Jumat, 17 Juni 2022

KAJIAN ISLAM ATAS SURAH AN-NAML AYAT 91

 


Aku (Muhammad) hanya diperintahkan menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) yang Dia telah menjadikan suci padanya dan segala sesuatu adalah milik-Nya. Dan aku diperintahkan agar aku termasuk orang muslim. (QS 27: 91)

Kutipan ayat di atas adalah kutipan ayat Al-Qur’an. Umat islam yakin bahwa Al-Qur’an merupakan firman yang berasal dari Allah sendiri. Firman itu disampaikan secara langsung kepada nabi Muhammad SAW (570 – 632 M). Berhubung Muhammad adalah seorang yang tidak bisa membaca dan menulis, maka setelah mendapatkan firman Allah itu dia langsung mendiktekan kepada pengikutnya untuk ditulis. Semua tulisan-tulisan itu kemudian dikumpulkan, dan jadilah kitab yang sekarang dikenal dengan nama Al-Qur’an. Karena itu, apa yang tertulis dalam Al-Qur’an adalah merupakan kata-kata Allah sendiri. Tak heran bila umat islam menganggap kitab tersebut sebagai sesuatu yang suci, karena Allah sendiri adalah mahasuci. Penghinaan terhadap Al-Qur’an adalah juga penghinaan terhadap Allah, dan orang yang melakukan hal tersebut wajib dibunuh. Ini merupakan kehendak Allah sendiri, yang tertuang dalam Al-Qur’an (QS al-Maidah: 33).

Berangkat dari keyakinan umat islam ini, maka kutipan ayat Al-Qur’an di atas haruslah dikatakan merupakan perkataan Allah. Apa yang tertulis di atas, kecuali yang ada dalam tanda kurung, merupakan kata-kata Allah sendiri yang disampaikan kepada Muhammad. Ada 2 kata yang ada dalam tanda kurung, yaitu “Muhammad” dan “Mekkah”. Dapat dipastikan kedua kata tersebut merupakan tambahan kemudian yang berasal dari tangan manusia, bukan asli perkataan Allah. Karena itu, sejatinya wahyu Allah berbunyi sebagi berikut: “Aku hanya diperintahkan menyembah Tuhan negeri ini yang Dia telah menjadikan suci padanya dan segala sesuatu adalah milik-Nya. Dan aku diperintahkan agar aku termasuk orang muslim.”

Dalam perjalanan waktu, umat islam sadar akan kekacauan bahasa dari wahyu Allah tersebut. Mereka bersikukuh bahwa ayat-ayat Al-Qur’an adalah asli wahyu Allah, namun ketika ayat ini dipahami demikian, maka terjadi kekacauan logika. Bagaimana mungkin Allah yang berbicara diperintahkan menyembah Tuhan negeri ini. Hal ini tentu akan memperlihatkan bahwa Allah islam itu tidak hanya satu tetapi dua, yaitu Allah yang bersabda, yang sabda-Nya menjadi kitab suci Al-Qur’an, dan Allah yang disembah oleh Allah yang bersabda. Tentulah ini bertentangan dengan konsep tauhid islam, meski masalah ini ada banyak ditemui dalam Al-Qur’an. Sekali lagi ini membuktikan betapa kacau balaunya Al-Qur’an, sekalipun ia diyakini berasal dari Allah, dan Allah itu maha sempurna. Bagaimana mungkin Allah yang sempurna menghasilkan sesuatu yang tidak sempurna dan kacau balau.