Minggu, 29 Maret 2015

Orang Kudus 29 Maret: St. Jonah & Berijesu

SANTO YONAH DAN BERIJESU, MARTIR
Sumber lain mengatakan nama mereka adalah Jonas dan Barachisius. Riwayat masa kecil mereka tidak diketahui dengan pasti. Yang jelas kedua kakak beradik ini hidup pada abad IV, saat Raja Sapor menjadi Raja Persia.
Pada saat Persia dikuasai Raja Sapor, umat Kristen mengalami penganiayaan hebat. Raja Sapor menghancurkan gereja-gereja dan biara-biara. Mendengar adanya penganiayaan terhadap orang Kristen, Jonas dan Barachisius datang menolong dan menyemangati mereka. Jonas dan Barachisius mengajak mereka untuk tetap setia kepada Kristus.
Meski tahu bahwa dirinya bisa juga ditangkap seperti saudara-saudara lainnya, kedua kakak beradik ini tidak gentar. Mereka terus melayani umat Kristen yang ditangkap dan dipenjarakan. Hati keduanya terlalu dipenuhi kasih bagi sesama sehingga nyaris tak ada ruang untuk memikirkan diri sendiri.
Namun akhirnya kedua bersaudara ini ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Mereka diancam akan dianiaya dan dihukum mati jika tidak menyembah matahari, bulan, api dan air. Keduanya dengan tegas menolak untuk menyembah dewa-dewi bangsa Persia. Mereka hanya mau menyembah Allah yang benar dan esa.
Karena penolakan itu Jonas dan Barachisius harus mengalami banyak penderitaan. Akan tetapi mereka tekun berdoa. Mereka tetap menanggung siksa aniaya yang dahsyat karena tidak mau menyangkal imannya. Akhirnya, pada tahun 327, keduanya dijatuhi hukuman mati, namun mereka menyambutnya dengan sukacita. Mereka menyerahkan nyawanya kepada Yesus.
by: adrian, dari berbagai sumber
Baca juga riwayat orang kudus 29 Maret:

Renungan Hari Minggu Palma, Thn B

Renungan Hari Minggu Palma, Thn B/I
Bac I    Yes 50: 4 – 7; Bac II             Flp 2: 6 – 11;
Injil      Mrk 15: 1 – 39;

Hari ini umat katolik memasuki Pekan Suci, yang diawali dengan perayaan Minggu Palma. Perayaan ini mengingatkan umat akan peristiwa waktu Tuhan Yesus memasuki kota Yerusalem dengan diiringi sorak-sorai dan lambaian daun palma. Dalam bahasa Kitab Suci, teristimewa Injil, masuk ke Yerusalem, bagi Tuhan Yesus merupakan masuk ke dalam sengsara dan wafat. Perayaan Minggu Palma mau memperlihatkan bahwa Tuhan Yesus memasuki kesengsaraan dan wafat-Nya dengan sukacita, karena kelak juga perjalanan kesengsaraan itu berakhir dengan sukacita juga (kebangkitan).

Injil hari ini menceritakan kisah sengsara itu. Diawali dengan kesepakatan imam-imam kepala bersama para tua-tua dan ahli Taurat serta Mahkamah Agama untuk menyerahkan Tuhan Yesus kepada Pilatus. Dari sini terjadilah drama pengadilan yang berujung pada keputusan penyaliban. Maka mulailah drama jalan salib, kisah sengsara Tuhan Yesus menuju puncak Golgota. Kisah sengsara dan penderitaan yang dialami Tuhan Yesus tak jauh berbeda dengan apa yang diungkapkan Nabi Yesaya dalam bacaan pertama hari ini. Di sini terlihat bahwa Nabi Yesaya, dalam kitabnya, sudah meramalkan sengsara yang dialami oleh Tuhan Yesus.

Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, yang menjadi bacaan kedua hari ini, merefleksikan pengalaman sengsara Tuhan Yesus. Paulus menilai bahwa Tuhan Yesus sungguh luar biasa. Hal ini disebabkan karena Tuhan Yesus mau menghadapi sengsara itu dengan tabah. Ketabahan ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus taat kepada kehendak Bapa. Meskin Tuhan Yesus sebanarnya sanggup menghindari penderitaan itu, tapi Dia menerima tanpa perlawanan.

Sabda Tuhan hari ini mau menegaskan kepada kita bahwa sengsara dan penderitaan yang dialami Tuhan Yesus merupakan wujud ketaatan dan sikap berserah-Nya kepada kehendak Bapa. Tuhan Yesus tidak mau menunjukkan keinginan pribadi-Nya, sekalipun ia bisa. Bagi Yesus, kehendak Bapa adalah yang utama. Di sini Tuhan Yesus mau memberi kita dua pelajaran. Pertama, jangan melarikan diri dari masalah. Menyelesaikan masalah, baik masalah kecil maupun besar, adalah dengan cara menghadapinya, bukan lari dari padanya. Kita sendirilah yang menghadapinya. Jangan menyerahkan kepada sang waktu untuk menyelesaikannya, sementara kita duduk mengunggu. Kedua, sikap berserah kepada kehendak Allah. Dalam menghadapi masalah, hendaklah kita mengutamakan kehendak Allah.

by: adrian