Jumat, 17 Maret 2023

KAJIAN ISLAM ATAS SURAH AN NISA AYAT 87

 


Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Dia pasti akan mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak diragukan terjadinya. Siapakah yang lebih benar perkataan(nya) daripada Allah? (QS 4: 87)

Tak bisa dipungkiri bahwa umat islam percaya bahwa Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang langsung disampaikan kepada Muhammad, yang kemudian ditulis di atas kertas. Sekalipun ada di kertas, tapi umat islam yakin bahwa itu adalah kata-kata Allah sendiri. Dan karena Allah itu mahasuci, maka kertas yang ditulisi perkataan Allah adalah suci juga. Maka dari itu, tak heran ketika ditemukan lembaran-lembaran Al-Qur’an di tempat sampah, yang sebagiannya sudah terbakar, umat islam merasa marah. Hal itu dilihat sebagai bentuk penghinaan terhadap Allah. Dalam surah al-Maidah ayat 33, Allah meminta umat islam untuk membunuh mereka yang menghina-Nya. Begitu sadisnya Allah islam ini!

Berhubung Al-Qur’an merupakan pedoman yang menjadi tuntunan bagi umat islam, Allah telah memudahkan ayat-ayat Al-Qur’an. Artinya, dalam penyampaian wahyu-Nya Allah menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh umat-Nya. Karena itulah, Al-Qur’an dikenal juga sebagai kitab atau keterangan yang jelas. Umat islam, khususnya para ulama, menafsirkan kata “jelas” di sini sebagai terang benderang, sejalan dengan maksud Allah memudahkan semua ayat-Nya. Dengan kata lain, makna ayat-ayat Al-Qur’an dapat ditemui sebagaimana tertulis di dalamnya.

Berangkat dari dua premis di atas dapatlah dikatakan bahwa kutipan ayat Al-Qur’an di atas merupakan wahyu Allah dan maknanya sangat jelas. Karena wahyu Allah ini ditulis dalam satu ayat, maka bisa dikatakan bahwa kutipan kalimat di atas turun bersamaan, sekali tarikan nafas. Kutipan wahyu Allah di atas terdiri dari 3 kalimat. Kalimat pertama, yang secara linguistik tidak bisa disebut sebagai kalimat, berisi pesan tauhid. Kalimat kedua menjelaskan tentang hari kiamat. Ada 2 pesan yang hendak disampaikan di sini, yaitu peran Allah yang mengumpulkan umat-Nya dan tentang kepastian hari kiamat itu sendiri. Kalimat ketiga berbentuk pertanyaan retoris tentang kebenaran perkataan Allah.

Kalau diperhatikan dengan seksama, ketiga kalimat Allah di atas sama sekali tidak mempunyai hubungan sama sekali. Ketiga kalimat tersebut memiliki arti dan pesannya sendiri, yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dari pesan tauhid langsung ke persoalan hari kiamat, dan tiba-tiba muncul pertanyaan yang sama sekali tidak ada kaitan dengan dua kalimat sebelumnya. Secara linguistik hal ini terasa sangat tidak masuk akal, dan membuat wahyu Allah ini terlihat kacau. Jika dikaitkan dengan salah satu sifat Allah, yakni maha sempurna, maka secara linguistik kutipan wahyu Allah di atas sangatlah mungkin bukan berasal dari Allah. Bagaimana mungkin dari Allah yang maha sempurna bisa muncul sesuatu yang tidak sempurna. Ataukah standar kesempurnaan Allah berbeda dengan standar kesempurnaan manusia? Artinya, bagi Allah itu sempurna, tapi tidak bagi manusia. Dapat dipastikan kutipan kalimat Allah di atas lahir dari pikiran manusia yang kacau, atau meminjam kata-kata JK Sheindlin, lahir dari “pikiran orang bingung”.