Jumat, 30 September 2022

KAJIAN ISLAM ATAS SURAH AL-ANBIYA AYAT 112

 


Dia (Muhammad) berkata, “Ya Tuhanku, berilah keputusan dengan adil. Dan Tuhan kami Maha Pengasih, tempat memohon segala pertolongan atas semua yang kamu katakan.” (QS 21: 112)

Tak bisa bantah bahwa umat islam percaya bahwa Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang langsung disampaikan kepada Muhammad, yang kemudian ditulis di atas kertas. Meski ada di kertas, tapi umat islam yakin bahwa itu adalah kata-kata Allah sendiri. Karena Allah itu suci, maka kertas yang ditulisi perkataan Allah adalah suci juga. Pelecehan terhadap Al-Qur’an, misalnya dengan menginjak atau mendudukinya, sama artinya dengan penghinaan terhadap Allah. Umat islam wajib membela Allah sesuai permintaan Allah, dan orang yang melakukan penghinaan tersebut, berdasarkan perintah Allah, wajib dibunuh (QS al-Maidah: 33).

Dasar keyakinan umat islam bahwa Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang langsung disampaikan kepada Muhammad adalah perkataan Allah sendiri. Allah sudah mengatakan bahwa Al-Qur’an itu berasal dari diri-Nya. Berhubung Allah itu mahabenar, maka apa yang dikatakannya juga adalah benar. Mana mungkin Allah yang mahabenar itu berbohong? Tak mungkin Al-Qur’an itu ciptaan manusia, karena manusia bisa berbohong. Logika pikir orang islam kira-kira begini: Al-Qur’an itu wahyu Allah karena Allah sendiri yang mengatakannya adalah benar, sebab Allah itu mahabenar yang tak bisa berbohong.

Berangkat dari premis di atas, maka haruslah dikatakan bahwa kutipan ayat Al-Qur’an di atas merupakan kata-kata Allah sendiri. Memang harus diakui juga bahwa apa yang tertulis itu tidaklah sepenuhnya merupakan perkataan Allah. Kata “Muhammad” yang ada dalam tanda kurung, bisa dipastikan merupakan tambahan kemudian yang berasal dari manusia. Dengan kata lain, kata tersebut tidak ada dalam perkataan Muhammad waktu itu. Jadi, sejatinya kata-kata Allah yang asli adalah, Dia berkata, “Ya Tuhanku, berilah keputusan dengan adil. Dan Tuhan kami Maha Pengasih, tempat memohon segala pertolongan atas semua yang kamu katakan.”

Sepintas tidak ada persoalan dengan kalimat Allah yang asli ini. akan tetapi, ketika kalimat Allah itu ditelaah dengan nalar akal sehat dan dengan melihat konteksnya, maka langsung terlihat persoalannya. Harus dan perlu diketahui dan disadari bahwa konteks kalimat Allah ini adalah: Allah berbicara kepada Muhammad. Dengan demikian, Muhammad adalah lawan bicara Allah. Umat islam percaya hanya Muhammad sebagai penerima wahyu Allah, dan hanya Allah yang menyampaikan firman-Nya. Allah tidak memakai perantara. Inilah kepercayaan dan keyakinan umat islam. Dan itulah konteks dari wahyu Allah ini.

Rabu, 28 September 2022

STUDI ALQURAN: ISLAM AGAMA PERANG

Agama selalu diidentikkan dengan kebaikan, damai dan kasih. Sementara perang dikaitkan dengan pembunuhan, kebiadaban dan kejahatan. Kebaikan, damai dan kasih jelas-jelas bertentangan dengan pembunuhan, kebiadaban dan kejahatan. Dengan demikian, agama tidak bisa disandingkan dengan agama. Istilah perang agama merupakan bentuk pelecehan terhadap agama itu sendiri. Video berikut ini mencoba mengutarakan kaitan antara islam dan perang sehingga muncullah pernyataan: "islam agama perang".


 Jika video di atas tidak bisa dibuka, silahkan coba di channel youtube kami. Selamat menikmati!

Selasa, 27 September 2022

DIMANA PERISTIWA TRANSFIGURASI TERJADI

 

Orang Kristen tentu sudah tahu peristiwa Tuhan Yesus menampakkan kemuliaan-Nya atau dimuliakan di atas gunung. Peristiwa itu dikenal juga dengan istilah transfigurasi. Gereja katolik memasukkan peristiwa tersebut ke dalam kalender liturginya sebagai hari pesta (jatuh pada 6 Agustus). Sebagai sebuah pesta liturgi, Gereja Timur telah jauh lebih dahulu melakukannya. Gereja Barat baru dimulai pada tahun 1457, sebagai ungkapan syukur atas kemenangan Pasukan Kristen atas tentara Turki di Belgrado.

Gambaran kejadian peristiwa tersebut hanya dapat dibaca dalam Injil Sinoptik, yaitu Matius 17: 1 – 8Markus 9: 2 – 8 dan Lukas 9: 28 – 36. Dalam peristiwa itu Tuhan Yesus, yang pakaian-Nya berkilau-kilau, tampil berdiskusi dengan Nabi Musa dan Nabi Elia. Petrus yang merasa bahagia, ingin mendirikan tiga tenda di tempat itu.

Sangat menarik kalau peristiwa ini dikaitkan dengan peristiwa sebelumnya, yaitu pengakuan Petrus (Mat 16: 13 – 20Mrk 8: 27 – 30 dan Luk 9: 18 – 21). Peristiwa transfigurasi ditempatkan setelah pengakuan Petrus bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Peristiwa transfigurasi seakan mau menegaskan kembali jawaban Petrus tersebut, karena selain menampakkan kemuliaan dan berbicara dengan dua Nabi Besar bangsa Israel, muncul juga penyataan “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia!”

Akan tetapi menjadi persoalan ketika orang bertanya dimana lokasi persis peristiwa itu terjadi, di gunung Tabor atau Gunung Hermon. Kitab Suci sendiri tidak menyebutkan secara persis tempat kejadian itu. Ketiga Injil Sinoptik hanya menyebutkan bahwa Tuhan Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus ke atas gunung (Markus dan Matius memberi tekanan pada yang tinggi). Jadi, hanya berhenti sampai di gunung saja, tanpa menyebut nama gunungnya.

Dalam pengertian biblis, ‘gunung’ sebenarnya merujuk pada apa yang kita pahami sebagai bukit. Ada terdapat beberapa bukit di Israel. Namun yang cukup penting adalah Tabor dan Hermon. Menjadi pertanyaannya, apakah peristiwa Tuhan Yesus menampakkan kemuliaan-Nya itu terjadi di Tabor atau Hermon? Dapat dipastikan bahwa hal ini masih menjadi sebuah misteri.

Namun, sejak abad IV, orang Kristen berpendapat bahwa kejadian itu terjadi di Gunung Tabor. Ada beberapa alasan yang mendukungnya. Pertama, bentuk Gunung Tabor yang rapi memberikan suatu aura alami yang khas, yang menjadikannya suatu tempat yang dengan mudah dianggap sebagai gunung suci. Berbeda dengan banyak gunung lainnya, gunung ini dapat dengan mudah dicapai sehingga memudahkan orang untuk membayangkan peristiwa transfigurasi.

Kedua, sejak perziarahan Kristen berkembang pesat pada abad IV, para pengunjung terus menuntut kepastian letak terjadinya peristiwa tersebut. Dengan mempertimbangkan bahwa para pengunjung terutama akan tertarik mengunjungi Nazaret atau Danau Galilea, dapat dipahami jika orang memilih lokasi yang berdekatan dengan lokasi-lokasi lainnya. Gunung Hermon dirasakan cukup jauh dengan obyek wisata lainnya, sehingga dapat dipastikan pengunjung tidak akan mengunjungi tempat yang jauh itu.

Pendapat yang mengatakan bahwa peristiwa Tuhan Yesus berubah rupa di Gunung Tabor didukung kuat oleh Uskup Yerusalem, Santo Sirilus (315 - 386). Pada tahun 348, dalam bukunya “Cathechetical Lectures 12: 16” Uskup Sirilus menulis, “Ia berubah rupa di Gunung Tabor.”

Senin, 26 September 2022

ROMO JUGA MANUSIA; BENARKAH???

 

Tentulah kita sering mendengar pernyataan ini: “Romo juga manusia!” Pernyataan ini biasanya diucapkan oleh romonya sendiri atau orang lain, yang ingin “membela” romonya. Umumnya pernyataan ini diungkapkan di saat romo melakukan kesalahan, entah itu kecil ataupun besar. Tujuannya supaya orang lain dapat memaklumi kesalahan itu.

Sebagai contoh, seorang romo datang terlambat saat misa pagi. Ia bangun telat, sebab semalam ia asyik nonton sepakbola hingga jam 03.15. Menyikapi keterlambatannya itu, dengan santai romo itu berujar, “Maaf. Romo juga manusia.” Atau ketika ada imam “jatuh” karena skandal, ada umat, yang karena ingin membela imamnya itu, berkata, “Romo kan manusia juga.”

Logika dari pernyataan ini berangkat dari premis tidak ada manusia yang sempurna. No body is perfect. Setiap manusia itu punya kelemahan dan kekurangan. Ia mudah jatuh ke dalam kesalahan. Seorang imam atau romo adalah juga manusia. Karena itu, wajar kalau ia mempunyai kesalahan.

Tentulah tidak akan ada orang yang menyangkal pernyataan tersebut. Karena seorang imam adalah manusia, maka ia punya kelemahan. Kelemahan manusiawi itulah yang membuat dia kerap jatuh ke dalam kesalahan.

Benarkah imam atau romo itu manusia? Kalau berangkat dari pernyataan ini, dapat dikatakan bahwa ada romo yang memang sadar bahwa dirinya benar manusia, namun ada juga yang bukan. Ada dua tipe romo yang sadar dirinya manusia. Pertama, tipe romo yang mau membenarkan diri atas kelemahannya. Ia menggunakan pernyataan “Romo juga manusia” untuk pembenaran diri, agar umat memakluminya. Tipe kedua adalah romo yang siap menerima kritik dan saran dari siapa saja. Frase “dari siapa saja” harus benar-benar mendapat tekanan, karena umumnya imam hanya mau menerima kritik dan saran dari uskup atau rekan imam yang dia sukai. Lebih dari itu ia akan berkomentar singkat, “Sirik!”

Akan tetapi ada juga imam yang tidak sadar dirinya manusia, sekalipun ia sering menggunakan pernyataan “Romo juga manusia.” Romo seperti ini tampak jelas dalam diri mereka yang sulit menerima kritik, nasehat, teguran dan saran dari orang lain. Perlu disadari bahwa terkadang orang lain dapat melihat sesuatu yang tidak kita lihat. Salah satunya kelemahan dan kekurangan kita.

Ada banyak imam selalu merasa diri benar dalam segala hal. Ia hanya melihat kesalahan dan kekurangan pada orang lain, sehingga merasa terpanggil untuk membenahi orang lain. Nasehat, kritik atau teguran yang ditujukan kepada dirinya dilihat sebagai bentuk pelecehan harkat dan martabatnya sebagai imam, sekalipun ia sering menggunakan pernyataan “Romo juga manusia.”

Seandainya romo sadar bahwa dirinya adalah manusia, tentulah ia akan tahu adanya kelemahan dan kekurangan dalam dirinya. Kerap kelemahan dan kekurangan itu tidak disadari. Ibarat, kita tidak bisa melihat noda di wajah kita sendiri tanpa bantuan cermin. Orang lain adalah cermin bagi kita untuk menyadari kelemahan dan kekurangan. Cermin itu dapat berupa kritik, saran, teguran atau nasehat. Atas semua itu, seorang imam yang sadar dirinya manusia, akan dengan mudah menerimanya sebagai bahan perbaikan diri.

diambil dari tulisan 7 tahun lalu

Minggu, 25 September 2022

STUDI ALQURAN: THE MOTHER OF QURAN

Umat islam sangat memuji surah pertama Alquran. Mereka menyebutnya sebagai the mother of quran. Istilah ini bisa dimaknai dengan mengambil salah satu peran ibu, yaitu melahirkan. Karena itu, dapatlah dikatakan kalau dari Surah al-Fatihah lahirlah surah-surah lainnya. Atau bisa juga dikatakan bahwa surah-surah lainnya mengacu dan menginduk pada surah al-Fatihah ini. Jika memang demikian, maka haruslah dikatakan bahwa surah al-Fatihah merupakan wahyu Allah yang pertama kali turun. Bisakah dikatakan demikian?



Jumat, 23 September 2022

KAJIAN ISLAM ATAS SURAH AL-ANBIYA AYAT 111

 


Dan aku tidak tahu, boleh jadi hal itu cobaan bagi kamu dan kesenangan sampai waktu yang ditentukan. (QS 21: 111)

Umat islam yakin bahwa Al-Qur’an merupakan firman yang berasal dari Allah sendiri. Firman itu disampaikan secara langsung kepada nabi Muhammad SAW (570 – 632 M). Berhubung Muhammad adalah seorang yang tidak bisa membaca dan menulis, maka setelah mendapatkan firman Allah itu dia langsung mendiktekan kepada pengikutnya untuk ditulis. Semua tulisan-tulisan itu kemudian dikumpulkan, dan jadilah kita yang sekarang dikenal dengan nama Al-Qur’an. Karena itu, apa yang tertulis dalam Al-Qur’an adalah merupakan kata-kata Allah sendiri. Tak heran bila umat islam menganggap kitab tersebut sebagai sesuatu yang suci, karena Allah sendiri adalah mahasuci. Penghinaan terhadap Al-Qr’an adalah juga penghinaan terhadap Allah, dan orang yang melakukan hal tersebut wajib dibunuh. Ini merupakan kehendak Allah sendiri, yang tertuang dalam Al-Qur’an (QS al-Maidah: 33).

Keyakinan umat islam bahwa Al-Qur’an merupakan kata-kata Allah didasarkan pada firman Allah sendiri. Ada banyak ayat dalam Al-Qur’an, yang merupakan perkataan Allah, yang mengatakan hal tersebut. Al-Qur’an diturunkan agar menjadi petunjuk bagi umat islam. Setiap umat islam wajib mengikuti apa yang dikatakan dalam Al-Qur’an. Untuk kemudahan ini maka sengaja Allah mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan (QS al-Qamar: 17). Dengan kata lain, Al-Qur’an adalah kitab yang sudah jelas dan mudah dipahami.

Berangkat dari keyakinan umat islam ini, maka kutipan ayat Al-Qur’an di atas haruslah dikatakan merupakan perkataan Allah. Apa yang tertulis di atas merupakan kata-kata Allah sendiri yang disampaikan kepada Muhammad. Kutipan di atas hanya terdiri dari 1 kalimat majemuk. Jadi, sesuai konteksnya, waktu itu Allah berbicara kepada Muhammad, “Dan aku tidak tahu, boleh jadi hal itu cobaan bagi kamu dan kesenangan sampai waktu yang ditentukan.” Kalimat Allah inilah yang kemudian diminta Muhammad ke pengikutnya untuk ditulis.

Bagi yang punya akal sehat, ketika membaca ayat ini, yang diyakini kata-kata Allah kepada Muhammad, langsung menemukan keanehan dan ketidak-jelasan. Pertama-tama orang langsung bingung makna dari kalimat Allah ini. Orang kesulitan menemukan maknanya, sekalipun sudah mengaitkan dengan ayat sebelum dan sesudahnya.

Kamis, 22 September 2022

ISLAM SEBAGAI SIMBOL KEMUNDURAN

 

Musa, Yesus dan Muhammad adalah tiga tokoh penting dalam tiga agama besar dunia, yaitu Yahudi, Kristen dan Islam. Ketiga agama itu dikenal dengan istilah Agama Samawi. Dapat dikatakan bahwa Musa, Yesus dan Muhammad merupakan peletak dasar religiositas tiga agama tadi. Musa sebagai peletak dasar bagi agama Yahudi, Yesus Kristus bagi kekristenan, dan Muhammad bagi agama Islam. Akan tetapi, tiga agama ini menyatu pada sosok Abraham.

Sebagai peletak dasar religiositas, ketiga tokoh tersebut mewakili masanya. Dan kebetulan kehadiran mereka dalam sejarah kehidupan manusia tidaklah sama, namun menunjukkan garis linear. Masing-masing hidup dengan sejarahnya. Musa hidup antara tahun 1527 – 1407 SM, Yesus Kristus hidup sekitar tahun 5 SM – 33 M, dan Muhammad hidup antara tahun 570 – 632 M.

Jadi, terlihat jelas bahwa setelah Musa meletakkan dasar religiositas bagi agama Yahudi, muncullah Yesus Kristus. Kemunculan-Nya jauh setelah kematian Musa. Sama halnya dengan kemunculan Muhammad. Jauh setelah Yesus Kristus wafat, dimana kematian-Nya melahirkan kekristenan, hadir Muhammad dengan dasar-dasar keislaman.

Karena kehadiran tokoh-tokoh ini searah sejarah manusia (gerak maju), maka sangat mudah dikatakan kalau kehadiran tokoh membawa pembaharuan atas dasar-dasar religiositas tokoh sebelumnya. Hal ini mirip seperti pemikiran filsafat Yunani kuno, yang didominasi oleh tiga filsuf terkenal, yaitu Sokrates, Plato dan Aristoteles. Sokrates (469 – 399 SM) meletakkan dasar-dasar pemikiran. Ketika Plato hadir (427 – 347 SM), ia membaharui beberapa pemikiran Sokrates. Namun ketika Aristoteles hadir (384 – 322 SM), giliran dia memperbaiki beberapa pemikiran Plato.

Rabu, 21 September 2022

KETIKA TUHAN SEAKAN TAK PEDULI

 

Injil adalah kitab yang bercerita tentang Tuhan Yesus. Umumnya orang mengetahui kalau Tuhan Yesus adalah pribadi yang tanggap akan situasi. Misalnya, ada 6 kali dikatakan tergerak hati-Nya oleh belas kasihan ketika melihat orang, entah itu yang terlantar (Mat 9: 36; Mrk 6: 34), sakit (Mat 14: 14; 20: 34; Mrk 1: 41), maupun yang sedang berduka (Luk 7: 13). Kepada orang-orang seperti ini Tuhan Yesus segera melakukan tindakan.

Segera melakukan tindakan atau tidak menunda-nunda dapat juga kita temukan dalam pelbagai aktivitas Tuhan Yesus menyembuhkan orang. Dari sekian banyak contoh, kita ambil satu contoh ketika Tuhan Yesus menyembuhkan orang kusta (Mat 8: 1 – 3). Ketika orang kusta datang dan berkata kepada-Nya, “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.”, segera Tuhan Yesus berkata, “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Dan orang itu pun sembuh. Tuhan Yesus tidak mau menunda-nunda.

Akan tetapi, ternyata pernah juga Tuhan Yesus berlaku seolah-olah menunda. Dia tidak segera melakukan tindakan, meski sebenarnya Dia tahu apa yang hendak dilakukan. Sebagai contoh, kita ambil peristiwa Tuhan Yesus meredakan badai (Mrk 4: 35 – 41). Di sini akan ditampilkan 3 ayat saja:

“Mereka meninggalkan orang banyak itu, lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu, di mana Yesus telah duduk… Lalu mengamuklah badai yang sangat dahsyat, dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan, di sebuah tilam. Maka, murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya, “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?”

Dikatakan bahwa ketika badai melanda dan para murid berjuang setengah mati diliputi ketakutan, Tuhan Yesus justru tidur. Tidak jelas memang apakah Tuhan Yesus benar-benar tidur atau pura-pura tidur? Namun agak sulit membayangkan dalam situasi sulit seperti itu ada orang dapat tidur, apalagi orang yang sama sekali tidak punya latar belakang kelautan.

Selasa, 20 September 2022

BEDA TIPIS ANTARA PENTING DAN BERMASALAH

 

Usai merayakan misa, rombongan suster RGS mampir sejenak di pastoran. Kebetulan ada tiga orang suster tamu. Jadi sekalian mau lihat pastoran, kenalan dengan pastor yang tadi memimpin misa.

Saya keluar menyapa mereka. Usai bersalam-salaman, kami pun mulai pembicaraan ringan. Salah satu topik pembicaraan adalah domisili saya. Seorang suster tamu, kebetulan sudah beberapa kali ke Batam, baru pertama kali bertemu dengan saya. Karena itu, ia bertanya sejak kapan tugas di Tiban.

Sadar bahwa arah pertanyaannya menyangkut domisili, maka saya segera memperbaikinya. Saya tekankan bahwa saat ini saya sedang dalam posisi tamu di Paroki Tiban. Domisili saya di Pangkalpinang, di keuskupan.

Mendengar bahwa saya tinggal di keuskupan, seorang suster langsung berkomentar, “Biasanya, yang tinggal di keuskupan itu antara dua: orang penting atau bermasalah.” Setelah ia menyelesaikan kalimatnya itu, ia menatap saya sambil tersenyum.

Saya pun langsung menjawabnya secara diplomatis, “Tidak jauh beda seperti dunia militer, Suster. Ada istilah di-Mabes-kan.”

“Jadi, romo masuk kategori pertama atau kedua?” Suster seakan tidak ingin jawaban diplomatis. Ia ingin hitam – putih.

“Saya merasa yang kedua, Suster. Karena, kalau yang pertama, kerja saya tidaklah terlalu penting. Penting pun tidak.”

Dengan jawaban ini, diharapkan suster dapat memahaminya. Saya mengatakan bahwa saya masuk kategori kedua, karena saya sendiri tidak dapat menjelaskan alasan kategori pertama. Kategori pertama mengisyaratkan saya sebagai orang penting, namun saya tidak tahu dimana letak pentingnya peran saya.

Karena tidak dapat menjelaskan letak pentingnya peran saya, maka saya akhirnya memilih kategori kedua. Akan tetapi, pilihan kategori kedua pun masih menyisahkan kebingungan, karena saya juga tidak tahu dimana letak masalah saya.

Jadi, saya tidak masuk kategori pertama, karena sama sekali peran saya tidak penting. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas harian saya selama berada di keuskupan. Amat sangat jarang sekali saya masuk “kantor” di ruang IT. Hari-hari hanya santai saja. Pelayanan paroki sama sekali tak pernah (karena tak dipakai oleh paroki). Untuk mengurus web, dapat saya lakukan dimanapun saya berada sejauh terkonek jaringan internet. Tidak masuk pada kategori pertama inilah menyisahkan pilihan lainnya, yaitu kategori kedua. Namun pilihan ini masih menyisahkan pertanyaan dalam diri saya: apa masalah saya. Saya memastikan bahwa saya ada masalah (maklum, setiap manusia pasti punya masalah), tapi saya tidak tahu masalahnya. Hanya uskup saja yang mungkin tahu.

diambil darti tulisan 7 tahun lalu

Senin, 19 September 2022

MENGUTUK POHON ARA, YESUS ANTI LINGKUNGAN HIDUP?

 

Tentu kita pernah mendengar kisah Tuhan Yesus mengutuk pohon ara sehingga pohon itu menjadi kering. Agar lebih jelasnya, akan ditampilkan kutipan teks itu.

“Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya kembali ke kota, Yesus merasa lapar. Dekat jalan Ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapatkan apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. Kata-Nya kepada pohon ara itu, ‘Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!’ Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu” (Mat 21: 18 – 19)

Dalam Injil Markus dikatakan bahwa pada saat itu memang bukan musim buah ara (lih. Mrk 11: 13). Karena itu wajar kalau Tuhan Yesus tidak menemukan buah ara untuk bisa menghilangkan rasa lapar-Nya.

Teks ini sering menjadi pertanyaan orang. Kenapa Tuhan Yesus mengutuk pohon ara yang tidak berbuah, padahal saat itu belum musim berbuah? Dari pada membuatnya kering, kenapa Tuhan Yesus tidak membuatnya menjadi berbuah sehingga dapat menghilangkan rasa lapar-Nya?

Pertama-tama perlu dipahami bahwa perkataan dan perbuatan Yesus merupakan bentuk pengajaran. Tuhan Yesus mengajar bukan hanya melalui perkataan-perkataan, seperti kotbah di bukit (Matius 5 – 7), perumpamaan-perumpamaan (Mat 13, 15, 21, 22, 24, Luk 5, 6 dll) atau nasehat dan mukjizat. Tuhan Yesus mengajar juga melalui perbuatan.

Model pengajaran melalui perbuatan ini diterapkan Allah melalui para nabi dalam Perjanjian Lama. Sebagai contoh, kita dapat melihat apa yang dilakukan oleh Yesaya (Yes 20: 1 – 6) dan Yeremia (Yer 13: 1 – 11 dan 27: 1 – 11). Melalui perbuatan mereka, Allah memberikan pelajaran kepada umat Israel. Jadi, kalau dalam Perjanjian Lama Allah menggunakan manusia untuk melakukan apa yang diinginkan-Nya sebagai pelajaran, pada masa Yesus Dia sendiri melakukannya.

Minggu, 18 September 2022

STUDI AL-QUR'AN: 5 FAKTA TENTANG MUHAMMAD

Bagi umat islam Muhammad adalah nabi yang diagungkan dan dimuliakan. Sosoknya dijadikan teladan. Sikap umat islam ini menimbulkan kesan Muhammad itu sempurna. Sayangnya, umat islam mengabaikan fakta-fakta tentang Muhammad. Video berikut ini mencoba menampilkan 5 fakta tentang Muhammad. Ini bukan fitnah apalagi menghina, karena kelima fakta ini bersumber dari sumber islam sendiri.



Apabila video tak bisa dibuka, silahkan klik di sini. Selamat menonton!!! 

Sabtu, 17 September 2022

RENUNGAN HARI MINGGU BIASA XXV – C

 

Renungan Hari Minggu Biasa XXV – C

Bac I  Am 8: 4 – 7; Bac II           1Tim 2: 1 – 8;

Injil    Lukas 16: 1 – 13

Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Amos, Allah berbicara melalui mulut Nabi Amos. Dari apa yang disampaikan Amos terlihat jelas kalau Allah menghendaki agar kita senantiasa berbuat baik kepada siapa saja. Janganlah kita berbuat jahat pada orang lain, apalagi orang itu miskin dan lemah. Janganlah kita memanfaatkan kelemahan orang demi kebahagiaan diri kita sendiri. Tuhan justru minta agar kita bermanfaat bagi sesama.

Pesan Allah ini kembali diulangi oleh Paulus dalam bacaan kedua. Dalam suratnya yang pertama kepada Timotius, Paulus menyampaikan apa yang baik dan yang berkenan bagi Allah. Kita diminta untuk berbuat baik kepada semua orang, tanpa kecuali. Salah bentuk perbuatan baik yang dapat dilakukan adalah dengan mendoakan mereka. Sekali lagi perlu diingat, doa ini dipanjatkan kepada Tuhan untuk semua orang, tanpa kecuali. Di sini kita ingat akan nasehat Yesus untuk mendoakan mereka yang mencaci atau menghina kita (Luk 6: 28) atau mereka yang menganiaya kita (Mat 5: 44). Paulus menemukan dasar kenapa harus berbuat baik kepada semua orang, yaitu karena Allah “menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.” (ay. 4).

Dalam bacaan Injil Yesus menampilkan perumpamaan bendahara yang tidak jujur. Sekilas kita melihat bahwa bendahara tersebut dipuji. “Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik.” (ay. 8a). Spontan mungkin kita memahami bahwa itulah yang dikehendaki Allah, yaitu menjadi tidak jujur tapi cerdik. Bukan ini yang hendak diangkat Yesus dalam pengajaran-Nya. Lewat perumpamaan ini Tuhan menghendaki agar kita sama seperti bendahara itu, berbuat baik kepada siapa saja, dengan membantu orang meringankan “beban utangnya”. Intinya tetap agar kita berbuat baik, bukannya melakukan kejahatan.

Sabda Tuhan hari ini kiranya  sangat jelas pesannya. Kita diminta untuk senantiasa berbuat kebajikan kepada siapa saja, tanpa mengenal batas suku, ras, agama atau antar golongan. Bahkan sejalan dengan nasehat Yesus, kebajikan itu harus juga dilakukan kepada orang yang berbuat jahat atau membenci dan memusuhi kita. Jadi, sekalipun kita dikatakan “kafir”, kita tak boleh membalas, malah kita diminta untuk mendoakan dan memberkati mereka. Dan bila mereka meminta bantuan, maka kita wajib membantunya.

Jumat, 16 September 2022

KAJIAN ISLAM ATAS SURAH ALI IMRAN AYAT 6

 


Dialah yang membentuk kamu dalam rahim menurut yang Dia kehendaki. Tidak ada tuhan selain Dia. (QS 3: 6)

Al-Qur’an merupakan pusat spiritualitas umat islam. Di sana mereka tidak hanya mengenal Allah yang diimani dan disembah, tetapi juga mendapatkan pedoman dan tuntunan hidup yang akan menghantar mereka ke surga. Al-Qur’an biasa dijadikan rujukan umat islam untuk bersikap dan bertindak dalam hidup keseharian, selain hadis. Umat islam menyakini Al-Qur’an langsung berasal dari Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW. Keyakinan ini didasarkan pada pernyataan Allah sendiri, yang dapat dibaca dalam beberapa surah Al-Qur’an. Jadi, Allah sendiri telah menyatakan bahwa Al-Qur’an merupakan perkataan-Nya, sehingga ia dikenal juga sebagai kalam Allah. Karena itu, Al-Qur’an dihormati sebagai sesuatu yang suci, karena Allah sendiri adalah mahasuci. Pelecehan terhadap Al-Qur’an sama saja dengan pelecehan kepada Allah atau penyerangan terhadap keluhuran Allah. Orang yang melakukan hal itu harus dihukum berat dengan cara dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara silang (QS al-Maidah: 33).

Selain itu juga umat islam melihat Al-Qur’an sebagai keterangan dan pelajaran yang jelas. Ini juga didasarkan pada perkataan Allah sendiri. Allah telah mengatakan bahwa diri-Nya telah memudahkan ayat-Nya sehingga umat dapat dengan mudah memahami. Sebagai pedoman dan penuntun jalan hidup, Allah memberikan keterangan dan pelajaran yang jelas sehingga mudah dipahami oleh umat islam. Tak sedikit ulama menafsirkan kata “jelas” di sini dengan sesuatu yang telah terang benderang sehingga tak perlu susah-susah menafsirkan lagi pesan Allah itu. Dengan perkataan lain, perkataan Allah itu sudah jelas makna dan pesannya, tak perlu lagi ditafsirkan. Maksud dan pesan Allah sesuai dengan apa yang tertulis dalam Al-Qur’an. Penafsiran atas wahyu Allah bisa berdampak pada ketidak-sesuaian dengan kehendak Allah sendiri.

Berangkat dari dua premis di atas, maka bisalah dikatakan bahwa kutipan ayat Al-Qur’an di atas merupakan kata-kata Allah sendiri. Dan apa yang dikatakan Allah itu sangatlah mudah dan jelas. Kutipan kalimat Allah di atas terdiri dari 2 kalimat dengan makna yang berbeda. Kalimat pertama hendak menegaskan bahwa Allah-lah yang membentuk manusia dalam rahim, yang tentunya adalah rahim ibu. Sedangkan kalimat kedua mau menegaskan ketauhidan Allah. Makna kalimat kedua ini tertulis dalam kata-kata Allah itu sendiri, “Tidak ada tuhan selain Dia.” Tuhan islam itu hanya ada SATU, yaitu Allah SWT. Dengan demikian, ini menegaskan betapa ayat atau wahyu Allah itu jelas dan mudah.

Dengan kata lain, tidak ada masalah dengan kutipan kalimat Allah di atas. Akan tetapi, bila kutipan tersebut ditelaah dengan nalar akal sehat dan dengan memperhatikan konteks turunnya wahyu, terlihat jelas kutipan tersebut bermasalah. Seperti apa masalahnya?

Kamis, 15 September 2022

BATASI INTERAKSI ANAK DENGAN GADGET DAN TV

 

Orangtua dianjurkan membatasi interaksi anak dengan televisi dan gadget atau gawai. Interaksi yang berlebihan dengan perangkat itu akan menghambat tumbuh kembang anak. Dokter spesialis anak di RS Metropolitan Medical Center (Jakarta), Catharine M Sambo, memaparkan hal itu dalam acara konsultasi dengan orangtua pasien kanker pada anak di rumah singgah Yayasan Kasih Kanker Indonesia.

Dalam kehidupan masyarakat modern, aktivitas anak di depan layar (screen time) termasuk tinggi. Itu tak lepas dari peran orangtua yang memperkenalkan gawai pada anak untuk menjaga komunikasi ataupun memberi hiburan. Jika tak dibatasi, aktivitas itu bisa menimbulkan kecanduan terhadap perangkat tersebut, bahkan sebagian anak melakukan hal itu dalam waktu amat lama.

Aktivitas di depan layar itu dikhawatirkan berdampak pada terbatasnya pergerakan anak dan kemampuan mengungkapkan pemikirannya, demikian ungkap Catherine. Padahal dalam usianya, anak perlu melakukan banyak gerak demi perkembangan psikomotoriknya.

Menurut sejumlah riset, acara anak di televisi dapat mengembangkan kemampuan kognitif, tapi anak tak bisa mengungkapkan pemikiran itu karena jarang berinteraksi. Padahal usia 0 – 2 tahun ialah periode emas anak menangkap kondisi lingkungan, terutama kemampuan berbahasa. Pada masa ini anak setidaknya dapat berbicara dengan kalimat pendek, minimal dua kata. Jadi, orangtua dianjurkan lebih banyak berinteraksi dengan anak, misalnya membacakan dongeng.

Jika pada masa tumbuh kebang, usia 0 – 1,8 tahun, orangtua mengenalkan gawai atau televisi pada anak, aktivitas anak di depan layar sebaiknya dibatasi hanya 1,5 jam per hari. Akan tetapi, orangtua perlu menciptakan kegiatan lebih kreatif agar anak tak kecanduan gawai dan menonton televisi. Misalnya, menciptakan permainan dengan benda bersifat real menggantikan permainan virtual.

Selain mengganggu tumbuh kembang anak, kelekatan pada gawai dan televisi dapat beresiko pada hal lain. Dokter spesialis anak konsultan onkologi hematologi RD Dharmais, Haridini Intan Mahdi, mengungkapkan bahwa aktivitas anak dengan layar televisi dan gawai dapat berpengaruh buruk terhadap saraf anak. Cahaya pada layar tidak baik untuk kesehatan saraf anak.

Oleh karena itu, jika memang orangtua mencintai anaknya, berusahalah menghindari mereka dari perangkat televisi dan gawai.

diambil dari tulisan 7 tahun lalu

Rabu, 14 September 2022

"ROMO JUGA MANUSIA": SEKEDAR RASIONALISASI?

 

Tentulah kita sering mendengar pernyataan ini: “Romo juga manusia!” Pernyataan ini biasanya diucapkan oleh romonya sendiri atau orang lain, yang ingin “membela” romonya. Umumnya pernyataan ini diungkapkan di saat romo melakukan kesalahan, entah itu kecil ataupun besar. Tujuannya supaya orang lain dapat memaklumi kesalahan itu.

Misalnya, ketika ada suatu kali roma datang terlambat saat misa karena bangun telat, dengan santai romonya berujar, “Maaf. Romo juga manusia.” Atau ada seorang imam “jatuh” karena skandal, ada umat yang ingin membela imamnya itu berkata, “Romo kan manusia juga.”

Dasar pemikiran dari pernyataan ini adalah bahwa semua manusia itu lemah. Ia mudah jatuh ke dalam kesalahan. Atau dengan kata lain, tidak ada manusia yang sempurna. Setiap orang punya kelemahan dan kekurangan. Seorang imam atau romo adalah juga manusia. Karena itu, wajar kalau ia berbuat kesalahan.

Tentulah tidak ada orang yang menyangkal pernyataan tersebut. Karena seorang imam adalah manusia, maka ia punya kelemahan. Kelemahan manusiawi itulah yang membuat dia terkadang jatuh ke dalam kesalahan.

Akan tetapi, di balik pernyataan itu terkandung niat pembenaran diri. Banyak imam berusaha menyembunyikan kesalahannya di balik pernyataan dirinya manusia. Dengan menyatakan diri sebagai manusia yang lemah, yang mudah jatuh ke dalam kesalahan, seorang imam dapat dengan mudah memaklumi kesalahan, yang adalah kelemahannya. Umat pun “dipaksa” untuk menerimanya.

Sebagai contoh, ada imam yang selalu jatuh ke dalam kesalahan yang itu itu saja. Ketika ia jatuh ke dalam kesalahan itu, dengan mudah ia berkata, “Romo juga manusia.” Di sini terlihat kalau ia “membenarkan” kesalahannya itu.

Bukan berarti mau menyangkal pernyataan tersebut. Setiap manusia memang punya kelemahan. Tidak ada manusia yang sempurna. Namun, manusia dipanggil untuk menjadi sempurna. “Hendaklah kamu sempurna, seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Matius 5: 48). Dari pernyataan Tuhan Yesus ini terlihat jelas bahwa Yesus tahu pasti kalau manusia tidak sempurna. Karena itulah, Tuhan Yesus mengajak mereka untuk sempurna.

Oleh karena itu, kelemahan manusia, yang menyebabkan kita mudah jatuh ke dalam pelanggaran, bukan lantas berarti dibenarkan. Manusia dipanggil untuk berjuang mengatasi kelamahan-kelemahannya. Lewat perjuangan mengatasi kelemahan itulah langkah menuju kesempurnaan terbuka. Artinya, sekalipun sadar bahwa diri kita punya kelemahan, kita diminta untuk tidak mengikuti kelemahan itu. kita musti mengalahkan kelemahan itu. Paulus pernah memberi nasehat, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Rom 12: 2).

Karena itu, kepada mereka yang mau mengikuti-Nya, Tuhan Yesus berpesan supaya mereka berani menyangkal dirinya (bdk. Matius 16: 24). Salah satuh wujud penyangkalan diri adalah mengatasi kelemahan, yang berawal dari keinginan diri. Maka, dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus berkata, “Hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya.” (Rom 6: 12).

Semua pengikut Kristus dipanggil untuk menyangkal diri, melawan kelemahan diri. Kaum awam saja diminta demikian, maka lebih lagilah kaum imam. Dengan kesadaran ini, maka orang, baik imam maupun awam, tidak akan mudah terjebak dalam pernyataan: “Romo juga manusia.”

diambil dari tulisan 7 tahun lalu

Selasa, 13 September 2022

SABDA BAHAGIA: ANTARA MATIUS DAN LUKAS

 

Orang kristiani tentulah tahu soal pengajaran Tuhan Yesus yang disebut Sabda Bahagia. Pengajaran ini benar-benar merupakan suatu pengajaran revolusioner, karena di sana Tuhan Yesus membawa pembaharuan. Beberapa ajaran lama, seperti balas dendam, berpuasa, berdoa, dan lainnya mendapat warna baru. Karena itulah wajar kalau masa Tuhan Yesus dikenal sebagai Perjanjian Baru, sebagai kontras masa sebelumnya, Perjanjian Lama.

Sangat menarik untuk didiskusikan adalah dimana pengajaran Tuhan Yesus itu disampaikan. Matius menyebutnya di bukit. “Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya.” (Mat 5: 1). Sementara Lukas tidak menyebut bukit, melainkan “suatu tempat yang datar.” (Luk 6: 17).

Ada perbedaan mengenai lokasi pengajaran Tuhan Yesus antara Matius dan Lukas. Menjadi persoalan, kisah pengajaran Tuhan Yesus ini hanya dimuat dalam Injil Matius dan Lukas saja. Markus, sekalipun termasuk Injil Sinoptik, sama sekali tidak menyinggung peristiwa ini. Padahal Markus, yang ditulis lebih dahulu sehingga menjadi salah satu sumber bagi keduanya, dapat diharapkan menjadi solusi.

Sebenarnya kedua Injil ini sama sekali tidak bertentangan. Memang penggambaran lokasi Tuhan Yesus mengajar saling berbeda, namun tempatnya sama. Semuanya terjadi di satu lokasi yang sama. Hanya penggambarannya saja yang berbeda. Matius menyebutnya di bukit, sementara Lukas di tempat yang datar. Tempat yang datar itu ada di sebuah bukit; dan di sanalah Tuhan Yesus mengajar.

Akan tetapi, selain ada perbedaan dalam cara menggambarkan lokasi pengajaran itu, ternyata kedua penginjil ini memiliki maksud lain. Penggambaran lokasi pengajaran Tuhan Yesus ternyata mempunyai makna tersendiri. Pusatnya adalah pada Yesus Kristus.

Matius menyebutkan bahwa Tuhan Yesus mengajar di bukit. Ada kesan bahwa Tuhan Yesus berada di atas, sedangkan pendengarnya ada di posisi bawah. Di sini Matius ingin menekankan kewibawaan Yesus Kristus dalam mengajar. Sebagaimana tradisi-tradisi umumnya, posisi atas merupakan posisi penting. Orang yang di atas memiliki kuasa dan wewenang. Nah, ketika Tuhan Yesus berada di atas bukit dan yang lain berada di bawah, hal ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus memiliki kuasa mengajar.

Sementara Lukas memaparkan bahwa Tuhan Yesus mengajar di “suatu tempat yang datar.” Dengan penggambaran ini dapat dibayangkan posisi duduk Tuhan Yesus dan warga masyarakat yang mendengarkan-Nya. Ada kesederajatan antara pengajar dan yang diajar. Dengan penggambaran ini, Lukas mau menunjukkan bahwa Tuhan Yesus mudah didekati.

diambil dari tulisan 7 tahun lalu

Senin, 12 September 2022

INI BUKTI MUSLIM BERDEVOSI JUGA PADA BUNDA MARIA

 

Sebuah Goa Maria yang sangat popular di Pakistan menarik ribuan umat muslim dan umat katolik untuk berdoa atau berdevosi. Tercatat bahwa yang datang berkunjung bukan hanya dari dalam negeri saja, melainkan juga dari luar negeri itu.

“Saya memberikan dua ekor kambing sebagai persembahan kepada Bunda Maria yang juga dihormati dalam Alquran,” kata Malik Rasheed Mustaq, salah satu warga muslim yang menyumbangkan makanan bagi para peziarah. Apa yang dilakukannya sesuai dengan tradisi islam untuk menawarkan Niyaz.

Putri pertama Malik lahir setelah enam tahun menikah berkat doanya kepada Bunda Maria di tempat doa itu. “Sejak itu saya telah memberikan Niyaz setiap tahun. Aku tidak memberitahu keluargaku tentang hal itu karena itu adalah urusan pribadi,” tambah Malik.

Ratusan ribu umat katolik dan islam bergabung dalam ziarah tahunan ke-66 ke tempat ziarah itu pada Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria (8 September). Mereka mulai menuju ke desa Mariabad, 260 kilometer selatan Islamabad.

Banyak orang muda bersepeda atau berjalan kaki meskipun cuaca panas. Beberapa organisasi mengadakan kamp medis untuk mengobati para peziarah yang menderita kaki bengkak, dehidrasi dan tekanan darah tinggi.

Ribuan umat islam secara pribadi pergi ke tempat doa tersebut untuk berdevosi kepada Bunda Maria, yang Alquran menghormatinya sebagai ibu Yesus (Isa Almasih). Orang-orang datang dari seluruh Pakistan ke tempat doa itu untuk berdoa kepada Bunda Maria dengan memasang lilin, dupa dan meletakkan dupatta (kain panjang) berwarna-warni pada patung Bunda Maria.

“Semua agama mengajarkan perdamaian dan cinta,” tulis sebuah spanduk yang dibawa oleh sebuah organisasi islam yang berada di antara hiasan berwarna-warni lain di sekitar tempat doa itu.

Pastor Mushtaq Pyara, sekretaris panitia ziarah, mengatakan ia bertemu banyak keluarga islam dan Sikh selama perayaan tiga hari di tempat doa itu yang datang berdoa beberapa jam. “Banyak orang yang datang dan berbagi keajaiban dalam hidup mereka selama acara memberikan kesaksian,” ujarnya. Tokoh politik termasuk istri mantan Gubernur Punjab, seorang muslim, pun mengunjungi tempat doa itu, tambahnya.

diambil dari tulisan 7 tahun lalu

Minggu, 11 September 2022

STUDI AL-QUR'AN: ALLAH SWT GAGAL PAHAM

Apabila membaca dan mencermati ayat-ayat Al-Qur'an dengan nalar yang sehat, maka akan sangat mudah menemukan beberapa kasus dimana Allah, yang mewahyukan ayat-ayat Al-Qur'an, terlihat gagal paham. Hal ini tentulah mempunyai konsekuensi yang sangat besar bagi iman. Bagaimana mungkin Allah yang mahatahu bisa gagal paham. Video berikut ini mencoba mengulas topik ini.



Jika tak bisa diputar, silahkan klik di sini. Selamat menonton!!! 

Sabtu, 10 September 2022

RENUNGAN HARI MINGGU BIASA XXIV - C

 

Renungan Hari Minggu Biasa XXIV – C

Bac I  Kel 32: 7 – 11, 13 – 14; Bac II  1Tim 1: 12 – 17

Injil    Lukas 15: 1 – 32

Sabda Tuhan hari ini mempunyai tema Allah yang mengampuni. Ini hendak memperlihatkan wajah Allah yang maharahim. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Keluaran, tampak Allah marah akan kelakuan umat Israel yang berdosa. Allah telah merencanakan malapetaka buat mereka. Namun Musa berhasil membujuk Allah demi janji Allah pada Abraham, Ishak dan Yakub. Kerahiman Allah ini pernah dirasakan juga oleh rasul Paulus. Dalam bacaan kedua, dari suratnya yang kedua kepada Timotius, Paulus mengatakan bahwa di antara orang yang berdosa “akulah yang paling berdosa” (ay. 15). Akan tetapi justru karena itu Yesus Kristus, yang adalah wajah kasih Allah, menunjukkan kesabaran-Nya.

Dalam Injil Yesus menunjukkan kerahiman Allah dengan memberi perumpamaan domba yang hilang. Perumpamaan ini tidak hanya mengajarkan soal kerahiman Allah tetapi juga bahwa kerahiman Allah itu di luar akal sehat manusia. Demi mencari seekor domba yang hilang sang gembala rela meninggalkan 99 ekor di padang untuk mencari yang hilang. Kerahiman Allah bukanlah hitung-hitungan matematis-bisnis. Kerahiman Allah adalah demi keselamatan, karena Allah tak mau seorang pun binasa. Yesus pernah bersabda, “Tidak seorangpun yang Kubiarkan binasa.” (Yoh 18: 9).

Hari ini Tuhan menyadarkan kita betapa Allah itu maha pengampun. Dia maha Rahim. Kerahiman-Nya nyata dalam pengampunan. Tak ada dosa yang lebih besar daripada kerahiman Allah. Sebesar apa pun dosa kita, kerahiman Allah jauh lebih besar. Satu hal yang perlu diketahui adalah bahwa besarnya kerahiman Allah bukan lantas membuat kita begitu mudah jatuh ke dalam dosa. Ada orang berkata, “Akh, biarlah aku jatuh ke dalam dosa; toh Allah itu maha Rahim.” Ada juga umat yang berkata, “Akh, biarlah aku tidak datang ke gereja, toh nanti akan dicari.” Keraiman Allah, yang diwartakan dalam bacaan liturgi hari ini nyata dalam Allah yang tidak menghakimi dan menghukum.

Jumat, 09 September 2022

KAJIAN ISLAM ATAS SURAH AL-ANAM AYAT 115

 


Dan telah sempurna firman Tuhanmu (Al-Qur’an) dengan benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah firman-Nya. Dan Dia maha mendengar dan maha mengetahui. (QS 6: 115)

Umat islam percaya bahwa Al-Qur’an yang sekarang ini merupakan kumpulan wahyu Allah, yang secara langsung disampaikan kepada nabi Muhammad. Dasar keyakinan ini adalah kata-kata Allah sendiri yang terdapat dalam Al-Qur’an. Artinya, Allah sendiri sudah mengatakan bahwa kitab itu datang dari-Nya; bahwa Dia menyampaikan langsung kepada Muhammad. Kurang lebih prosesnya sebagai berikut: Allah berfirman dan Muhammad mendengarkan, lalu meminta orang untuk menuliskan kembali apa yang didengarnya. Tulisan-tulisan wahyu Allah itu tersebar di banyak benda seperti kulit hewan, kayu atau daun. Setelah sekian lama, tulisan-tulisan itu dikumpulkan, dan jadilah Al-Qur’an seperti sekarang ini.

Berangkat dari pemaparan ini, dapatlah dikatakan bahwa kutipan ayat Al-Qur’an di atas, pertama-tama harus dipahami, merupakan wahyu Allah. Apa yang tertulis di atas (kecuali yang berada di dalam tanda kurung, seperti kata “Al-Qur’an”) adalah kata-kata Allah sendiri. Kata yang berada dalam tanda kurung biasanya dipahami sebagai tambahan kemudian, yang berasal dari manusia. Jadi, aslinya kata-kata itu tidak pernah diucapkan Allah. Sepintas tidak ada yang aneh pada kutipan ayat Al-Qur’an di atas. Semuanya wajar. Akan tetapi, jika ditelaah dengan akal sehat, maka barulah ditemukan hal yang menarik.

Kutipan wahyu Allah di atas terdiri dari 3 kalimat. Dalam kalimat pertama Allah hendak menegaskan kepada Muhammad bahwa wahyu-Nya, yang kemudian diterjemahkan dengan Al-Qur’an, adalah sempurna. Selain sempurna, wahyu Allah adalah juga benar dan adil. Dengan kata lain, Al-Qur’an memuat kebenaran dan keadilan. Kalimat kedua mau menunjukkan konsekuensi dari kesempurnaan Al-Qur’an, yaitu bahwa Al-Qur’an tidak bisa diubah. Tak ada manusia yang bisa mengubahnya, karena Allah itu maha mengetahui; inilah yang ditekankan dalam kalimat ketiga.

Seperti yang telah disampaikan di atas, sepintas tidak ada yang aneh pada kutipan ayat Al-Qur’an di atas. Ketiga kalimat saling terkait dan saling menguatkan. Namun bila ditelaah dengan nalar, terlihatlah beberapa hal aneh.