Selasa, 18 Februari 2014

Tinjauan Buku KUDETA MEKKAH

TINJAUAN ATAS BUKU “KUDETA MEKKAH: SEJARAH YANG TAK TERKUAK”
Tanggal 2 Desember 2013 lalu, saya membeli beberapa buku di Bandung Book Center, di kawasan Palasari. Salah satu buku yang saya beli berjudul “KUDETA MEKKAH: Sejarah yang Tak Terkuak” karya Yaroslav Trofimov. Yang membuat saya tertarik membeli buku ini adalah induk judulnya: Kudeta Mekkah. Awalnya saya berpikir bahwa ini merupakan karya fiktif (semacam novel), namun ketika membaca kometar-komentar atas buku ini, saya berkesimpulan bahwa ini adalah kisah nyata. Ini juga yang menjadi daya tarik untuk membelinya.

Buku Kudeta Mekkah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari edisi Bahasa Inggris dengan judul “The Siege of Mecca”. Edisi Indonesia ini diterbitkan oleh penerbit Pustaka Alvabet. Buku yang saya beli ini, yang tebalnya 384 halaman, merupakan cetakan kelima. Cetakan pertamanya adalah tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa buku ini lumayan laris. Mungkin kisahnya yang membuatnya laris.

Buku Kudeta Mekkah mengungkap kisah kaum “pemberontak” yang muak dengan perilaku para penguasa Arab Saudi yang tidak mencerminkan nilai-nilai islami. Kehidupan para anggota istana dilihat oleh kaum “pemberontak”, yang umumnya berasal dari kalangan kaum Wahabi ini telah jauh dari ajaran agama islam. Lebih parahnya lagi, penguasa Saudi ini justru memasukkan beberapa unsur yang bertentangan dengan ajaran agama. Misalnya seperti, memberi kesempatan kepada kaum perempuan untuk beraktivitas di publik, pendidikan bagi kaum wanita, membolehkan televisi, gambar-gambar, tepuk tangan, dan yang parahnya lagi memberi kesempatan kepada orang asing yang non muslim masuk ke tanah Saudi (hlm. 31, 34, 41, 63, 95 – 96, 133 – 134).

Kami sengaja menulis “pemberontak” di dalam kurung, dengan maksud tidak persis memaksudkan kelompok Juhaiman sebagai pemberontak. Memang di mata pemerintah dan ulama istana, mereka adalah pemberontak. Namun di mata kelompok lain yang muncul karena terinspirasi oleh aksi Juhaiman ini, yaitu Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden, mereka adalah pahlawan. Bahkan pada pertengahan tahun 1980-an, Osama bin Laden mengatakan secara eksplisit bahwa orang-orang yang menduduki Mekkah waktu itu (kelompoknya Juhaiman) adalah orang-orang muslim sejati (hlm. 322).

Kaum “pemberontak” yang dipimpin oleh Juhaiman bin Saif al-Utaibi, tidak berani mengadakan kontak langsung dengan istana. Keterbatasan personal dan peralatan senjata menjadi satu alasannya. Pernah akan dibuat, namun keburu diberantas oleh tentara. Beberapa di antara mereka dijatuhi hukuman, namun dapat bebas berkat lobi ulama kharismatik yang berpengaruh, Syeikh Abdul Aziz bin Baz (hlm. 60). Sejak saat itu, Juhaiman mulai berpikir cara lain untuk melakukan pemberontakan.

Pemberontakan dilakukan bukan untuk merebut kekuasaan, melainkan ingin menegakkan ajaran agama islam. Juhaiman tidak mempedulikan siapa kelak yang akan memimpin Arab Saudi jika perjuangannya berhasil. Yang penting nilai-nilai keislaman ditegakkan. Penguasa saat itu dinilai sudah cacat, sehingga tidak ada peluang untuk menduduki kekuasaan istana Saudi.

Sampai akhirnya Juhaiman mendapat gagasan tentang “Imam Mahdi”, sebuah gagasan mesianistik yang ada dalam ajaran islam. Juhaiman menemukan sosok Mahdi dalam diri Muhammad Abdullah al-Qahtani, yang adalah saudara iparnya. Berbagai usaha dilakukan untuk mencocok-cocokkan gambaran Muhammad Abdullah dengan Mahdi (hlm. 69 – 75, 92 – 93). Misalnya soal tanda lahir, nama dan juga keturunannya. Beberapa ayat Hadits pun diambil untuk menguatkan idenya. Dari sinilah, Juhaiman kemudian mulai mengumpulkan orang-orang yang sepaham dengannya. Untuk menyebarkan gagasannya, Juhaiman menulis buku “7 Risalah” yang berisi kecaman terhadap kalangan istana Saud. Buku ini menyebar di bawah tangan.

Akhirnya, pada 20 November 1979, bertepatan dengan awal Muharram 1400 H, Juhaiman dan kelompoknya melancarkan aksinya. Sasaran mereka adalah Masjid al-Haram. Mengapa di Masjid al-Haram? Alasannya adalah di sana ada Ka’bah, pusat agama islam, di mana di sana nanti akan dimaklumkan keberadaan Mahdi. Hal ini sesuai dengan yang tertulis dalam Hadits, bahwa Imam Mahdi akan mendeklarasikan dirinya di Ka’bah.

Dari sinilah dimulai pertempuran. Yaroslav dengan sangat piawai menggambarkan peristiwa itu. Gambaran yang disajikan oleh Yaroslav sungguh sangat hidup. Hal ini dimungkinkan karena Yaroslav mendapat sumber pertama, yaitu dari para pelaku sejarah. Hal ini patut diaprisiasikan mengingat Pemerintah Saudi amat sangat merahasiakan peristiwa tersebut (hlm 327 – 332). Bukan saja merahasiakan, pemerintah juga dikatakan tidak segan-segan menghukum siapa saja yang mencoba membuka peristiwa tersebut. Karena itulah, Yaroslav membutuhkan berbagai perjuangan (hlm. 1 – 5, 353 – 356).

Kudeta Mekkah sebenarnya merupakan perang antar umat islam sendiri. Namun entah bagaimana, Amerika Serikat menjadi sasaran kemarahan. Kedutaan Amerika di Pakistan diserang massa dengan mengatas-namakan agama (bab 13). Kedutaan Amerika di Bangladesh pun hendak diduduki (hlm. 188). Di India, kunsulat Amerika diserang massa islam (hlm. 188 – 189). Kedutaan Amerika di Libya juga tak luput dari serangan massa islam radikal (hlm. 265 – 271). Akibat aksi-aksi ini kunjungan Paus Yohanes Paulus II ke Turki terpaksa dibatalkan (hlm. 189 – 191). Rencananya kunjungan itu untuk menjembatani perpecahan Gereja Katolik dan Ortodoks.

Yang menarik adalah, sekalipun warganya diserang, bahkan ada yang merengut korban nyawa, Amerika Serikat tidak menanamkan kebencian kepada orang islam. Hal ini terlihat ketika Amerika berusaha menyelamatkan salah satu warganya yang ikut terlibat dalam pemberontakan tersebut (hlm. 313 – 315). Berkaitan dengan pertikaian antara Amerika Serikat dan Dunia Islam, seperti yang dikatakan Khumaini (hlm. 185), kita dapat menemukan satu kesimpulan. Sekalipun Amerika dikatakan sebagai negara kafir dan Setan Besar, namun mereka masih menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan. Berbeda dengan negara-negara islam, sekalipun dikenal sebagai negara agamis, namun sangat sadis dan tak berperikemanusiaan.

Membaca buku ini, kita dapat menemukan beberapa hal menarik berkaitan dengan dunia keislaman.
1.      Ternyata kebencian kepada kaum Syiah bukan hanya terjadi di Indonesia saja, melainkan juga di jantung dunia islam. Kaum Syiah di Saudi diperlakukan secara diskriminatif (hlm. 237 – 243). Ada pernyataan bahwa Syiah sebetulnya bukan islam yang benar (hlm. 26, 98). Dikatakan bahwa adalah halal bila membunuh orang syiah, sama halalnya dengan membunuh orang non muslim yang adalah kafir. Masalah dengan kaum Syiah ini menjadi pertikaian politik antara Arab Saudi dan rekan-rekannya dengan Iran.
2.      Ternyata di antara negara-negara berpenduduk mayoritas islam, terjadi persaingan dalam banyak hal; salah satunya adalah soal kewenangan atas Ka’bah (hlm. 159 – 160). Hal ini dikaitkan dengan kepentingan ekonomi. Selama ini hanya Arab Saudi saja yang menikmati keuntungan ekonomi dari adanya Ka'bah.
3.      Membaca buku ini, kita semakin diyakinkan bahwa islam itu identik dengan kekerasan. Kekerasan itu bukan saja karena karakter orangnya, melainkan karena diajarkan oleh agamanya. Ada konsep takfir, yaitu boleh membunuh orang islam yang murtad atau menyimpang (hlm. 62).
4.      Orang islam masih mengidentikkan Barat dengan kekristenan. Amerika dimusuhi bukan karena ideologinya atau lainnya, tetapi karena kristennya. Ini dikaitkan dengan sejarah kelam Perang Salib (tentang Perang Salib, lihat catatan kritis saya disini). Padahal sudah lama terjadi pemisahan antara negara dan Gereja, namun tetap saja orang islam memandangnya sama saja.
5.      Orang islam berpandangan bahwa orang-orang non muslim adalah kafir. Pandangan ini mendapat pendasarannya dari Quran dan Hadits. Karena itulah, wajar bila orang islam, khususnya di Arab Saudi, bersikap sinis dan antipati kepada orang kristen dan orang non muslim pada umumnya. Mereka menilai kehadiran orang-orang non muslim di tanah Saudi dapat merusak nilai-nilai islam. Karena itulah, kelompok Juhaiman mengutuk kehadiran kedutaan negara-negara kristen (hlm. 265). Ini terjadi karena kelompok Juhaiman masih sama seperti orang islam lainnya yang berpikiran bahwa Barat itu identik dengan kristen.
6.      Dalam buku ini ada uraian singkat tapi menarik tentang kaum Wahabi (hlm. 21 – 29). Dari sini kita bisa menemukan kemiripan dengan beberapa kelompok ormas islam di Indonesia.
7.      Untuk meredam aksi radikal kaum Wahabi di kemudian hari, Kerajaan Saudi menggelontorkan dana segar kepada ulama Wahabi serta ke organisasi-organisasi misionaris yang menyebarkan paham Wahabi ke seluruh dunia (hlm. 317).
8.      Aksi heroik Juhaiman ini kemudian hari mempengaruhi Osama bin Laden, pemimpin al-Qaeda, yang melahirkan aksi 11 September 2001 dan aksi teroris lainnya. Bukan tidak mustahil teroris Indonesia pun terinspirasi dari sana.
Jakarta, 11 Feb 2014
by: adrian

Renungan Hari Selasa Biasa VI - Thn II

Renungan Hari Selasa Biasa VI, Thn A/II
Bac I   : Yak 1: 12 – 18; Injil         : Mrk 8: 14 – 21

Bacaan pertama hari ini masih mengambil surat Rasul Yakobus. Dan masih membahas soal pencobaan. Dalam suratnya Yakobus menegaskan kepada kita bahwa Allah tidak pernah mencobai umat-Nya. Karena itu, jika datang cobaan melanda kita, hendaklah kita tidak berkata bahwa cobaan tersebut berasal dari Allah. Pencobaan itu bisa datang dari diri kita sendiri. Pusatnya ada pada keinginan. Bagi Yakobus, keinginan itu dapat melahirkan dosa yang pada akhirnya mendatangkan maut.

Surat Yakobus tersebut mengandaikan bahwa ada orang yang berpikir bahwa cobaan itu datang dari Tuhan. Sikap seperti ini juga terlihat pada para rasul dalam Injil hari ini. Hal ini berkaitan dengan teguran Yesus kepada mereka soal waspada terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes. Mereka berpikir bahwa Yesus mengatakan hal itu dikarenakan mereka lupa membawa roti. Mereka lupa bahwa sebelumnya Yesus sudah dua kali mengadakan mujizat memperbanyak roti.

Dalam kehidupan seringkali kita lebih dikuasai oleh pikiran kita sendiri. Parahnya lagi, kita merasa pikiran kitalah yang paling benar; dan dengan demikian kita mudah menyalahkan pihak lain. Dalam hal cobaan hidup, tak jarang kita mengatakan bahwa Tuhanlah yang sedang mencobai. Kita lupa bahwa Tuhan selalu ingin yang terbaik pada kita. Kita lupa kalau Tuhan mau kita hidup bahagia. Tapi kebahagiaan itu hendak sesuai dengan kehendak Allah. Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa pusat masalah itu bisa saja berasal dari dalam diri kita sendiri. Tuhan menghendaki agar kita menyadarinya dan memulai hidup baru.

by: adrian