Selasa, 20 Mei 2014
Liburan 2013: Pantai Parangtritis
Situasi pantai Depok, tetanganya pantai Parangtritis
Ombaknya besar sehingga orang hanya berenang di tepian saja
Foto bersama Yovan dengan latar belakang pantai Parangtritis
Orang Kudus 20 Mei: St. Bernardius Siena
SANTO BERNARDIUS SIENA, PENGAKU IMAN
Kesalehan
hidup Bernardius dari Siena di luar dugaan telah dikenal oleh Santo Vinsensius Ferreri. Gelar “Kudus” yang diberi oleh Gereja kepada Bernardius telah
dikatakan secara jelas oleh Vinsensius Ferreri dalam kesempatan khotbahnya di
Siena. Dalam khotbahnya di Siena, Vinsensius Ferreri secara tiba-tiba
mengatakan kepada para pendengarnya: “Saudara-saudara, di antara kalian yang
sekarang hadir di sini terdapat seorang saudara kita yang nanti akan menjadi
pengkhotbah besar dan akan dihormati Gereja sebagai “Orang Kudus”. Dialah
Bernardius yang ada di antara kalian.”
Bernardius lahir di Massa, Siena, Italia, pada tanggal 8 September 1380. Semenjak kecilnya ia sudah hidup sebagai yatim. Ia dibesarkan oleh tantenya. Keluarganya tergolong keluarga berada. Tetapi cita-cita luhur yang berkobar dalam dirinya untuk mengabdikan diri kepada Tuhan membuat dia tidak menaruh harapan pada kekayaan itu. Ia menaruh perhatian besar pada nasib orang-orang miskin. Sekali peristiwa, bibinya mengusir seorang miskin yang datang meminta bantuan. Menyaksikan perbuatan bibinya itu, Bernardius mogok makan sepanjang hari, karena ia terus memikirkan pengemis malang yang kosong perut itu.
Bernardius
kemudian belajar Hukum Gereja dan Hukum Negara. Setelah menyelesaikan studinya
pada tahun 1397, ia masuk persekutuan Bunda Maria, yang berpusat di rumah sakit
terkenal Santa Maria della Scala di Siena. Tiga tahun kemudian, ketika
Bernardus menjabat sebagai direktur rumah sakit itu, wabah epidemi melanda kota
Siena. Ia tanpa lelah berusaha menyelamatkan jiwa-jiwa yang terserang epidemi
itu. Sementara itu, panggilan suci untuk menjadi seorang imam biarawan pun
terus bergejolak dalam dirinya. Maka pada tahun 1402, ia masuk tarekat
saudara-saudara Dina Fransiskus, dan ditabhiskan menjadi imam dua tahun
kemudian. Setelah menjadi imam, dikatakan bahwa selama 12 tahun ia tidak
menampakkan diri di depan umum. Kemungkinan ia memanfaatkan tahun-tahun itu
untuk bertapa dalam kesunyian di Capriola, Italia. Setelah itu barulah pada
tahun 1417, ia memulai karya misionernya di Milan dan menjelajahi seluruh
Italia. Mulanya ia sedikit terhalang oleh suaranya yang halus sehingga
khotbah-khotbahnya terasa kurang berhasil. Tetapi atas bantuan Santa Perawan
Maria, rintangan itu dapat lenyap. Semenjak itu ia mulai dikenal luas sebagai
seorang pengkhotbah ulung selama 38 tahun. Dalam khotbah-khotbahnya ia mendesak
penghapusan riba dan perdamaian antara kubu politik Guelph dan Ghibelline serta
mendorong umat untuk melakukan devosi kepada Nama Yesus yang Tersuci.
Senjatanya yang paling utama untuk menentang setiap perbuatan kekafiran umat dan ketidakpedulian umat akan Hukum-hukum Allah, ialah Nama Yesus yang Tersuci. Di atas nama Yesus itulah, Bernardius memulai karyanya dan membangun hidupnya. Karena dituduh menyebarkan ajaran-ajaran sesat seperti menganjurkan devosi kepada Nama Yesus yang Tersuci, maka ia dipanggil ke Roma pada tahun 1427. Di sana untuk beberapa waktu, ia dilarang berkhotbah oleh Paus Martinus V (1417-1431). Tetapi karena tuduhan-tuduhan itu tidak benar, maka ia diijinkan berkhotbah kembali. Oleh Sri Paus ia ditawarkan menjadi Uskup Siena. Tawaran ini ditolaknya dengan tegas karena ia lebih suka berkhotbah di mana-mana untuk membaharui hati umat beriman.
Dikemudian hari devosinya kepada Nama Yesus yang Tersuci direstui oleh Gereja dan dirayakan secara khusus dalam Liturgi Gereja. Setelah berkarya selama bertahun-tahun, ia meninggal dunia pada tanggal 20 Mei 1444 di Aquila, Italia. Karena karya pewartaannya sangat berhasil, ia dijuluki “Rasul Italia”.
Renungan Hari Selasa Paskah V - A
Renungan Hari Selasa Paskah
V, Thn A/II
Bac I : Kis 14: 19 – 28; Injil : Yoh 14: 27 – 31a;
Sabda Tuhan dalam bacaan-bacaan liturgi hari ini secara tidak
langsung mau memberikan gambaran jemaat pengikut Yesus. Dalam Injil dikisahkan
bahwa Yesus hendak pergi meninggalkan para murid. Namun Yesus tidak pergi
begitu saja. Ada yang Dia tinggalkan kepada mereka: Damai Sejahtera. “Damai
sejahtera Kutinggalkan bagimu, damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu.” (ay. 27).
Damai sejahtera itu adalah suasana tenang, tidak gentar, gelisah hati atau
takut.
Apa yang ditinggalkan Yesus kepada para murid-Nya itu
terlihat jelas dalam diri Paulus dan Barnabas. Dalam bacaan pertama diceritakan
bahwa kedua rasul ini dilempari batu hingga dikira mati. Intinya, Paulus dan
Barnabas mengalami penderitaan. Dalam akal sehat manusia, tentulah mereka tidak
mengalami damai dan sejahtera. Normalnya mereka takut. Namun dalam bacaan
pertama tidak terlihat sama sekali perasaan gentar, gelisah hati atau takut. Mereka
malah meneguhkan hati para murid lainnya (ay. 22) dan lebih gilanya lagi mereka
kembali ke Listra, tempat mereka dibantai. Jadi, terlihat bahwa mereka merasa
damai.
Gambaran damai sejahtera dalam sabda Tuhan hari ini
benar-benar kontradiktif. Bagaimana mungkin penderitaan dan yang dialami
mendatangkan damai sejahtera. Tapi inilah gambaran jemaat kristiani. Hingga kini
pun orang-orang kristen selalu menderita, dianiaya, dicela, dihina bahkan ada
yang dibunuh (silahkan klik di sini). Semua pengalaman ini seharusnya mendatangkan ketakutan dan
kegelisahan sehingga muncul solusi cari aman dengan meninggalkan Yesus. Akan
tetapi, selalu saja ada umat yang bertahan. Melalui sabda-Nya, Tuhan
menghendaki agar kita tetap tekun dalam iman sekalipun penderitaan selalu
menghadang.
by: adrian
Langganan:
Postingan (Atom)