Emosi, yang dimengerti sebagai perasaan marah yang meledak-ledak, biasanya
muncul ketika kita mendapat tekanan yang melampaui batas kesabaran. Misalnya,
seorang ibu sedang sibuk memasak di dapur pada jam 11.00, sementara jadwal
makan siang jam 12.00. Sebelumnya ia mendapat berita dari anaknya di kota untuk
segera kirim uang sekolah, sementara tagihan listrik belum bayar. Saat sibuk di
dapur, anaknya bungsu rewel terus menerus. Dapatlah dipastikan emosi ibu ini
akan mudah atau segera meledak.
Tentulah di antara kita pernah mengalami situasi seperti ibu di atas, entah
di rumah, tempat kerja ataupun dalam kehidupan masyarakat. Kita menghadapi
banyak tekanan, baik yang berasal dari luar diri kita maupun dari dalam diri
sendiri. Di saat kita tak bisa lagi menahan tekanan itu, maka amarah akan
terlihat. Amarah yang meledak-ledak ini dapat hanya berupa umpatan kata-kata,
bisa juga berwujud tindakan, baik yang terarah kepada obyek kemarahan ataupun
obyek pelampiasan.
Emosi yang tidak terkendali bisa berbahaya bagi orang lain dan juga diri
sendiri. Karena itu, sangat diharapkan agar kita memiliki kemampuan
mengendalikan emosi. Dibutuhkan tingkat kematangan dan kecerdasan emosi. Jauh
lebih baik bila kita mengendalikan emosi daripada emosi yang mengendalikan
kita.
Ada banyak buku menawarkan cara mengendalikan emosi. Intinya adalah emosi
itu penting namun musti dikelola dengan baik dan benar. Kemampuan mengelola
emosi dapat membantu kita meningkatkan kecerdasan emosi. Ada dua aspek cara
peningkatan kecerdasan emosi, yaitu aspek personal dan aspek sosial.
A. Aspek Personal