Rabu, 23 Juli 2025

RENUNGAN HARI RABU BIASA, THN I

Renungan Hari Rabu Biasa, Thn I

Bac I Kel 16: 1 – 5, 9 – 15; Injil        Mat 13: 1 – 9;

Tuhan Yesus, dalam Injil hari ini, menyampaikan pengajaran lewat perumpamaan penabur, yang menaburkan benihnya. Ada empat jenis tanah dimana benih itu jatuh. Yang menariknya adalah Yesus menutup pengajarannya dengan berkata, “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!” (ay. 9). Ini sebuah perintah. Dalam perintah itu tampak jelas makna perumpamaannya, yaitu bahwa realitas tanah bukanlah kenyataan statis, melainkan dinamis. Ia berhubungan dengan sikap keterbukaan dan kerendahan hati untuk mendengarkan. Kerelaan dan keterbukaan untuk mendengar kehendak Allah dan setia melaksanakannya, itulah gambaran tanah yang subur.

Gambaran yang berbeda dijumpai dalam diri orang Israel. Dalam bacaan pertama, diceritakan bagaimana bangsa ini bersungut-sungut (ay. 2). Mereka ingin kembali ke masa lampau (ay. 3), yang sekalipun tertindas tapi masih terasa enak. Sederhananya, enak tapi sengsara. Ini adalah gambaran dosa. Dosa itu memang menarik dan enak (bdk. kisah kejatuhan manusia pertama), tapi mendatangkan maut. Keluar dari Mesir merupakan simbolisasi keluar dari dosa, menjadi manusia yang merdeka. Namun sayangnya, umat Israel tertutup telinga hatinya. Mereka bukan saja tidak mendengar kehendak Allah, tetapi juga tak dapat melaksanakan kehendak-Nya. Bangsa Israel mirip seperti gambaran tanah di pinggiran jalan, atau tanah berbatu-batu atau tanah bersemak duri. Akan tetapi, meskipun demikian Allah tetap peduli kepada mereka (ay. 4-5).

Telinga adalah indra pendengaran. Ia berguna untuk mendengar. Dari pendengaran kita mendapatkan sesuatu yang baik dan berguna bagi kehidupan. Dari aktivitas mendengar akan menggerakkan kehendak dan kemauan untuk melakukan apa yang didengar. Jadi, mendengar melahirkan kehendak, dan kehendak menggerakkan kita untuk melakukan sesuatu yang baik dan berguna bagi kita. Semua itu tergantung pada sikap keterbukaan dan kerendah-hatian kita untuk mendengar. Tanpa itu, dengan kata lain, ketertutupan hati, membuat kita tidak bisa berkembang.

by: adrian