat, baik senior maupun yunior. Ada pengamat menilai langkah poros Cikeas mengusung Agus Harimurti sebagai langkah antara bingung dan terpaksa. Ada juga yang mempertanyakan apakah ini merupakan langkah berani atau bunuh diri. Umumnya mereka terkejut atau kaget atas terpilihnya Agus Harimurti. Karena itu, Kosmas Lawa Bagho membuat tulisan di kompasiana dengan judul “Poros Cikeas Membuat Kejutan yang Mengejutkan”. Semua memberi penilaian negatif terhadap terpilihnya Agus Harmurti sebagai calon gubernur.

Jumat, 23 September 2016

KADO ULTAH KE-61 BUAT KORLANTAS POLRI

Tanggal 22 September merupakan hari jadi Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia yang ke-61. Acara syukuran ulangtahun ini diadakan di JCC Jakarta Pusat. Hadir dalam acara ini Bapak Kapolri, Jenderal Polisi Tito Karnavian. Akan tetapi, berita tentang acara ulangtahun Korlantas ini seakan tenggelam oleh pemberitaan DKI1 dan juga Kopi Bersianida.
Dalam acara syukuran itu Bapak Kapolri memberikan penghargaan kepada lima anggota polisi lalu lintas yang berjasa dalam menjalankan tugasnya. Sangat menarik untuk mencermati kata sambutan Kapolri. Dalam kata sambutan itu Kapolri menyampaikan dua harapan besar terhadap polisi, khususnya Korlantas. Pertama, agar polisi, dalam hal ini Korlantas, harus bekerja lebih baik lagi. Kedua, supaya tidak ada oknum polisi yang bermain dalam pembuatan SIM.
Tentulah kita sudah tahu apa yang dimaksud dengan permainan dalam pembuatan SIM. Semuanya ujung-ujungnya adalah duit. Ada praktek percaloan atau juga penipuan terkait urusan SIM. Berhubung dengan hal ini, saya mau berbagi pengalaman. Mungkin Bapak Kapolri dan Kakorlantas Mabes Polri berkenan membacanya. Pengalaman ini terkait juga dengan dua harapan Bapak Kapolri di atas.
Pada 12 Juli lalu, sekitar pukul 09.00 WIB saya mengurus mutasi keluar SIM A dan C di Polres Karimun. Semua berkas administrasi sudah lengkap. Petugas yang menarima bernama Cendy. Setelah menerima berkas tersebut, beliau mengatakan bahwa kemungkinan selesai sekitar pukul 15.00. Beliau akan menghubungi saya pada nomor HP yang saya berikan.
Hingga pukul 16.00 tidak ada telepon yang masuk, sementara pukul 17.00 saya ada acara di Sei Bati. Saya berangkat ke Sei Bati sekitar pukul 16.30, dan saat itu pun tidak ada telepon. Pada pukul 22.30 saya baru tiba di rumah, dan menemukan ada 2 kali panggilan dari nomor baru. Saya menduga itu panggilan dari Polres Karimun, sehingga saya memutuskan kembali ke sana besok.
Berhubung 13 Juli kota Tanjung Balai Karimun diguyur hujan hampir seharian, saya memutuskan untuk ke Polres pada 14 Juli. Kembali saya menghadap Bapak Cendy. Setelah menjelaskan perihal surat mutasi keluar SIM saya, beliau menyatakan bahwa biaya mutasi per sim adalah Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah). Karena ada dua SIM (A dan C) maka total semuanya Rp. 200.000,-
Baru pada 20 September saya tiba di Pangkalpinang. Keesokan harinya saya langsung mengurus mutasi masuk SIM. Dengan berkas yang ada, sekitar pukul 09.00 WIB saya menghadap petugas. Beliau langsung menyerahkan dua formulir beserta kwitansi yang harus saya isi. Sebelumnya petugas ini menjelaskan proses dan apa yang bakal terjadi dengan dua SIM saya yang lama. Penjelasan beliau sesuai juga dengan keinginan saya, yaitu bahwa SIM yang baru nanti sudah langsung perpanjangan.

Kamis, 22 September 2016

Orang Kudus 22 September: St. Yohanes Maria de la Cruz

BEATO YOHANES MARIA DE CRUZ, MARTIR
Orang kudus ini memiliki nama asli Mariano Garcia Mendez. Yohanes lahir pada 25 September 1891 di San Esteban de los Patos, Avila, Spanyol. Sejak kecil Yohanes sudah berkeinginan untuk menjadi seorang imam. Menjawab panggilan Tuhan, Yohanes memutuskan untuk bergabung dengan seminari diosesan di Avila, dan sempat ingin bergabung dengan Ordo Pengkotbah, tetapi kesehatannya yang buruk menghalanginya.
Pada 18 Maret 1816 Yohanes  ditahbiskan menjadi imam dan melayani di sebuah desa kecil yang miskin. Yohanes  kembali berusaha mencari kehidupan rohani yang lebih baik, sampai ia kemudian bertemu dengan imam Kongregasi Hati Kudus Yesus. Yohanes kemudian memasuki masa novisiat di Novelda, Alicante. Ia mengikrarkan kaulnya pada 31 Oktober 1926 dan mengambil nama Yohanes Maria de la Cruz.
Yohanes kemudian bertugas sebagai guru. Ia juga mulai mencari dana pada tahun 1929, dan juga membujuk anak-anak untuk bergabung dengan seminari Kongregasi Hati Kudus Yesus. Ketika terjadi penganiayaan terhadap umat Katolik dalam perang saudara di Spanyol, Yohanes memilih untuk mengungsi ke Valencia, dengan harapan tidak ada yang mengenalinya.
Ketika melihat sebuah gereja dirusak dan dijarah, Yohanes melakukan protes sehingga orang mengetahui identitas dirinya. Yohanes kemudian ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Dalam penjara Yohanes memberikan perhatian kepada tahanan lain. Ia juga tetap melakukan kewajiban seperti berdoa Ibadat Harian, atau Rosario.
Yohanes Maria de la Cruz meninggal dunia pada 23 Agustus 1936 di Valencia, Spanyol. Ia merupakan martir pertama dari Kongregasi Hati Kudus Yesus. Pada 11 Maret 2001 ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II.
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 22 September: St. Yusuf Calasanz Marques

BEATO YUSUF CALASANZ MARQUES, MARTIR
Orang kudus ini lahir pada 23 November 1872 di Azanuy, Huesca, Spanyol. Ketertarikan Yusuf menjadi biarawan bermula ketika ia berjumpa dengan Santo Yohanes Bosko pada sekitar tahun 1886. Pada saat itu Yusuf melihat Yohanes Bosko kelelahan dan menderita. Dari sinilah Yusuf akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan Kongregasi Salesian pada tahun 1890 dan ditahbiskan sebagai imam lima tahun kemudian.
Setelah menjadi imam, Yusuf bertugas sebagai sekretaris Beato Filipus Rinaldi, dan kemudian ia menjadi superior untuk provinsi Peru-Bolivia. Yusuf kembali ke Spanyol dan ditunjuk sebagai Provinsial Barcelona-Valencia. Yusuf dikenal sebagai pekerja keras dan memiliki perhatian terhadap keselamatan manusia.
Ketika terjadi perang saudara di Spanyol, Yusuf ditangkap bersama para Salesian, saat mengadakan retret di Valencia. Dalam perjalanan, Yusuf dibunuh dengan ditembak. Yusuf Calasanz Marques meninggal dunia pada 29 Juli 1936 di Valencia, Spanyol. Pada 11 Maret 2001 ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II.
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 22 September: St. Hendrikus Saiz Aparicio

BEATO HENDRIKUS SAIZ APARICIO, MARTIR
Hendrikus Saiz Aparicio lahir pada 1 Desember 1889 di Ubierna, Burgos, Spanyol. Menjawab panggilan Tuhan, Hendrikus memutuskan untuk bergabung dengan Kongregasi Salesian. Ia mengikrarkan kaul pertamanya pada tahun 1909 di Barcelona-Sarria. Hendrikus ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1918.
Setelah menjadi imam, Hendrikus ditunjuk sebagai direktur pertama kolese di Salamanca, kemudian menjadi rektor aspiran di Carabanchel, Alto, Madrid. Ketika terjadi perang saudara di Spanyol, Hendrikus berusaha untuk melindungi para aspiran. Pada 20 Juli 1936 biaranya diserang. Dengan berani Hendrikus menyerahkan diri dan meminta supaya para tentara melepaskan para aspirannya.
Hendrikus Saiz meninggal dunia pada 2 Oktober 1936 di Madrid, Spanyol. Pada 28 Oktober 2007 ia dibeatifikasi oleh Paus Benediktus XVI, yang diwakili oleh Kardinal Jose Saraiva Martins.
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 22 September: St. Ignasius Santhia

SANTO IGNASIUS SANTHIA, PENGAKU IMAN
Orang kudus ini mempunyai nama asli Lorenzo Maurizio Belvisotti. Ignasius lahir pada 5 Juni 1686 di Santhia, Vercelli, Italia. Ia adalah putera dari sebuah keluarga kelas atas. Ignasius menerima pendidikan dari seorang imam yang baik, yang menginspirasinya dan membantunya dalam menjawab panggilan Tuhan. Hal ini diwujudkannya dengan masuk ke seminari.
Pada tahun 1710 Ignasius ditahbiskan sebagai imam diosesan di Vercelli. Setelah 6 tahun berkarya, Ignasius memutuskan untuk bergabung dengan Ordo Fransiskan Kapusin. Pada saat itu Ignasius dikritik oleh keluarga dan umat paroki yang tidak mengerti keputusannya. Dalam Ordo Kapusin ini Ignasius akhirnya mendapati kedamaian batin yang ia cari dalam hidup kesederhanaan. Pada 24 Mei 1717 ia mengikrarkan kaul religiusnya dan memperoleh nama Ignasius.
Ignasius memulai perjalanan rohaninya dengan dikirim dari satu biara ke biara lain di wilayah Savoy, Italia. Dia senang dipindahkan karena ketaatannya dan kehormatan untuk dapat melayani saudara-saudaranya. Pada awalnya Ignasius ditempatkan di biara di Saluzzo, dan bertugas sebagai sakristan. Ia kemudian dipindahkan ke novisiat di Chieri dan bertugas sebagai asisten pembimbing para novis.
Tahun 1727 Ignasius dikirim ke biara di Turin-Monte, dengan tugas sebagai sakristan dan pembimbing rohani. Sebagai pembimbing rohani banyak orang mencarinya, mulai dari kaum religius, imam, umat beriman dan orang-orang berdosa yang paling berdosa untuk mengaku dosa, dan untuk menerima bimbingan rohani. Pada tahun 1731 Ignasius dikirim ke biara Modovi, dimana ia menjadi pembimbing para novis dan vikaris biara.
Ignasius harus meninggalkan novisiat pada tahun 1744 dan pergi ke Turin karena ia menderita penyakit mata yang misterius, yang membawanya hampir pada kebutaan. Ignasius dapat sembuh dari penyakitnya sehingga ia dapat kembali pada aktivitas tugasnya.
Antara tahun 1743 – 1746 terjadi perang di Piedmont. Raja Sardina-Piedmonte, Charles Emmanuel III meminta kapusin untuk menyediakan tenaga medis dan spiritual untuk rumah-rumah sakit. Ignasius ditunjuk sebagai pastor kepala dan menawarkan bantuannya untuk dua tahun di rumah sakit Asti, Vinovo dan Alessandria, melayani dan menyembuhkan dalam semangat kasih injili yang sejati. Ketika Piedmonte dalam keadaan damai kembali, Ignasius kembali ke biara di Turin-Monte, dimana ia akan menghabiskan 24 tahun sebagai pembimbing rohani dan bapa pengakuan.
Ignasius Santhia meninggal dunia pada 21 September 1770 di Turin-Monte, Italia. Pada 17 April 1966 ia dibeatifikasi oleh Paus Paulus VI, dan pada 19 Mei 2002 ia dikanonisasi oleh Paus Yohanes Paulus II.
Baca juga orang kudus hari ini:

Rabu, 21 September 2016

Bahan Pelajaran Agama Katolik SMA/K XII, Bab 2 sub C

KERJASAMA ANTARUMAT BERAGAMA & BERKEPERCAYAAN
Seorang katolik pernah terlibat dalam suatu forum kerjasama antarumat beragama. Kegiatan forum ini mengadakan dialog antariman dan kegiatan sosial. Dari keterlibatan ini ia mendapatkan pencerahan:
     a.    Tuhan itu satu dan sama untuk semua orang
     b.    Di hadapan Tuhan semua manusia setara
     c.    Agama sebagai jalan menuju Tuhan
     d.    Agama itu tuntunan kepada kebaikan
   e.    Dalam menghayati dan mengamalkan agama, manusia perlu rendah hati dan toleransi
Lima poin di atas bisa menjadi titik temu umat beragama untuk menjalin dialog dan kerjasama.
1.    Berbagai Bentuk Kerjasama Antarumat Beragama
Untuk menemukan bentuk kerjasamanya, terlebih dahulu perlu dipahami sikap beragama. Ada 5 sikap beragama yang menjadi titik tolak pemikiran, yaitu:
(a) Eksklusivitas: merasa ajaran agama yang dipeluk adalah yang paling benar, sedangkan agama lain sesat dan wajib ditobatkan.
(b) Inklusivitas: bersikap bahwa di luar agamanya ada juga kebenaran, meski tidak sesempurna agamanya
(c) Pluralitas atau Paralelisitas: bersikap bahwa agama-agama lain adalah jalan yang sama-sama sah untuk mencapai kebenaran yang sama
(d) Ekletivitas: sikap keberagaman yang berusaha memilih dan mempertemukan berbagai segi ajaran agama yang dipandang baik dan cocok untuk seseorang
(e) Universalitas: bersikap bahwa pada dasarnya semua agama adalah satu dan sama
Dari lima sikap di atas, yang pertama merupakan sikap yang akan menghambat kerjasama. Karena itu, sikap ini harus disingkirkan. Setelah itu, kita dapat melakukan kerjasama di segala bidang seperti olahraga, kesenian, bakti sosial, ekonomi, dll. Semua itu dapat terwujud jika semua pihak dibebaskan dari segala konflik kepentingan.
2.    Usaha Umat Beriman Mewujudkan Kerjasama Antarumat Beragama
Ada beberapa usaha yang bisa dilakukan, yaitu
(a) Membentuk Forum Persaudaraan Antarumat Beriman. Forum ini menjadi ajang komunikasi, dialog dan kerjasama.
(b) Meningkatkan inklusivitas.
(c) Mengadakan sarana dan prasarana sosial, yang memungkinkan perjumpaan umat beragama.
(d) Pemberdayaan ekonomi masyarakat.
(e) Menyediakan kurikulum pendidikan yang bersifat inklusif
(f)   Membangun budaya yang mampu menciptakan keharmonisan hidup
(g) Membangun sistem politik yang bebas dari segala bentuk konflik kepentingan antargolongan atau agama.
Jika dilihat beberapa usaha di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan kerjasama antarumat beragama bukan semata-mata tugas masyarakat semata atau tokoh agama saja, melainkan semua elemen masyarakat termasuk elite pemerintah dan elite politik.
3.    Rancangan & Pelaksanaan Kegiatan Kerjasama Antarumat Beragama
Dialog dan kerjasama spontan dimungkinkan terjadi, tapi hasilnya kurang maksimal. Agar dialog dan kerjasama itu mendapatkan hasil yang baik, maka selain kita meningkatkan mutu keberimanan, kita juga perlu melanjutkan dengan rencana aksi yang konkret dan realistis. Dibutuhkan perencanaan yang matang dengan target-target yang jelas, seperti menyangkut waktu, materi atau bentuk kegiatan, tujuan yang mau dicapai, siapa saja yang dilibatkan, dll.
Hal ini dapat mulai dilakukan di sekolah. Akan tetapi, hendaknya acara ini tidak hanya melibatkan warga internal sekolah, melainkan juga mengundang sekolah-sekolah lain.
sumber: Pendidikan Agama Katolik: Menjadi Murid Yesus untuk SMA/K Kelas XII
Baca juga:

Selasa, 20 September 2016

Orang Kudus 20 September: Paulus Chong Hasang

SANTO PAULUS CHONG HASANG, MARTIR
Paulus Chong Hasang lahir pada sekitar tahun 1795 di Korea. Ia adalah putera dari Agustinus Chong Yak-Jong, atau yang lebih dikenal dengan Agustinus Chong, dan Cecilia Yu Sosa. Keduanya termasuk bilangan para kudus. Walau sebagai awam biasa, Paulus mencoba menyatukan umat kristiani yang tersebar, dan memberi semangat kepada mereka untuk memegang teguh iman serta hidup dalam iman.
Menghadapi tekanan pemerintah terhadap Gereja Katolik, Paulus menulis Sang-Je-Sang-Su yang menjelaskan kepada pemerintah Korea bahwa Gereja bukanlah ancaman bagi pemerintahan. Akan tetapi pemerintah Korea tidak percaya pada argumen Paulus, malah mereka mencurigainya. Paulus kemudian menyeberang ke China, bekerja sebagai pelayan seorang diplomat Korea.
Paulus tidak kehilangan akal untuk terus berjuang mengembangkan Gereja Katolik di Negeri Gingseng itu. Di China ia berusaha meyakinkan Uskup Beijing untuk mengirim lebih banyak imam ke Korea. Ia juga meminta bantuan langsung kepada Roma. Pada 9 September 1831 Paus Gregorius X menyatakan berdirinya Keuskupan Katolik Korea.
Ketika para misionaris mulai berdatangan, Paulus memasuki seminari. Sayangnya ia terlebih dahulu menjadi martir Kristus pada saat penganiayaan Gi Hye pada tahun 1839 sebelum ia dapat ditahbiskan. Paulus Chong Hasang meninggal dunia sebagai martir pada 22 September 1839 di Korea. Pada 6 Juni 1925 ia dibeatifikasi oleh Paus Pius XI, dan pada 6 Mei 1984 ia dikanonisasi bersama dengan St. Andreas Kim Taegon dan martir-martir Korea lainnya, termasuk ibu dan saudaranya, oleh Paus Yohanes Paulus II.
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 20 September: St. Andreas Kim Taegon

SANTO ANDREAS KIM TAEGON, MARTIR
Andreas Kim Taegon lahir di Korea. Ia adalah putera dari Ignasius Kim Chejun, seorang bangsawan Korea, yang menjadi Katolik dan martir pada penganiayaan tahun 1839. Andreas dibaptis pada usia 15 tahun. Menjawab panggilan Tuhan, ia pergi meninggalkan Korea menuju seminari di Makau, China. Di sinilah Andreas menimba ilmu sebagai persiapan menjadi imam. Andreas akhirnya ditahbiskan menjadi imam pertama Korea, dan setelah itu ia kembali ke Korea.
Di korea Andreas ditugaskan untuk mengatur masuknya para misionaris melalui jalur air sehingga tidak diketahui penjaga perbatasan. Suatu ketika ia ditangkap dan kemudian disiksa. Akhirnya Andreas menghadapi akhir hidupnya setelah kepalanya dipenggal di Sungai Han, dekat ibukota Seoul.
Andreas Kim Taegon meninggal dunia sebagai martir pada tahun 1846 di Seoul, Korea. Pada 6 Juni 1925 ia dibeatifikasi oleh Paus Pius XI, dan pada 6 Mei 1984 ia dikanonisasi bersama dengan St. Paulus Chong Hasang dan martir-martir Korea lainnya, termasuk ayahnya, oleh Paus Yohanes Paulus II.
Baca juga orang kudus hari ini:

Senin, 19 September 2016

Orang Kudus 19 September: St. Emilia de Rodat

SANTA EMILIA DE RODAT, PENGAKU IMAN
Emilia de Rodat lahir pada sekitar tahun 1787 di Rodez, sebuah kota kecil di Perancis Selatan. Semenjak kecil Emilia dididik dan dibesarkan oleh neneknya di Villefranche-de-Rouergue, tak jauh dari Rodez. Di sana pada usia mudanya Emilia dikenal sebagai seorang gadis periang, penuh optimisme. Tetapi pada usia 17 tahun ia mengalami suatu perubahan yang mendalam, lalu memutuskan untuk mengabdikan seluruh hidupnya kepada Tuhan.
Mula-mula Emilia berkarya sebagai seorang guru bantu di sekolah Maison Saint-Cyr, Villefranche. Akan tetapi kemudian ia memprakarsai pendirian sebuah sekolah khusus untuk anak-anak dari keluarga-keluarga miskin tanpa memungut biaya. Sekolah ini dimulainya pada tahun 1815 dengan dukungan kuat dari Abbe Marty, kepala sekolah Maison Saint-Cyr, Villefranche.
Sekitar tahun itu Emilia menjadi suster. Beberapa tahun kemudian ia mendirikan sebuah kongregasi baru: Kongregasi Keluarga Kudus dari Villefranche. Kongregasi ini berkarya di bidang pendidikan, perawatan kesehatan dan pemeliharaan orang-orang miskin dan terlantar. Rumah biaranya didirikan di Aubin, dekat Rodez.
Emilia de Rodat meninggal dunia pada 19 September 1591 di Aubin, Perancis. Pada 9 Juni 1940 Emilia dibeatifikasi oleh Paus Pius XII, dan pada 23 April 1950 ia dikanonisasi oleh Paus yang sama.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 19 September: St. Alfonsus de Orozco

SANTO ALFONSUS DE OROZCO, PENGAKU IMAN
Alfonsus de Orozco lahir pada 17 Oktober 1500 di Oropesa, Toledo, Spanyol. Ia adalah putera dari seorang gubernur kartil di Oropesa. Ia belajar di Talavera de la Reina, mempelajari musik dan bertugas sebagai paduan suara di Katedral Toledo selama 3 tahun. Ia kemudian masuk Universitas Salamanca pada usia 14 tahun.
Alfonsus merasa terpanggil setelah mendengarkan homili dari seorang imam Agustinian, Santo Thomas Vilanova. Ia kemudian memutuskan untuk bergabung dengan Ordo Agustinian. Alfonsus ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1527. Superiornya menyadari kemampuannya dalam menyebarkan Sabda Allah. Ia kemudian menjadi prior pada biara di Valladolid pada tahun 1554, dan juga menjadi pengkotbah untuk Kaisar Charles V.
Pada tahun 1549 Alfonsus berkeinginan untuk menjadi misionaris di Meksiko, tetapi karena sakit ia kembali ke Spanyol. Tahun 1561, saat ibukota dipindahkan ke Madrid, Alfonsus juga ikut pindah melayani Kaisar Charles V. Alfonsus menolak stipendium normal kerajaan, dan memilih hidup sebagai biarawan rendah hati. Ia selalu menerima siapapun yang mencari bimbingan rohani.
Alfonsus sering menghabiskan waktu luangnya dengan mengunjungi orang di rumah sakit, penjara dan orang miskin di jalanan. Ia dikenal juga sebagai penulis ternama dalam bahasa Spanyol dan Latin, termasuk sejarah Agustinian. Alfonsus memiliki devosi kepada Perawan Maria.
Alfonsus de Orozco meninggal dunia pada 19 September 1591 di Kolose Inkarnasi, Madrid, Spanyol. Masyarakat Madrid menyerbu kolose dan memasuki ruang Alfonsus untuk mencari relikui dari imam yang mereka cintai. Pada 15 Januari 1882 ia dibeatifikasi oleh Paus Leo XIII, dan pada 10 Maret 2002 ia dikanonisasi oleh Paus Yohanes Paulus II.
Baca juga orang kudus hari ini: