Rabu, 05 Februari 2020

BERHENTILAH BERGOSIP


Ada pepatah dari negeri Matador berbunyi, "Siapapun yang bergosip padamu, akan bergosip tentang dirimu." Ini sepertinya sudah menjadi hukum alam, yaitu teori gema. Jika kita berada di sebuah lembah dengan tebing-tebing tinggi menjulang, maka kalau kita teriakan caci maki, maka caci makilah yang akan kita terima; namun bila teriakan cinta kasih, maka cinta kasihlah yang akan kita terima.
Hal ini sejalan dengan apa yang pernah dinasehati Yesus kepada kita, “Sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.” (Luk 6: 31). Jadi, kalau kita ingin orang menghormati kita, maka kita juga harus menghormati orang. Jika kita tidak menghendaki orang memfitnah kita, maka kita juga jangan memfitnah orang.
Kamu pasti pernah mendengar pepatah Spanyol tadi atau prinsip gema di atas.  Ada fenomena seperti ini: orang besar senang berbicara tentang ide-ide, sementara orang biasa-biasa suka berbicara tentang diri mereka sendiri dan orang kecil suka berbicara tentang orang lain. Akhirnya, orang besarlah yang selalu maju dan berkembang.
Apa yang dilakukan oleh orang kecil tadi dikenal dengan istilah gosip. Karena itu, gosip membuat orang menjadi kecil. Tidak ada sesuatu yang bisa ditawarkan  dalam gosip. Gosip hanya mengurangi kredibilitas orang yang berbicara dan yang dibicarakan serta bisa menghancurkan orang yang mendengarkan.
Karena itu, berhenti menyebarkan gosip dan menjadi penerima gosip. Berusahalah untuk memutuskan mata rantai gosip. Jika kamu menghentikan gosip yang diteruskan hanya sampai pada kamu, maka kamu akan memperbaiki kehidupan orang lain dan diri kamu lebih baik lagi. Harap diingat baik-baik bahwa orang yang menceritakan gosip pada kita, biasanya akan menggosipkan kita juga.
Orang yang memiliki integritas tidak suka mengumbar omongan tentang orang lain di belakangnya. Jika memiliki masalah dengan seseorang, ia lebih baik mendatangi orang tersebut dan membicarakan masalahnya, tidak pernah melalui orang ketiga. Mereka juga akan memuji orang secara terbuka dan mengkritik orang secara pribadi.
Jika kamu mau menjadi orang besar, berhentilah membicarakan orang lain dan mari membicarakan ide-ide besar yang bisa mengubah dunia!
diolah kembali dari tulisan 7 tahun lalu

PAUS FRANSISKUS: JIKA TIDAK BERSUKACITA DALAM HIDUP, MAKA INJIL HANYA FORMALITAS


Paus Fransiskus memberikan katekese yang menyentak saat memimpin misa di kediamannya, Casa Santa Martha, Vatikan. Dalam misa tersebut Paus Fransiskus menegaskawa kalau orang katolik atau pengikut Kristus tidak mengalami sukacita dalam hidupnya, maka Kitab Suci hanya formalitas semata. Tekanan utama Paus asal Argentina itu pada bagaimana Kitab Suci yang adalah Kabar Gembira mampu menghadirkan sukacita di hati orang-orang yang mendengarkan dan ikut mewartakannya.
Paus Fransiskus merujuk pada kisah Raja Daud dan umat Israel yang bersukacita karena merasa Tuhan dekat dengan mereka. Orang-orang merasa bahwa Tuhan dekat dengan mereka dan mereka merayakannya. Raja Daud sebagai pemimpin prosesi mengorbankan seekor lembu gemuk. Dia bergabung dengan orang-orang untuk berseru, bernyanyi dan menari “dengan sekuat tenaga”.
Lantas Paus Fransiskus mengatakan, “Fakta bahwa Tuhan menyertai mereka adalah alasan mereka bersukacita. Raja Daud menari di depan orang-orang untuk mengekspresikan kegembiraannya tanpa merasa malu.” Tidak ada jurang pemisa antara Daud sebagai raja dengan warga biasa. Semua mereka bersukacita bersama-sama.