Senin, 31 Agustus 2015

Menghidupkan Gairah Hidup yang Redup

Hidup adalah karunia yang perlu disyukuri, dijaga dan dikembangkan. Di dalam hidup ada pengalaman suka maupun duku, ada kisah-kisah sedih maupun senang; membuat kita bisa menangis maupun tertawa. Hidup membawa cerita yang mencipta alurnya dan kita pun ada di dalamnya.
Supaya hidup memiliki arti dan tidak sia-sia, sudah sewajarnya kita menjaga gairah hati dan pikiran. Dengan demikian, kita bisa menikmati hidup yang dianugerahkan kepada kita dengan riang, penuh syukur dan hanya sedikit keluhan. Ketika gairah hidup meredup pun, segera lakukan tindakan agar kita tidak “mati gaya”. Bagaimana menyalakan gairah hidup yang hampir padam itu?
1.    Nyalakan Optimisme
Gairah hidup yang meredup, nyalakan kembali dengan optimism yang masih tersimpan di dalam hati. Mungkin saja Anda sedang lupa bahwa di dalam dasar hati yang paling dalam ada harapan yang masih terpendam, dan belum Anda ungkapkan. Dengan memahami bahwa masih ada harapan yang tersimpan dan harus diwujudkan maka gairah hidup perlahan muncul kembali.
Tanpa optimisme, tanpa ada harapan yang harus direalisasikan, hidup tidak akan bisa berkembang. Gairah hidup tidak akan mudah muncul karena tidak ada pendoronga untuk menjalani hari demi hari dengan baik. Tidak ada yang “mencambuk” sang diri untuk bergerak karena tanpa harapan, tanpa optimisme, tidak ada arah yang dituju ke masa depan yang lebih baik. Jadi, nyalakan optimisme dalam diri Anda dan bergairahlah kembali dalam mensyukuri hidup.
2.    Nyalakan Kembali Energi Diri yang Padam
Hidup dan kesuksesan membutuhkan energi untuk meraih dan menikmatinya. Energi di dalam hati dan pikiran yang padam tidak akan bisa membuat Anda sukses dan menikmati kebahagiaan dengan sempurna. Gairah hidup pun meredum ketika energi Anda hilang. Tidak ada hal yang bisa Anda perbuat dan tidak ada tindakan yang bermakna ketika Anda tidak berenergi.
Jangan tunda lagi, sadari bahwa energi Anda sedang padam ketika Anda merasa tidak bergairah dalam menjalani aktivitas. Mungkin saja Anda sedang lelah, butuh istirahat yang cukup. Mungkin saja Anda perlu refreshing karena pikiran terlalu suntuk dan menutup energi terbaik untuk berkarya. Mungkin juga banyak persoalan yang menguras energi hati dan pikiran sehingga gairah hidup pun redup. Hanya Anda yang tahu penyebab energi padam maka nyalakanlah kembali sesuai situasi dan kondisi Anda.
3.    Nyalakan Api Persahabatan
Sukses akan lebih bermakna jika diawali dengan persahabatan. Demikian pun, dengan hidup yang Anda jalani, suka maupun duka, tetaplah indah dalam bingkai persahabatan. Jika gairah hidup meredup, mungkin juga karena api persahabatan sedang padam. Anda perlu lebih cerdas lagi menyalakannya dan bawalah kembali maknanya untuk mendorong Anda menikmati hidup dengan lebih baik. Tanpa nyala api persahabatan yang menghangatkan dan memotivasi untuk bersyukur, gairah hidup mudah redup.
Setiap hal yang dilandasi dengan persahabatan akan memberikan warna lain dalam karya-karya Anda; memberikan makna yang lebih dalam di saat Anda sedang merancang kesuksesan dan mengusahakannya dengan lebih cerdas. Tidak ada persahabatan, tidak akan ada gairah hidup; dan Anda perlu menyadarinya. Jika saat ini, Anda tidak punya sahabat yang bisa memberikan pencerahan dalam hidup Anda, semoga di lain waktu Anda akan menemukan sahabat yang memahami kelebihan dan kekurangan diri Anda.
GAIRAH HIDUP akan mengantar Anda kepada kesuksesan, dalam bentuk apa pun, sesuai minat dan bidang yang Anda geluti. Ketika Anda menyadari ada tanda-tanda mulai meredup, segera nyalakan kembali. Jangan biarkan langka Anda terhenti karena tidak ada cahaya optimisme dalam diri hingga Anda terjatuh. Jangan sampai terjadi.
Baca juga tulisan lainnya:

Renungan Hari Senin Biasa XXII - Thn I

Renungan Hari Senin  Biasa XXII, Thn B/I
Bac I  1Tes4: 13 – 17a; Injil               Luk 4: 16 – 30;
Inti sabda Tuhan hari ini ada pada ayat 21 Injil hari ini, yaitu “Pada hari ini genaplah nas ini.” Sabda Tuhan hari ini mau menyatakan bahwa apa yang disampaikan Tuhan lewat bacaan-bacaan liturgi hari ini adalah benar adanya. Pusat kebenaran itu ada pada Tuhan Yesus. Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Tesalonika, yang menjadi bacaan pertama hari ini, Paulus mengungkapkan satu kebenaran bahwa Tuhan Yesus menjadi jaminan bagi kehidupan kekal setelah kematian umat manusia. “Mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.” (ay. 14).
Kebenaran yang berpusat pada Tuhan Yesus juga diungkapkan dalam Injil hari ini. Dikisahkan bahwa Tuhan Yesus, yang berada di rumah ibadat di Nazaret, membacakan Kitab Nabi Yesaya. Apa yang dibacakan merupakan ungkapan misi-Nya, yaitu “menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin,” (ay. 18), “pembebasan kepada orang-orang tawanan dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang tertindas...” (ay. 19). Dan Tuhan Yesus menegaskan bahwa pernyataan Nabi Yesaya terpenuhi dalam diri-Nya. “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.”
Lewat sabda-Nya hari ini, Tuhan menyadarkan kita akan kebenaran tentang Tuhan Yesus. Penyadaran ini semata-mata bukan untuk tahu, melainkan juga supaya kita semakin mencintai-Nya. Karena dengan cinta itu, kita tidak akan mudah terpengaruh oleh begitu banyak hujatan dan pemutarbalikan kebenaran tentang Tuhan Yesus. Ada begitu banyak cara orang untuk memisahkan kita dengan Tuhan Yesus. Mereka seperti orang Nazaret yang berusaha menyingkirkan Dia dari orang-orang yang percaya kepada-Nya.***
by: adrian

Minggu, 30 Agustus 2015

Ziarah ke Israel #14

VIA DOLOROSA
Pada hari keempat, persis pada hari Jumat, kami mengadakan ibadah jalan salib. Di sini kami mencoba menyusuri jalan yang dulu pernah dilalui Tuhan Yesus saat memikul salib-Nya menuju puncak Kalvari.
Sekedar diketahui, saat ini lokasi jalan salib itu berada di permukiman muslim. Jalan salib kini berada di keramaian pasar. Untungnya, saat kami melakukan ibadah jalan salib, kios dan toko-toko belum pada buka, sehingga suasana doa masih terjaga.

Renungan Hari Minggu Biasa XXII - B

Renungan Hari Minggu Biasa XXII, Thn B/I

Bacaan pertama hari ini diambil dari Kitab Ulangan. Di sini dikisahkan tentang sabda Allah kepada umat Israel yang akan memasuki negeri yang diberikan Tuhan. Sebelum mereka menduduki negeri tersebut, Tuhan Allah memberikan beberapa petunjuk. Dalam petunjuk itu terkandung juga nasehat agar bangsa Israel melaksanakan segala perintah Allah dengan setia. Mereka dilarang untuk menambahi dan menguranginya (ay. 2). Di sini Tuhan Allah menghendaki supaya umat Israel hidup sesuai dengan ketetapan yang diberikan Tuhan.
Dalam perjalanan waktu, setelah bangsa Israel menduduki negeri itu, kehidupan pun semakin berkembang. Mulailah muncul tradisi-tradisi yang ditetapkan oleh nenek moyang. Tradisi-tradisi itu bersifat mengikat. Menjadi persoalan, tradisi itu akhirnya mengalahkan ketetapan Allah. Hal inilah yang terlihat dalam Injil hari ini. Serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat mengkritik Tuhan Yesus yang membiarkan beberapa murid-Nya makan tidak sesuai dengan tradisi, yaitu membasuh tangan sebelum makan (ay. 2). Tuhan Yesus balik mengkritik mereka. “Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.” (ay. 8). Di sini Tuhan Yesus ingin menyadarkan orang Farisi dan ahli Taurat akan kehendak Allah untuk setia pada ketetapan-Nya.
Oleh karena itu, dalam suratnya, yang menjadi bacaan kedua hari ini, Yakobus mengajak umat untuk setia kepada kehendak Allah. Kehendak Allah itu dapat dilihat atau dibaca dalam firman-Nya (Kitab Suci). Yakobus meminta umat untuk membuang semua kekotoran dan kejahatan dari dalam diri dan berusaha menerima sabda Tuhan dalam hati (ay. 21). Akan tetapi, Yakobus tidak hanya berhenti pada status penerima sabda saja. Ia menasehati supaya umat juga menjadi pelaku sabda (ay. 22). Artinya, sabda Tuhan yang telah diterima diterapkan dalam kehidupan.
Tak dapat dipungkiri, kita hidup dengan tradisi dan adat istiadat leluhur. Jauh sebelum kita mengenal Kristus, nenek moyang kita sudah hidup dalam tradisi. Dan ketika kita menjadi pengikut Kristus, tradisi itu pun masih melekat dengan kehidupan kita. Sabda Tuhan hari ini bukan bertujuan agar kita menyingkirkan semua tradisi itu. Melalui sabda-Nya, Tuhan menghendaki agar kita tidak mengalahkan kehendak Allah demi suatu tradisi. Kehendak Allah adalah yang utama. Bisa juga dikatakan bahwa jika suatu tradisi bertentangan dengan kehendak Allah, kita harus meninggalkannya. Dan sama seperti dulu kita hidup sesuai dengan tradisi, sekarang juga, setelah menjadi pengikut Kristus, kita hidup sesuai dengan kehendak Allah. Kehendak Allah, yang ada dalam Kitab Suci, hendaknya menjadi pedoman hidup kita.***
by: adrian

Sabtu, 29 Agustus 2015

Orang Kudus 29 Agustus: St. Yohanes Pembaptis

SANTO YOHANES PEMBAPTIS, MARTIR
Yohanes lahir enam bulan sebelum kelahiran Yesus. Ia adalah putra dari St. Zakarias dan St.Elisabeth. kelahiran Yohanes terjadi ketika kedua orangtuanya sudah berusia lanjut. Kabar kehamilan Elisabeth diberitahukan sendiri oleh Malaikat Gabriel. Ketika masih di dalam kandungan, Bunda Maria mengunjungi Elisabeth. Yohanes yang berada dalam rahim ibunya melonjak kegirangan.
Yohanes kemudian menjadi seorang petapa di gurun di Yudea. Sekitar tahun 27, Yohanes mulai berkotbah dan menyerukan pertobatan. Ia mulai membaptis orang-orang berdosa yang mau bertobat. Banyak orang menjadi muridnya, termasuk St. Andreas dan St. Yohanes.
Banyak orang menyangka dia sebagai mesias, tetapi Yohanes menolaknya dan mengatakan bahwa ia hanya mempersiapkan jalan bagi mesias. Suatu ketika datanglah Yesus yang meminta untuk dibaptis. Awalnya Yohanes menolak karena ia tidak pantas. Namun akhirnya Yohanes membaptis Yesus.
Yohanes mengenali Yesus sebagai mesias. Beberapa muridnya kemudian pergi mengikuti Yesus, karena merasa Yesus jauh lebih besar daripada Yohanes. Bahkan Yohanes sendiri meminta mereka untuk mengikuti Yesus.
Suatu ketika Yohanes menegur Herodes Antipas yang menikahi Herodias, istri Filipus, saudaranya. Herodes kemudian menangkapnya, tetapi tidak berani membunuhnya karena pengaruh Yohanes sangat besar. Herodias, yang sangat membenci Yohanes, berkeinginan membunuhnya. Kesempatan itu dating ketika Salome, putrinya, dijanjikan oleh Herodes apa saja yang diinginkannya. Herodias meminta kepada Salome untuk meminta kepala Yohanes Pembaptis.
Pada sekitar tahun 30, di benteng Machaerus, Yohanes dipenggal. Kepalanya diletakkan dalam sebuah talam untuk diserahkan kepada putri Herodias. Sang putri kemudian menyerahkannya kepada ibunya. Yohanes Pembaptis kemudian dimakamkan di Sebaste, Samaria, sementara kepalanya disimpan oleh Herodias. Relikuinya berada di Gereja St. Silvester, Roma, dan Amiens, Perancis.
Baca Juga Orang Kudus Hari Ini:

Renungan Peringatan Wafatnya Yohanes Pembaptis

Renungan Peringatan Wafatnya Yohanes Pembaptis, Thn B/I
Bac I  Yer 1: 17 – 19; Injil                   Mrk 6: 17 – 29;

Hari ini Gereja Universal mengajak kita memperingati wafatnya Yohanes Pembaptis. Dia mati demi kebenaran. Bacaan pertama memang sama sekali tidak ada kaitan dengan Yohanes Pembaptis. Namun sama seperti Injil, ia mau berbicara soal keberanian menegakkan kebenaran. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari kitab Nabi Yeremia, diungkapkan pengalaman panggilan Nabi Yeremia. Dia diminta Tuhan untuk mewartakan pesan Allah, yaitu kebaikan dan kebanaran. Dalam permintaan itu Tuhan meminta Yeremia untuk tidak perlu takut, karena Allah senantiasa menyertainya.
Injil hari ini secara khusus mengisahkan kematian Yohanes Pembaptis. Dalam kisah itu tampak jelas bahwa Yohanes mati karena ia mau menegakkan kebenaran dan kebaikan, khususnya kepada Herodes dan Herodias. Yohanes tidak gentar menghadapi petinggi negerinya, karena ia sadar Tuhan selalu mendampinginya. Sekalipun karena prinsipnya Yohanes harus mati. Jadi, mati merupakan konsekuensi yang harus ditanggung akibat keberanian mewartakan kebenaran dan kebaikan.
Ada begitu banyak penyimpangan dalam kehidupan kita, baik dalam kehidupan sipil-sekular maupun dalam kehidupan Gereja. Sabda Tuhan hari ini mau menantang kita untuk menegakkan kebenaran dan kebaikan bagi umat manusia. Dalam perjuangan ini tentulah kita akan mendapat tantangan. Tantangan itu bisa saja menakutkan, seperti berupa ancaman; tapi bisa juga menyenangkan, seperti tawaran harta dan kenikmatan. Lewat sabda-Nya, Tuhan menghendaki agar, apapun tantangannya, hendaklah kita selalu berpegang pada kebenaran dan kebaikan.***
by: adrian

Jumat, 28 Agustus 2015

Orang Kudus

Hari Minggu itu, Josephine ingin membawakan materi tentang orang kudus kepada anak-anak Sekolah Minggu. Ia mau supaya anak-anak mengenal riwayat hidup orang kudus, secara khusus orang kudus yang menjadi nama baptis mereka.
Alasan lain yang membuat Josephine mau memberikan materi orang kudus adalah karena cara penyajiannya mudah. Ia tinggal bercerita saja dan anak-anak hanya mendengar. Kebetulan ia suka sekali bercerita. Pastilah anak-anak akan tekun dan serius mendengarkannya.
Josephine    : Adik-adik, hari ini kakak akan cerita tentang orang kudus. Siapa yang di sini sudah kenal dengan orang kudus?
Yakobus      : Saya, Kak.
Josephine    : Coba, siapa?
Yakobus      : Anto, Kak. (sambil menunjuk ke arah Anto)
Josephine    : Koq bisa?
Yakobus      : Anto orang kudus, Kak. Papa mamanya orang kudus. Dia lahir di kudus. Di sini baru dua minggu.
Josephine    : *&%^$#@$%#?????
Pangkalpinang, 6 Juli 2015
by: adrian
Baca juga humor lainnya:

Orang Kudus 28 Agustus: St. Musa Hitam

SANTO MUSA HITAM, PENGAKU IMAN
Musa berasal dari Etiopia. Ia bekerja pada seorang majikan kaya raya, namun kemudian dipecat karena melakukan banyak kesalahan dalam tugasnya. Lalu ia menjadi pemimpin suatu kawanan perampok yang merajalela di Mesir. Oleh sentuhan rahmat Tuhan, ia sekonyong-konyong bertobat dan menjadi biarawan yang saleh sehingga dianggap layak untuk ditahbiskan menjadi imam. Ketika ia mengenakan jubah putih untuk merayakan misa pertama, uskup berseru: “Lihatlah, orang hitam ini kini telah menjadi putih bersih!” Musa menjawab, “Itu bagian luarnya saja! Tuhan lebih tahu bahwa hatiku masih hitam seperti kulitku.”
Pada waktu suku Barbar mengobrak-abrik biaranya, ia tidak melawan sedikitpun dan membiarkan diri dibunuh. Di biaranya, Dair al-Baramus, di Wadi Natrun, hingga kini para biarawan masih terus mendendangkan madah pujian kepada Tuhan dan berdoa dengan perantaraannya. Ia meninggal pada tahun 395.
sumber: Iman Katolik
Baca Juga Orang Kudus Hari Ini:

Renungan Hari Jumat Biasa XXI - Thn I

Renungan Hari Jumat Biasa XXI, Thn B/I
Bac I  1Tes 4: 1 – 8; Injil           Mat 25: 1 – 13;

Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus menceritakan perumpamaan lima gadis bodoh dan lima gadis bijaksana. Bodoh ini bukan dalam pengertian kemampuan intelektual, melainkan dalam sikap berkaitan dengan kehidupan. Jadi, yang mau ditekankan di sini adalah bagaimana menyikapi hidup. Orang yang bodoh berpikiran pendek, tidak punya rencana dan maunya enak terus. Berbeda dengan orang bijaksana yang berpikiran panjang dengan perhitungan, punya rencana dan strategi serta mau bersusah dahulu untuk senang kemudian. Sangat jelas kalau Tuhan Yesus menghendaki para murid-Nya untuk bijaksana.
Sikap bijaksana dalam hidup juga diminta Paulus kepada jemaat di Tesalonika. Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Tesalonika, yang menjadi bacaan pertama hari ini, Paulus menasehati mereka untuk menyikapi hidup ini dengan bijaksana, bukan hanya dengan mengikuti “keinginan hawa nafsu.” (ay. 5). Dengan sikap bijaksana dalam hidup ini, umat diharapkan dapat hidup kudus dengan menjaga kekudusan dirinya.
Dunia jaman kini sudah dirasuki dengan budaya instan. Banyak orang berusaha sukses tanpa usaha dan perjuangan. Orang hanya ingin santai dan langsung mendapatkan apa yang diinginkan. Orang-orang seperti inilah yang masuk dalam kategori bodoh. Sabda Tuhan hari ini menghendaki supaya kita menyikapi hidup kita dengan bijaksana. Salah satu cara sederhana adalah hidup yang tidak hanya mementingkan kenikmatan diri sendiri. Dengan sikap bijaksana ini kita dapat dengan berani mengalami kesusahan di masa kini demi kebahagiaan di masa yang akan datang.***

by: adrian

Kamis, 27 Agustus 2015

Orang Kudus 27 Agustus: St. Dominikus Barberi

BEATO DOMINIKUS BARBERI, PENGAKU IMAN
Dominikus Barberi lahir pada 22 Juli 1792 di Viterbo, Italia. Ia adalah putra dari keluarga petani miskin. Dominikus kehilangan kedua orangtuanya ketika berusia 8 tahun. Ia kemudian diasuh oleh pamannya, Bartolomeo Pacelli di Merlano, Italia.
Walaupun tidak mendapatkan pendidikan yang baik, Dominikus mampu membaca dan menulis. Dominikus sehari-hari bekerja sebagai penggembala. Ketika terjadi Revolusi Perancis, banyak biarawan pasionis yang mengungsi, dan Dominikus berhubungan baik dengan mereka. Ada cerita bahwa dalam doa, Dominikus diberikan pesan dari Tuhan bahwa ia akan menyebarkan Injil dan bertugas di Inggris.
Dikisahkan pada tahun 1814, ketika dijodohkan, Dominikus melarikan diri dan bergabung dengan Kongregasi Pasionis. Dominikus diberikan nama Dominikus dari Bunda Allah. Dominikus sangat baik dalam menyerap pelajaran-pelajaran filsafat dan teologi. Pada 1 Maret ia ditahbiskan di Roma.
Dominikus bertugas sebagai guru, pembimbing rohani dan penulis. Ia sempat menduduki posisi cikaris dari Beato Laurensius Maria Salvi, kemudian menjadi rektor, penasehat provinsial dan provinsial. Dominikus tetap memiliki keinginan untuk bermisi ke Inggris. Sebagai persiapan, ia bersama beberapa biarawan pasionis membuka biara di Ere, Belgia, pada tahun 1840.
Akhirnya Dominikus diizinkan untuk bermisi ke Inggris. Ia membuka biara pada tahun 1842. Di sana ia dikenal sebagai seorang pengkotbah yang tidak mengenal lelah, terutama dalam menghadapi gelombang anti-katolik yang cukup kuat. Hasil dari kerja kerasnya adalah dengan banyak umat Anglikan yang memutuskan untuk kembali ke dalam Gereja Katolik. Salah satunya adalah Yohanes Henry Newman.
Pada 27 Agustus 1849, ketika kembali dari London, Dominikus mendapat serangan jantung. Dominikus dari Bunda Allah meninggal dunia pada 27 Agustus 1849 di Reading, Berkshire, Inggris. Pada 27 Oktober 1963 ia dibeatifikasi oleh Paus Paulus VI.
Baca Juga Orang Kudus Hari Ini:

Renungan Hari Kamis Biasa XXI - Thn I

Renungan Hari Kamis Biasa XXI, Thn B/I
Bac I  1Tes 3: 7 – 13; Injil                  Luk 7: 11 – 17;

Dalam bacaan pertama, yang diambil dari surat Paulus yang pertama kepada Jemaat di Tesalonika, Paulus menyampaikan harapannya kepada jemaat itu. Beberapa harapan Paulus adalah ingin bertemu langsung dengan mereka sehingga ia dapat menyampaikan pengajaran iman secara langsung (ay. 10); bertumbuh dalam iman, sehingga kudus dan tak bercacat di hadapan Tuhan (ay. 13). Satu kebanggaan Paulus akan umat adalah hidup iman mereka yang terlihat dari penghayatan cinta kasih (ay. 12).
Injil hari ini berkisah tentang mujizat Tuhan Yesus membangkitkan putra tunggal seorang janda. Dalam tradisi Israel waktu itu, seorang janda masuk dalam kelas sosial yang paling rendah. Janda dalam kisah Injil awalnya mendapat satu pegangan hidup, yaitu anaknya yang tunggal. Putra tunggal menjadi kebanggakan janda itu. Sayangnya, anaknya itu meninggal. Dia kehilangan pegangan. Kebanggaannya pun sirna. Namun Tuhan Yesus membangkitkannya sehingga kebanggaan ibu janda itu kembali bersinar.
Dalam kehidupan, setiap manusia pasti punya kebanggaan. Masing-masing kita punya sesuatu untuk dibanggakan. Ada orang meletakkan kebanggaannya itu pada benda-benda duniawi, kehebatan diri, dan ada pula meletakkannya pada hal-hal rohani. Banyak orang bangga akan barang-barang duniawi yang dimilikinya berasal dari usahanya sendiri, ada pula yang melihatnya sebagai anugerah Tuhan. Tak sedikit orang bangga akan hal-hal rohani, yang berasal dari pencapaian dirinya sendiri, ada pula yang melihatnya sebagai anugerah Tuhan. Melalui sabda-Nya, Tuhan mengajak kita untuk merasa bangga akan hal-hal rohani yang merupakan anugerah Tuhan. Hal ini bertujuan supaya kita tidak jatuh ke dalam kesombongan.***
by: adrian

Rabu, 26 Agustus 2015

Orang Kudus 26 Agustus: St. Yakobus Retouret

BEATO YAKOBUS RETOURET, MARTIR
Yakobus Retouret lahir pada 15 September 1746 di Limoges, Perancis. Ia adalah putra dari seorang pedagang. Yakobus adalah seorang yang mencintai buku-buku, dan dianugerahi banyak bakat. Ketika berusia 15 tahun ia bergabung dengan biara Karmel di kota asalnya. Setelah ditahbiskan sebagai imam, Yakobus dikagumi karena kotbah-kotbahnya. Yakobus memiliki kesehatan yang buruk yang membuatnya sering menghalangi kegiatan-kegiatannya.
Pada masa Revolusi Perancis, Yakobus tidak mengikuti kehendak negaranya. Ia memilih untuk setia kepada Takhta Suci. Hal ini membuatnya ditangkap dan dipenjarakan di sebuah kapal tua di Rocheport.  Kondisi tahanan yang sangat buruk membuat kesehatannya dan para tahanan lain sangat menurun. Yakobus Retouret meninggal dunia sebagai martir pada 26 Agustus 1794 di Rocheport, Perancis. Pada 1 Oktober 1995 ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II.
Baca Juga Orang Kudus Hari Ini:

Renungan Hari Rabu Biasa XXI - Thn I

Renungan Hari Rabu Biasa XXI, Thn B/I
Bac I  1Tes 2: 9 – 13; Injil                  Mat 23: 27 – 32;

Salah satu titik temu sabda Tuhan hari ini adalah tindakan memuji diri. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari surat Paulus yang pertama kepada Jemaat di Tesalonika, Paulus terlihat “memuji” diri dalam kesaksiannya. Di sini Paulus mensyeringkan apa yang dilakukan untuk memberitakan Injil Allah kepada umat. Dan dalam sharing itu muncul kesan bahwa Paulus memuji dirinya. Akan tetapi, dalam sharing  itu juga Paulus menekankan bahwa dalam melaksanakan tugasnya itu ia tidak mau menjadi beban bagi umat. Untuk itu umat adalah saksinya. Artinya, Paulus tidak mengada-ada. Dan aksi “puji diri” itu bukan bermaksud supaya orang memuji Paulus, melainkan agar umat mengikuti apa yang dilakukannya.
Dalam Injil, aksi memuji diri ada pada kaum Farisi dan ahli Taurat. Berbeda dengan Paulus, kesaksian para ahli Taurat dan kaum Farisi ini bertentangan dengan kenyataan. Hal ini tampak dalam sikap mereka terhadap para nabi yang telah dibunuh. Para ahli Taurat dan orang Farisi ini mengecam aksi mereka yang membunuh para nabi, padahal bagi Tuhan Yesus mereka sendiri juga merupakan “keturunan pembunuh nabi-nabi itu.” (ay. 31). Secara tidak langsung Tuhan Yesus mau menyindir mereka yang menolak dan kelak akan membunuh Dia.
Dalam kehidupan, tanpa disadari kita seringkali memuji diri sendiri. Dan tak jarang pula apa yang kita puji itu bertentangan dengan kenyataan. Misalnya, ada pastor paroki berkata bahwa karena ada dia maka keadaan di paroki itu kembali tertib, padahal justru sebaliknya. Sayangnya, hal ini sama sekali tidak disadari. Karena itu, sabda Tuhan hari ini mau membuka mata kita agar senantiasa mengoreksi diri dan memilih sikap rendah hati. Hendaknya kita sadar diri bahwa orang lain selalu menilai diri kita.***
by: adrian

Selasa, 25 Agustus 2015

Orang Kudus 25 Agustus: St. Maria dari Yesus Tersalib

SANTA MARIA DARI YESUS TERSALIB, PENGAKU IMAN
Mariam Bouardy lahir pada 5 Januari 1846 di Abellin, Galilea, Israel. Ia adalah putri dari Giries Bouardy dan Mariam Shahyn. Keduanya adalah penganut katolik ritus Melkite Yunani. Ketika berusia dua tahun, Maria kehilangan kedua orangtuanya karena sakit. Ia kemudian diasuh oleh pamannya, dan berpisah dengan saudaranya, Boulos.
Maria menerima komuni pertamanya di usia 7 tahun, sebelum kemudian ia dan keluarga pamannya berpindah ke Alexandria, Mesir. Ketika berusia 13 tahun, sesuai kebiasaan yang ada, Maria dijodohkan dengan saudara dari bibinya. Maria menolak perjodohan itu, karena keinginannya untuk menjadi mempelai Kristus. Keinginannya itu membuat pamannya sangat marah. Maria dijadikan pelayan dengan pekerjaan-pekerjaan yang sangat berat.
Maria kemudian berteman dengan seorang pelayan muslim, yang berusaha agar Maria menyangkal imannya. Maria menolak keinginan temannya dan tetap memegang teguh imannya, sehingga membuat temannya marah dan menebas leher Maria dan membuangnya. Maria mengalami mukjizat ketika ia ditolong dan dirawat selama 4 minggu oleh seorang biarawati berjubah biru yang tidak dapat ia kenali. Menurut pemeriksaan di kemudian hari, diketahui luka yang dialami Maria seharusnya sudah membunuhnya.
Maria kemudian dibimbing menuju sebuah gereja dan biarawati itu meninggalkannya. Maria kemudian menyebut biarawati itu adalah Bunda Maria. Maria kemudian berusaha untuk bertemu dengan saudaranya, tetapi usahanya tidak berhasil. Ia kemudian bekerja sebagai pelayan, sampai ia mengikuti majikannya ke Marseille, Perancis. Di sini Maria berkeinginan untuk menjalani kehidupan religius.
Pada tahun 1865, Maria bergabung dengan tarekat St. Joseph Apparation. Selama 2 tahun, Maria menjalani masa postulan, tetapi kemudian Maria dikeluarkan karena tidak diterima oleh komunitasnya. Kepala novisiatnya, Muder Veronica, yang sedang menunggu izin dari takhta suci untuk berpindah kongregasi, kemudian mengajak Maria untuk ikut bersamanya. Maria kemudian bergabung dengan Ordo Karmel Tak Berkasut di Pau pada Juni 1867. Ia memperoleh nama baru: Maria dari Yesus Tersalib.

Renungan Hari Selasa Biasa XXI - Thn I

Renungan Hari Selasa Biasa XXI, Thn B/I
Bac I  1Tes 2: 1 – 8; Injil           Mat 23: 23 – 26;

Dalam bacaan pertama hari ini, yang diambil dari Surat Paulus yang pertama kepada Jemaat di Tesalonika, Paulus mengungkapkan sharing pengalamannya dalam mewartakan Injil Kristus. Dikatakan bahwa dalam mewartakan Injil dirinya “telah dianiaya dan dihina.” (ay. 2). Akan tetapi, lebih lanjut Paulus menegaskan bahwa tugas pewartaan ini dilakukannya dengan tulus hati (ay. 3), demi “menyukakan Allah,” (ay. 4), tidak dengan “bermulut manis” (ay. 5), serta tidak “mempunyai maksud loba yang tersembunyi.” (ay. 5). Di sini mau dikatakan bahwa Paulus melaksanakan tugas perutusannya dengan ikhlas, demi kemuliaan Allah, bukan untuk dirinya sendiri, sekalipun mendapat tantangan dan aniaya.
Bertentangan dengan Paulus, Injil mewartakan kecaman Tuhan Yesus terhadap para ahli Taurat dan kaum Farisi. Mereka memiliki sikap yang berbeda dari Paulus. Mereka melaksanakan tugasnya dengan tidak tulus hati, hanya bermulut manis supaya dipuji orang, serta memiliki maksud loba yang tersembunyi. Bagi Yesus, sumber kebobrokan mereka ada dalam hati. Karena itulah Yesus menghendaki supaya mereka terlebih dahulu membersihkan bagian dalam dirinya (ay. 26).
Hari ini Tuhan mau membongkar kedok kebobrokan manusia jaman kini yang sudah dirasuki oleh budaya hedonis dan konsumtivistik. Dua budaya tersebut membuat banyak manusia tidak murni lagi dalam melakukan karya kasih; selalu ada maksud tersembunyi, yang semuanya demi kepentingan pribadi daripada melayani Tuhan dalam diri sesama. Budaya hedonis dan konsumtivistik membuat manusia berani menjual Kristus demi kekayaan. Karena itu, sabda Tuhan hari ini mau mengajak kita kembali ke semangat kristiani: “menjual kekayaan, demi Kristus!”***
by: adrian

Senin, 24 Agustus 2015

Refleksi Singkat tentang Handphone

HP: SELAMAT TINGGAL YANG DEKAT
Handphone merupakan salah satu alat telekomunikasi, seperti telepon. Telekomunikasi diambil dari kata tele yang berarti jauh, dan komunikasi yang berarti berbicara atau pembicaraan. Jadi, telekomunikasi berarti pembicaraan jarak jauh. Ani yang berada di Sabang dapat berbicara atau ngobrol dengan Anu di Merauke dengan menggunakan handphone. Mereka melakukan telekomunikasi.
Kemajuan teknologi telekomunikasi ini membuat manusia hidup tak berjarak lagi. Orang, kapan dan dimana saja, dapat berkomunikasi dengan siapa saja nun jauh di sana. Jarak tidak lagi menjadi penghalang. Kalau mau ngobrol tinggal tekan nomor yang dituju.
Handphone memang membuat yang jauh itu menjadi dekat. Tapi tanpa disadari bahwa handphone juga membuat yang dekat menjadi jauh. Tayangan film di atas melukiskan hal itu.

Renungan Pesta St. Bartolomeus

Renungan Pesta St. Bartolomeus
Bac I  Why 21: 9 – 14; Injil                 Yoh 1: 45 – 51;

Hari ini Gereja Universal mengajak kita merayakan pesta Santo Bartolomeus, atau yang dikenal juga dengan nama Natanael. Bartolomeus merupakan salah satu dari kedua belas rasul Tuhan Yesus. Bacaan pertama hari ini, yang diambil dari Kitab Wahyu, sama sekali tidak ada kaitan langsung dengan orang kudus ini. Ia mengisahkan penglihatan Yohanes tentang kota yang kudus. Kota kudus itu mengacu kepada Gereja Kristus. Dalam penglihatan Yohanes itu, dapatlah diartikan bahwa Gereja Kristus didasarkan pada kedua belas rasul Anak Domba, yang adalah Yesus Kristus. Karena Bartolomeus adalah rasul, maka dia termasuk salah satu dasar Gereja Kristus itu.
Injil hari ini secara khusus mengisahkan tentang panggilan Natanael, yang adalah Bartolomeus. Tampak jelas bahwa Bartolomeus adalah seorang terpelajar. Keterpelajarannya membuat ia tampil kritis. Hal ini dapat dilihat dari keraguan Natanael akan Tuhan Yesus, yang oleh Filipus disebut sebagai orang “yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi” (ay. 45). Namun akhirnya ia percaya dan siap memberikan dirinya untuk Kristus. Karena itulah, Tuhan Yesus “meramalkan” apa yang akan terjadi pada dirinya.
Hari ini Tuhan melalui sabda-Nya, kembali mengingatkan kita bahwa para rasul adalah dasar dari Gereja Kristus. Mereka bukan cuma sebagai penjaga iman, melainkan penjamin kebenaran iman. Dengan merayakan pesta Santo Bartolomeus ini, kita diajak untuk menghormati dia dan rasul lainnya dengan semakin mencintai Gereja-Nya, dan bersedia memberi diri untuk perkembangan Gereja Kristus. Menjadi persoalan kita adalah apakah kita bersedia?***
by: adrian

Minggu, 23 Agustus 2015

(CERPEN) Fasilitator

FASILITATOR
Sejak aktif sebagai fasilitator KBG di Paroki St. Bruno, Aritonang tidak pernah lagi pulang ke kampung bersama istri dan kedua anaknya. Maklum, KBG menjadi prioritas pastoral di paroki setelah sinode keuskupan 2045 lalu. Dan Romo Anton, pastor Paroki St. Bruno, sangat getol dengan KBG. Ia ingin agar ada keseragaman konsep, gerak dan arah pastoralnya terkait KBG ini.
Tetapi tahun 2056 Aritonang tak dapat mengelak. Ia sekeluarga pulang kampung. Inipun karena janjinya kepada anak-anaknya. “Kalau kalian berhasil dapat ranking 1, kita liburan.”
“Ke kampung, ya Pa?”
“Ketemu Opung.”
“Iya.”
“Janji?” Ujar kedua anaknya hampir berbarengan.
“Janji.” Ucapnya sambil tiga jari diacungkannya ke atas.
“Koq tiga jari, Pa?” Tanya si sulung, Alberto.
“Ini janji Trinitas: Bapa, Putra dan Roh Kudus,” jelasnya sambil menekukkan jarinya satu per satu.
***
Aritonang menyempatkan diri bertamu ke pastoran St. Maria, yang jaraknya tak lebih dari 500 meter saja. Pastor Paroki menyambutnya dengan ramah.
“Saya dengar keuskupan kalian sangat getol dengan KBG, ya?” Pastor Tumanggor memulai pembicaraan setelah mereka duduk santai di ruang tamu.
“Betul, Pastor. Kebetulan, saya termasuk tim fasilitator paroki.”
“Fasilitator?”
“Ada dua pilar KBG, Pastor. Modul dan fasilitator. Kami bertugas menerjemahkan modul ke KBG. Ini demi keseragaman.”
Dengan semangat Aritonang menjelaskan soal KBG dan bagaimana mereka menerapkannya di Paroki St. Bruno. Tak lupa juga ia selipkan cerita tentang Romo Anton, sang Bapak KBG di parokinya. Cukup lama mereka berbicara, sampai akhirnya Aritonang mohon pamit.
“Nanti, kalau mau pulang, mampir ke sini dulu ya. Saya mau titip sesuatu buat Andreas.”
Andreas yang dimaksud adalah Pastor Paroki Gembala Baik, paroki tetangga Paroki St. Bruno. Dia adalah sahabat baik Pastor Tumanggor ketika masih kuliah.
“Baik, Pastor.”
***

Renungan Hari Minggu Biasa XXI - B

Renungan Hari Minggu Biasa XXI, Thn B/I
Bac I  Yos 24: 1 – 2, 15 – 17, 18; Bac II        Ef 5: 21 – 32;
Injil    Yoh 6: 60 – 69;

Bacaan pertama hari ini diambil dari Kitab Yosua. Di sini dikisahkan tentang ikatan relasi antara umat Israel dengan Allah. Tampak jelas bahwa ikatan itu merupakan pilihan umat sendiri, tidak ada pemaksaan (ay. 15 – 18). Dengan tegas mereka menyatakan bahwa Tuhan adalah Allah mereka (ay. 18). Yang menarik di sini adalah ikatan relasi umat Israel dan Allah dalam bacaan pertama ini seakan hendak menjelaskan relasi para murid dengan Tuhan Yesus dalam bacaan kedua dan Injil.
Injil hari ini melanjutkan kisah pewartaan Tuhan Yesus bahwa tubuh-Nya adalah makan dan darah-Nya adalah minuman yang memberi kehidupan. Dikatakan bahwa sabda-Nya itu sangat keras (ay. 60). Kerasnya pernyataan Tuhan Yesus bukan hanya membuat pendengar-Nya tidak sanggup mendengarkannya, melainkan juga ada sebagian dari mereka yang mengundurkan diri dan tidak mengikuti Dia (ay. 66). Namun para murid-Nya tetap setia. Mereka ini seperti umat Israel dalam bacaan pertama. Pilihan tetap setia pada Tuhan Yesus lahir dari kesadaran dirinya sendiri, bukan paksaan, karena bagi mereka Tuhan Yesus adalah “Yang kudus dari Allah.” (ay. 69).
Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, yang menjadi bacaan kedua hari ini, merefleksikan ikatan relasi antara Tuhan Yesus dan umat. Dalam menjelaskan hal itu, Paulus menggunakan perbandingan relasi suami – isteri. Dari perbandingan inilah Paulus menyampaikan konsekuensi dari relasi umat dengan Tuhan Yesus. Paulus mengajak jemaat untuk setia kepada Kristus, karena Kristus telah setia merawat dan mengasuh jemaat (ay. 25 – 26, 29).
Sabda Tuhan hari ini mau mengatakan kepada kita tentang relasi kita dengan Tuhan Allah. Bacaan pertama mau mengatakan bahwa kita berelasi dengan Tuhan karena Dialah Allah kita. Bacaan kedua mau mengatakan bahwa kita berelasi dengan Kristus Tuhan karena Dia telah mengasihi kita dan menyerahkan diri-Nya bagi kita demi pengudusan. Dan Injil mau mengatakan bahwa kita berelasi dengan Tuhan Yesus, yang adalah Allah manusia, karena sabda-Nya adalah roh dan hidup. Dalam relasi itu, kita diminta untuk setia. Jadi, sabda Tuhan hari ini menghendaki agar kita tetap setia menjalin relasi dengan-Nya.***
by: adrian

Sabtu, 22 Agustus 2015

Ziarah ke Israel #13

GEREJA PATER NOSTER
Kami menutup perjalanan ziarah hari ketiga dengan mengunjungi Gereja Pater Noster (Bapa Kami). Di sini diyakini Tuhan Yesus memberikan pengajaran-Nya tentang doa Bapa Kami. Diyakini juga bahwa di sini juga tempat tinggal Tuhan Yesus bersama para rasul-Nya.

Salah satu ciri khas gereja ini adalah hiasan dindingnya dipenuhi dengan tulisan doa Bapa Kami dari berbagai jenis bahasa. Bangsa Indonesia diwakili beberapa bahasa, seperti Bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, Batak Toba, Betawi dan Papua.


Renungan Hari Sabtu Biasa XX - Thn I

Renungan Hari Sabtu Biasa XX, Thn B/I

Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus menyampaikan pengajaran-Nya kepada orang banyak dan juga para murid-Nya untuk tidak mengikuti perilaku para pemuka agama dan tokoh masyarakat. Salah satu keprihatinan Tuhan Yesus adalah sikap hidup mereka bertentangan dengan apa yang mereka wartakan. Karena itu, bagi Tuhan Yesus cukuplah orang banyak itu mengikuti apa yang diajarkan, karena ajaran mereka baik. Dapat dikatakan bahwa perilaku dan hidup para pemuka agama ini buruk. Yang membuat mereka buruk adalah sikap sombong, selalu ingin dilayani, suka pamer kehebatan, dll. Tuhan Yesus mengajak pendengar-Nya untuk membangun sikap rendah hati.
Sikap rendah hati, seperti yang diajarkan Tuhan Yesus, diperlihatkan oleh Rut dalam bacaan pertama hari ini. Kisah hidup Rut dalam bacaan pertama ini merupakan kelanjutan dari bacaan kemarin. Di sini diceritakan bahwa Rut ambil bagian bersama pekerja-pekerja di ladang milik Boas. Sikap rendah hati Rut terdengar juga oleh Boas. Berbeda dengan sikap pemuka agama dalam Injil, sikap rendah hati Rut tampak dari perkataan dan perbuatannya. Karena itulah, Rut mendapat belas kasih dari Boas sekalipun dirinya hanyalah orang asing.
Jika Injil hari ini diterjemahkan dalam konteks sekarang, maka pernyataan Tuhan Yesus itu ditujukan kepada para imam dan uskup. Mereka inilah tokoh agama. Dan banyak di antara mereka tidak menunjukkan kesesuaian antara perkataan dan perbuatan. Banyak dari mereka jatuh ke dalam kesombongan diri, karena merasa diri hebat dan paling benar. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk membangun sikap rendah hati. Dengan sikap ini kita akan mendapat belas kasih, baik dari Allah maupun sesama.***
by: adrian

Jumat, 21 Agustus 2015

Demam Batu Akik

Saat ini memang lagi jaman batu. Di mana-mana orang berbicara tentang batu. Setiap perjumpaan selalu dibumbui dengan pembicaraan soal batu, entah tentang jenis, model dan harga.
Tak ketinggalan pula dengan para imam. Dalam setiap pertemuan, entah itu acara rekoleksi atau pertemuan informal lainnya, selalu saja diselingi dengan pembicaraan batu. Dan bukan hanya itu, mereka juga sudah mulai pamer-pameran. Kalau tahun-tahun sebelumnya yang sering dipameri adalah laptop, HP, tablet atau kamera yang serba canggih dan mahal, kali ini mereka pamer-pameran batu.
Pada suatu kali para imam bertemu dalam acara rekoleksi bulanan. Saat istirahat, beberapa imam berkumpul dan mulai memamerkan batunya.
Rm. Aleks   : Ini batu saya. Kinyang air. Harganya 375 ribu.
Rm. Agus    : Ah, masih kalah dengan saya. Punyaku Kecubung orange dengan harga 400 ribu.
Rm. Kristo   : Aku punya batu satam. 450 ribu.
Rm. Budi     : Batu kalian masih kalah dengan batunya om Zakarias (salah seorang karyawan keuskupan). Untuk dapatkan batu itu, ia harus keluarkan uang sebenar 2 juta lebih.
Rm. Aleks    : Ah masak?
Rm. Agus    : Batu apaan itu?
Rm. Budi     : Kemarin ia baru selesai operasi untuk mengeluarkan batu ginjalnya. Biaya operasinya saja sudah 2 juta. Belum lagi biaya opname dan obat.
Semua         : Akh, sialan!
Pangkalpinang, 13 Juni 2015
by: adrian
Baca juga humor lainnya: