Kamis, 02 Juni 2022

MENJADI "TUAN" ATAS EMOSI DIRI

Emosi, yang dimengerti sebagai perasaan marah yang meledak-ledak, biasanya muncul ketika kita mendapat tekanan yang melampaui batas kesabaran. Misalnya, seorang ibu sedang sibuk memasak di dapur pada jam 11.00, sementara jadwal makan siang jam 12.00. Sebelumnya ia mendapat berita dari anaknya di kota untuk segera kirim uang sekolah, sementara tagihan listrik belum bayar. Saat sibuk di dapur, anaknya bungsu rewel terus menerus. Dapatlah dipastikan emosi ibu ini akan mudah atau segera meledak.

Tentulah di antara kita pernah mengalami situasi seperti ibu di atas, entah di rumah, tempat kerja ataupun dalam kehidupan masyarakat. Kita menghadapi banyak tekanan, baik yang berasal dari luar diri kita maupun dari dalam diri sendiri. Di saat kita tak bisa lagi menahan tekanan itu, maka amarah akan terlihat. Amarah yang meledak-ledak ini dapat hanya berupa umpatan kata-kata, bisa juga berwujud tindakan, baik yang terarah kepada obyek kemarahan ataupun obyek pelampiasan.

Emosi yang tidak terkendali bisa berbahaya bagi orang lain dan juga diri sendiri. Karena itu, sangat diharapkan agar kita memiliki kemampuan mengendalikan emosi. Dibutuhkan tingkat kematangan dan kecerdasan emosi. Jauh lebih baik bila kita mengendalikan emosi daripada emosi yang mengendalikan kita.

Ada banyak buku menawarkan cara mengendalikan emosi. Intinya adalah emosi itu penting namun musti dikelola dengan baik dan benar. Kemampuan mengelola emosi dapat membantu kita meningkatkan kecerdasan emosi. Ada dua aspek cara peningkatan kecerdasan emosi, yaitu aspek personal dan aspek sosial.

A.   Aspek Personal