Jumat, 15 Mei 2015

Pelajaran Mengarang

Pak Yakob adalah guru Bahasa Indonsia di Seminari Menengah untuk tingkat SMP. Karena sudah dua pertemuan ia memberikan dasar-dasar membuat tulisan, kali ini ia meminta para seminaris untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat. Kebetulan anak seminari suka sekali olahraga sepakbola.
Pak Yakob    : Baik anak-anak, hari ini kalian saya beri kesempatan untuk membuat karangan. Temanya tentang pertandingan sepak bola. Saya beri kalian waktu 30 menit.
Segera setelah instruksi itu, suasana kelas jadi senyap. Anak-anak langsung masuk dalam dunia imajinasinya untuk membuat tulisan. Tiba-tiba, belum sampai dua menit, seorang siswa maju ke depan dengan selembar kertas tugas.
Albertus       : Pak, ini karangan saya.
Pak Yakob    : Albert, belum sampai dua menit kamu sudah menyelesaikan karanganmu. Sungguh luar biasa. Coba kita semua mendengarkan hasil karya Albert.
Sambil menghadap teman-temannya, Albertus membacakan karangannya.
“PERTANDINGAN SEPAKBOLA
Pertandingan sepakbola antara kesebelasan Persipura melawan Barcelona dibatalkan karena hujan lebat.”
Seminaris    : hahahaha…….

Orang Kudus 15 Mei: St. Dymphna

SANTA DYMPHNA, MARTIR & PENGAKU IMAN
Riwayat hidup orang kudus ini tidak diketahui secara pasti. Melalui cerita-cerita yang beredar tentang hidupnya, diketahui bahwa Dymphna lahir pada abad VII. Ayahnya yang berkebangsaan Irlandia itu adalah seorang bangsawan kaya raya yang menjabat sebagai Kepala Daerah. Namun ia masih kafir. Sang ibu yang sudah katolik mengajari Dymphna ajaran-ajaran iman katolik dan tata cara hidup Kristen berdasarkan ajaran-ajaran iman itu. Ketika Dymphna berusia 14 tahun, ibunya meninggal dunia. Ayahnya mengalami gangguan jiwa yang cukup parah karena peristiwa duka itu. Ia menyuruh pergi pegawai-pegawainya ke seluruh pelosok wilayah kekuasaan maupun daerah-daerah lainnya untuk mencari wanita-wanita berdarah bangsawan, yang mirip dengan isterinya untuk dinikainya sebagai isteri. Karena tak seorang pun ditemukan, maka dia dinasehati untuk mengawini Dymphna, anaknya.
Mendengar desas-desus ini, Dymphna ketakutan sekali. Akhirnya ia memutuskan untuk melarikan diri ke Antwerpen ditemani oleh Bapa Pengakuannya, Gerebernus, dan dua orang lainnya. Di Antwerpen, mereka mendirikan sebuah rumah doa di Gheel, dekat Amsterdam, dan menjalani hidup sebagai petapa. Mendengar bahwa anaknya berada di Belgia, Damon, ayah Dymphna menyusul ke sana untuk menemui anaknya. Tetapi ketika bertemu Dymphna, bukannya ia mengajaknya pulang secara baik-baik melainkan menyuruh pegawal-pengawalnya menyeret Dymphna. Mereka pun diperintahkan membunuh Gerebernus dan dua orang rekaannya. Mereka memenggal kepala ketiga petapa itu, sedangkan Dymphna dibawa pulang ke Irlandia.
Karena ayahnya memperlakukan dia secara kejam, Dymphna dengan tegas menolak pulang ke Irlandia. Karena itu Dymphna pun dipenggal kepalanya. Peristiwa itu terjadi pada tahun 620 tatkala Dymphna baru berumur 15 tahun. Pad abad XIII, relikui keempat martir ini ditemukan di Gheel. Diceritakan bahwa banyak terjadi mujizat di Gheel setelah relikui keempat martir itu ditemukan. Mujizat-mujizat yang terjadi di kuburan Dymphna menunjukkan kesucian dan kesalehan hidup Dymphna. Oleh karena itu, Gereja menggelari dia ‘kudus’ dan mengangkatnya sebagai pelindung para penderita epilepsi dan sakit jiwa.
sumber Iman Katolik
Baca juga riwayat orang kudus 15 Mei:

Renungan Hari Jumat Paskah VI - B

Renungan Hari Jumat Paskah VI, Thn B/I
Bac I  Kis 18: 9 – 18; Injil         Yoh 16: 20 – 23a;
Injil hari ini tak bisa dipisahkan dari bacaan Injil hari-hari sebelumnya. Karena itu topiknya masih tentang janji Tuhan Yesus akan kedatangan Roh Kudus. Salah satu peran Roh Kudus itu adalah menghibur dan meneguhkan. Dalam Injil Tuhan Yesus memberi pengajaran tentang paradoks dukacita dan sukacita. Intinya, Tuhan Yesus mengajak para murid untuk tidak perlu takut dan cemas bila menghadapi dukacita, karena di balik dukacita ada sukacita. Tuhan Yesus memberi perbandingan dengan peristiwa ibu yang melahirkan. Karena itu, dukacita harus dihadapi, bukan dihindari. Agar kuat menghadapi dukacita itulah dibutuhkan Roh Kudus.
Bacaan pertama hari ini mengungkapkan peran Roh Kudus itu bagi Paulus. Dikisahkan bahwa Paulus sedang menghadapi cobaan, bahasa lain dari dukacita. Dalam sebuah penglihatan Tuhan berkata, “Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam!” (ay. 9). Roh Kudus hadir untuk memberi peneguhan sehingga Paulus dengan tenang menghadapi cobaan itu. Dan Paulus terus memberitakan Injil.
Sabda Tuhan hari ini mau menyadarkan kita bahwa Roh Kudus senantiasa hadir di tengah kehidupan kita. Dengan kekuatan Roh Kudus ini kita dapat menghadapi cobaan, tantangan dan derita dengan sukacita. Namun kita harus ingat bahwa Tuhan meminta kita untuk terus mewartakan-Nya dalam kehidupan kita. Sekalipun ada tantangan, kita tak perlu takut karena Roh Kudus menyertai kita.
by: adrian