Senin, 17 Juni 2013

(Inspirasi Hidup) Hiduplah Penuh Syukur

HIDUPLAH PENUH SYUKUR
Brian Tracy pernah berkata, "Bangunlah sikap syukur dan syukurilah atas segala sesuatu yang terjadi pada diri Anda, melangkah ke depan untuk menerima sesuatu yang lebih besar dan lebih baik dari situasi Anda sekarang. "Di sini mau ditekankan bahwa yang terpenting adalah sikap penuh syukur, bukan apa yang terjadi. Sekalipun yang terjadi pada diri kita itu tidak menyenangkan, berusahalah untuk tetap bersyukur."

Jika kita sedang sulit tidur, mungkin karena tempat tidur yang kuranag nyaman, ingatlah pada orang-orang tunawisma yang  tidak tidur di tempat tidur empuk dan tak berselimut. Jika kita terjebak dalam kemacetan, jangan kesal. Masih banyak orang yang terpaksa menarik gerobak sampah yang berat dengan berjalan kaki menuju tempat pembuangan sampah.

Jika kita sedang mengalami hari yang mengesalkan di kantor, pikirkanlah orang-orang di luar sana yang masih belum mendapatkan pekerjaan. Jika kita sedang sedih dan kecewa karena hubungan cinta sedang memburuk, pikirkanlah mengenai orang yang tidak tahu seperti apa rasanya mencintai dan dicintai.

Jika kita mengeluh tidak punya sepatu baru, pikirkanlah orang-orang yang tidak memiliki kaki. Jika kita menemukan uban saat bercermin, pikirkanlah pasien kanker yang  dikemoterapi  yang berharap rambutnya tetap utuh.

Jika kita mengeluh negeri ini tidak banyak memberi, pikirkanlah negara lain yang saat ini sedang dilanda peperangan dan kelaparan. Jika mobil kita mogok dan kita mesti berjalan berkilo-kilo untuk mencari bantuan, pikirkanlah orang cacat yang ingin sekali berjalan seperti kita.

Bersyukurlah atas apapun situasi yang dialami dan berikan makna syukur untuk segala situasi yang dihadapi. Jangan mengeluh!!! Hidup penuh syukur membuat hidup ini terasa indah.

by: adrian, dikembangkan dari email Anne Ahira
Baca juga refleksi lainnya:

Orang Kudus 17 Juni: St. Gregorius Barbarigo

Santo gregorius barbarigo, uskup & pengaku iman
Gregorius Barbarigo lahir pada tahun 1625 dari sebuah keluarga bangsawan di Venesia, Italia. Banyak kaum kerabatnya berjasa bagi gereja dan tanah airnya. Semasa kecilnya, keluarganya mengungsi ke tempat lain untuk menghindari bahaya wabah pes yang berkecamuk pada waktu itu. Ibunya meninggal dunia ketika ia berusia tujuh tahun. Sepeninggal ibunya di pengungsian itu, Gregorius bersama ayah dan saudara-saudaranya kembali lagi ke Venesia. Di Venesia ia memulai pendidikan dasarnya.

Tatkala berusia 18 tahun (1648), Gregorius melanjutkan studinya ke Jerman atas biaya pemerintah Venesia. Ia berada di sana selama 5 tahun. Setelah menyelesaikan studinya, ia kembali ke Venesia dan mulai meniti karirnya. Selama berada di Jerman, Gregorius bertemu dan berkenalan dengan Kardinal Fabius Chigius, yang kemudian menjadi Paus Aleksander VII (1655 – 1667). Cardinal ini mengenal baik Gregorius sebagai anak asuhannya. Atas pengaruh cardinal, Gregorius kemudian melanjutkan studinya lagi hingga ditahbiskan menjadi imam pada umur 30 tahun.

Sebagai imam baru, ia ditempatkan di Roma. Ia melayani sakramen-sakramen, mengajak agama untuk anak-anak, mengunjungi orang-orang sakit serta menolong dan menghibur orang-orang yang berkesusahan. Kecintaannya kepada umatnya sungguh luar biasa. Hal ini nyata-nyata ditunjukkan tatkala penyakit sampar menimpa banyak orang. Ia menolong dan merawat orang-orang sakit itu tanpa mempedulikan kesehatan dan hidupnya sendiri.

Pada tahun 1657, dalam usia 32 tahun, ia diangkat menjadi uskup di Bergamo. Mulanya ia segan menerima jabatan mulia ini, sehingga dengan rendah hati meminta paus untuk membatalkan kembali penunjukkan itu. Tetapi atas peneguhan paus, Gregorius menerima juga jabatan uskup itu. Tak lama kemudian, pada tahun 1660, ia diangkat menjadi kardinal. Empat tahun kemudian ia diangkat sebagai uskup di Padua hingga ia meninggal dunia.

Sebagai uskup, ia memilih Santo Calorus Boromeus sebagai tokoh pujaannya. Ia mengunjungi semua paroki untuk meneguhkan umat dan imam-imamnya. Untuk meningkatkan semangat iman dan mutu hidup iman umatnya, terlebih dahulu ia membina imam-imamnya. Ia selalu menegaskan pentingnya menghayati imamat sebaik-baiknya. Katanya, “Untuk memperoleh umat yang saleh dan dewasa imannya, perlulah pertama-tama membina imam-imam yang saleh dan suci.” Untuk itu, ia menaruh perhatian istimewa pada pendidikan di seminari-seminari sebagai taman pendidikan imam.

Karena tenaga rohaniwan sangat kurang, maka ia melibatkan juga kaum awam dan guru-guru katolik untuk mengajar agama, baik di sekolah-sekolah maunpun di antara umat. Di seminari ia mewajibkan pelajaran bahasa-bahasa Timur, supaya kelak dapat memperoleh imam-imam yang cakap untuk berkarya di Konstantinopel (Istambul).

Sebagai cardinal, beliau biasanya mengikuti konklaf. Dua kali ia menolak menjadi paus, meskipun rekan-rekannya mendesaknya untuk menduduki Tahkta Santo Petrus. Ia meninggal dunia pada tanggal 15 Juni. Pada tanggal 26 Mei 1960 ia digelari ‘santo’ (kudus) oleh Paus Yohanes XXIII (1958 – 1963).

sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Senin Biasa XI-C

Renungan Hari Senin Biasa XI, Thn C/I
Bac I   : 2Kor 6: 1 – 10; Injil          : Mat 5: 38 – 42

Dalam kotbah di bukit Yesus menyampaikan apa yang menjadi kehendak Allah. Tampak jelas bahwa kehendak Allah itu bertentangan dengan kehendak manusia. Misalnya dalam hal kejahatan. Adalah kecenderungan manusiawi kita untuk membalas kejahatan dengan kejahatan. Istilahnya: Mata ganti mata, gigi ganti gigi (ay. 38). Tuhan menghendaki agar kita tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. “Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu…” (ay. 39). Yesus justru mengajak umat untuk membalas kejahatan dengan kebaikan.

Jadi, terlihat dengan sangat jelas bahwa kehendak manusia tidak sesuai dengan keinginan kita. Hal inilah yang dilakukan Paulus. Dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus, Paulus membagikan pengalaman hidupnya berkaitan dengan ajaran Yesus ini. Sebagai pelayan Allah, Paulus melakukan apa yang dikehendaki Allah dalam dirinya, yaitu: “Menahan dengan penuh kesabaran dalam penuh penderitaan, kesesakan dan kesukaran; dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan…” (ay. 4 – 5).

Karena itu, pesan Tuhan dalam sabda-Nya hari ini adalah agar kita berani dan mau melaksanakan kehendak Tuhan dalam diri kita. Sekalipun kehendak Tuhan itu tidak sama dengan harapan dan keinginan kita, namun hendaklah kehendak Tuhan yang jadi. Khususnya dalam hal kejahatan. Semoga kita dapat mengambil sikap iman seperti Bunda Maria, “Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu!”

by: adrian