Minggu, 21 April 2013

(Pencerahan) Pastor Dulu vs Pastor Sekarang

Gembala Baik: Antara Yesus dan Para Pastor
Yesuslah gembala yang baik,
Mengenal umat-Nya karena sering turun ke bawah,
Hidup dengan dan bersama umat-Nya,
Rela berkorban demi umat-Nya,
Sungguh Yesus gembala yang sejati.

Gembala itu adalah pastor,
Tapi apakah pastor adalah gembala??

Bagaimana semangat kegembalaan Yesus merasuki para pastor? Hal ini dapat terlihat dari perbedaan pastor dulu dengan sekarang.

Pastor dulu:
Tangan kiri pegang brevir,
Di tangan kanan ada Kitab Suci,
Dan di leher bergantung kalung salib,
Rajin mengunjungi umat dan hidup bersama umat.

Pastor sekarang:
Tangan kiri pegang tablet,
Di tangan kanan ada kamera DSLR atau handycam,
Dan di leher bergantung Samsung Galaxy S-4,
Merasa nyaman di istananya,
Karena pastoralnya berbasis umat.

Doa Mohon Panggilan


Doa Mohon Panggilan


Ya Yesus Putera Allah.
Engkau lah yang diutus oleh Bapa
kepada umat manusia
di segala penjuru bumi.

Kami berseru kepada-Mu melalui Maria,
Bunda-Mu dan Bunda kami.
Semoga Gereja tak berkekurangan panggilan,
terutama untuk mengabdikan diri secara khusus
demi kerajaan-Mu.

Ya Yesus,
Engkau lah satu-satunya Penyelamat bagi umat manusia.
Kami berdoa untuk saudara-saudari kami
yang telah menjawab “ya” atas panggilan-Mu
dalam imamat, hidup bakti dan misi.

Semoga hidup mereka diperbaharui dari hari ke hari,
menjadi Injil yang hidup.
Tuhan yang berbelas kasih dan kudus,
utuslah senantiasa
para pekerja yang baru ke ladang panenan Kerajaan-Mu!

Bantulah mereka yang Kau panggil
untuk mengikuti-Mu di zaman kami ini.
Semoga dengan mengkontemplasikan wajah-Mu,
mereka dengan gembira menanggapi misi agung
yang Kau percayakan kepada mereka,
demi kebaikan umat-Mu
dan kebahagiaan semua manusia.

Engkau lah Allah yang hidup dan berkuasa,
bersama Bapa dan Roh Kudus,
kini dan sepanjang masa.
Amin!

Dosa Tak Diampuni

DOSA YANG TAK TERAMPUNI
Selama ini kita tentu sudah tahu bahwa Allah itu maharahim. Kerahiman Allah membuat kita mendapatkan pengampunan atas dosa dan kesalahan kita. Artinya, dosa kita akan diampuni. Apalagi, Yesus Kristus, Sang Juru Selamat, telah menebus kita bagi Allah.

Namun kita tentu akan kaget saat menemui ayat dalam Injil yang mengatakan bahwa ada dosa yang tidak dapat diampuni. Spontan kita akan bertanya, bagaimana bisa? Di mana letak kerahiman dan maha belas kasih Allah?

Mat 12:32 : Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak.

Semua dosa selain menghujat Roh Kudus menurut Yesus dapat diampuni di dunia yang akan datang. Jadi dari ayat ini kita dapat menyimpulkan Pemurnian diri dari dosa ini akan kita jalankan di dunia yang akan datang? Dunia yang akan datang itu tidak mungkin Surga karena disana tidak boleh ada dosa sekecil apapun dan tidak mungkin Neraka di mana sudah tidak ada lagi pengampunan.

Markus 3:29-30 “… Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal.”  Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat.

Lukas 12:10-12 “… Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi barangsiapa menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni. Apabila orang menghadapkan kamu kepada majelis-majelis atau kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, janganlah kamu kuatir bagaimana dan apa yang harus kamu katakan untuk membela dirimu. Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan."

Dalam konteks iman dan kebenaran yang pasti Roh Kudus adalah segala kebenaran di hati manusia, karena Tuhan Allah adalah sumber segala dan semua kebenaran.

Seorang yang dapat membohongi dirinya baik itu ateis atau yang beriman, tentu tidak dapat melihat kebenaran. Selama seorang tidak mau melihat kebenaran (masih dalam kondisi membohongi diri) karena kekurangan akan kebenaran lebih lagi diampuni untuk kesalahan yang diapun tidak menyadari karena tidak ada kebenaran. Untuk menyadari dia harus mau menerima Roh Kudus/ Kebenaran untuk dapat melihat kebenaran yang pasti.

Karena seorang tidak mampu untuk menerima adanya kebenaran jelas dia tidak dapat diampuni, karena untuk diampuni dia harus :
a.     Menyadari adanya kebenaran.
b.     Menyadari kesalahannya.
c.      Menyesali dan bertobat atas kesalahan/ dosanya.
d.     Mencari pengampunan atas kesalahannya.

Bagaimana dapat diampuni bila orang tersebut masih belum dapat memenuhi kondisi dan syarat awal yaitu a, b, c dan d ?


Sederhanya ialah selama seorang dapat membohongi dirinya ia tidak akan dapat menemukan kebenaran karena menolak untuk menerima Roh Kudus.

sumber: http://ekaristi.org/apologetik.php

Dokumen Konsili Vatikan II: Lumen Gentium (20)

Sambungan sebelumnya....
KONSTITUSI DOGMATIS TENTANG GEREJA

57. (Santa Perawan dan masa kanak-kanak Yesus)
Adapun persatuan Bunda dengan Puteranya dalam karya penyelamatan itu terungkapkan sejak saat kristus dikandung oleh Santa Perawan hingga wafat-Nya. Pertama-tama, ketika Maria berangkat dan bergegas-gegas mengunjungi Elisabet dan diberi ucapan salam bahagia olehnya karena Maria beriman akan keselamatan yang dijanjikan dan ketika pendahulu melonjak gembira dalam rahim ibunya (lih. Luk 1:41-45). Kemudian pada hari kelahiran Yesus, ketika Bunda Allah penuh kegembiraan menunjukkan kepada para Gembala dan para Majus Puteranya yang sulung, yang tidak mengurangi keutuhan keperawanannya, melainkan justru menyucikannya.[182] Ketika ia di kenisah, sesudah menyerahkan persembahan kaum miskin, menghadapkan-Nya kepada Tuhan, ia mendengarkan Simeon sekaligus menyatakan, bahwa Puteranya akan menjadi tanda yang akan menimbulkan perbantahan dan bahwa suatu pedang akan menembus jiwa Bunda-Nya, supaya pikiran hati banyak orang menjadi nyata (lih. Luk 2:34-35). Ketika orang tua Yesus dengan sedih hati mencari Putera mereka yang hilang, mereka menemukan-Nya di kenisah sedang berada dalam perkara-perkara Bapa-Nya dan mereka tidak memahami apa yang dikatakan oleh Putera mereka. Tetapi Bunda-Nya menyimpan itu semua dalam hatinya dan merenungkannya (lih. Luk 2:41-51).

58. (Santa Perawan dan hidup Yesus di muka umum)
Dalam hidup Yesus di muka umum tampillah Bunda-Nya dengan penuh makna, pada permulaan, ketika pada pesta pernikahan di Kana yang di Galilea ia tergerak oleh belaskasihan dan dengan perantaraannya mendorong Yesus Almasih untuk mengerjakan tanda-Nya yang pertama (lih. Yoh 2:1-11). Dalam pewartaan Yesus ia menerima sabda-Nya, ketika Puteranya mengagungkan Kerajaan di atas pemikiran dan ikatan daging serta darah dan menyatakan bahagia mereka yang mendengar dan melakukan sabda Allah (lih. Mrk 3:35 dan pararel; Luk 11:27-28), seperti dijalankannya sendiri dengan setia (lih. Luk 2:19 dan 51). Demikianlah Santa Perawan juga melangkah maju dalam peziarahan iman. Dengan setia ia mempertahankan persatuannya dengan Puteranya hingga di salib, ketika ia sesuai dengan rencana Allah berdiri di dekat-Nya (lih. Yoh 19:25). Di situlah ia menanggung penderitaan yang dahsyat bersama dengan Puteranya yang tunggal. Dengan hati keibuannya ia menggabungkan diri dengan korban-Nya, yang penuh kasih menyetujui persembahan korban yang dilahirkannya. Dan akhirnya Yesus Kristus juga, menjelang wafat-Nya di kayu salib, ia dikurniakan kepada murid menjadi Bundanya dengan kata-kata ini: “Wanita, inilah anakmu” (lih. Yoh 19:26-27).[183]

59. (Santa Perawan sesudah Yesus naik ke sorga)
Allah tidak berkenan mewahyukan misteri keselamatan umat manusia secara resmi, sebelum mencurahkan Roh yang dijanjikan oleh Kristus. Maka kita saksikan para Rasul sebelum hari pentekosta “bertekun sehati sejiwa dalam doa bersama beberapa wanita, dan Maria Bunda Yesus serta saudara-saudari-Nya” (Kis 1:14). Kita lihat Maria juga dengan doa-doanya memohon kurnia Roh, yang pada saat Warta Gembira dulu sudah menaunginya. Akhirnya Perawan tak bernoda, yang tidak pernah terkena oleh segala cemar dosa asal,[184] sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, telah diangkat melalui kemuliaan di sorga beserta badan dan jiwanya.[185] Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya, Tuan di atas segala tuan (lih. Why 19:16), yang telah mengalahkan dosa dan maut.[186]


[182] Lih. KONSILI LATERAN tahun 649, kanon 3: MANSI 10,1151. S. LEO AGUNG, surat kepada Flavianus: PL 54,759. KONSILI KALSEDON: MANSI 7,462. S. AMBROSIUS, tentang pendidikan para perawan: PL 16,320.
[183] Lih. PIUS XII, Ensiklik Mystici Corporis, 29 Juni 1943: AAS 35 (1943) 247-248.
[184] Lih. PIUS IX, Bulla Ineffabilis, 8 Desember 1854: Acta Pii IX, I, I, 616: DENZ. 1641 (2803).
[185] Lih. PIUS XII, Konstitusi apostolik Munificentissimus, 1 November 1950: AAS 42 (1950); DENZ. 2333 (3903). Lih. S. YOHANES dari Damsyik, Pada hari raya Meninggalnya Bunda Allah, Homili 2 dan 3: PG 96,721-761, khususnya kolom 728B. S. GERMANUS dari Konstantinopel, pada hari raya meninggalnya Santa Bunda Allah, Kotbah 1: PG 98 (6),340-348; Kotbah 3: kolom 361. S. MODESTUS dari Yerusalem, Pada hari raya meninggalnya Santa Bunda Allah: PG 86 (2), 3277-3312.
[186] Lih. PIUS XII, Ensiklik Ad coeli Reginam, 11 Oktober 1954: AAS 46 (1954) hlm. 633-636: DENZ. 3913 dsl.