Sabtu, 05 September 2015

Sejarah Terbentuknya Kitab Suci Katolik

SEJARAH KITAB SUCI
Setiap agama pasti mempunyai Kitab Suci. Kitab suci diyakin sebagai pedoman hidup bagi umatnya. Akan tetapi, soal asal mula Kitab Suci itu, tiap agama punya pandangan sendiri. Ada yang mengatakan bahwa Kitab Sucinya langsung turun lari langit/sorga, ada pula yang mengatakan Kitab Sucinya ditulis oleh manusia.
Bagaimana Kitab Suci orang Katolik tercipta?
Sejarah Terbentuknya Kitab Suci Perjanjian Lama
Kitab Suci Gereja Katolik terdiri dari dua bagian, yaitu Perjanjian Lama (PL: 46 kitab) dan Perjanjian Baru (PB: 27 kitab). Jadi, keseluruhannya ada 73 kitab. Kitab PL dapat dibagi dalam 3 bagian: Kitab Taurat, Kitab Para Nabi dan Naskah-naskah. Lima buku pertama (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan) adalah intisari dan cikal bakal seluruh kitab PL. Kelima kitab ini dikenal dengan sebutan Kitab Taurat atau Pentateuch.
Selama lebih dari 2000 tahun, Nabi Musa dianggap sebagai penulis Kitab Taurat ini. Karena itu, kitab ini disebut juga Kitab Nabi Musa. Namun, tidak ada seorang pun yang dapat memastikan siapa yang menulis Kitab Taurat ini.
Lama kemudian Kitab Para Nabi dan Naskah-naskah ditambahkan kepada Kitab Taurat dan membentuk Kitab PL. Kapan tepatnya isi dari kitab-kitab PL ditentukan dan dianggap sudah lengkap, tidaklah diketahui dengan pasti. Yang jelas, setidaknya sejak lebih dari 100 tahun sebelum kelahiran Kristus, Kitab PL sudah ada seperti yang sekarang ini.
Bahasa awal Kitab PL adalah Bahasa Ibrani. Namun ketika orang Yahudi terusir dari Palestina dan akhirnya menetap di berbagai tempat, mereka kehilangan bahasa aslinya dan mulai berbicara dalam bahasa Yunani. Waktu itu, Bahasa Yunani merupakan bahasa internasional. Dari sinilah mulai dirasakan perlunya Kitab Suci berbahasa Yunani.
Maka pada masa pemerintahan Ptolemius II Philadelphus (285 – 246 SM) dimulailah proyek penerjemahan Kitab Suci ke dalam Bahasa Yunani. Proyek ini dikerjakan oleh 70 ahli kitab Yahudi. Terjemahan ini diselesaikan sekitar tahun 250 – 125 SM, dan disebut Septuaginta (bahasa Latin yang berarti 70; merujuk ke 70 ahli tadi). Kitab ini diakui sebagai Kitab Suci resmi (kanon Aleksandria) bagi kaum Yahudi yang berada di perantauan.
Setelah Yesus wafat, para murid-Nya tidak menjadi punah. Pada sekitar tahun 100 Masehi, para rabbi berkumpul di Jamnia, Palestina (mungkin sebagai reaksi terhadap jemaat perdana). Dalam konsili Jamnia ini mereka menetapkan empat kriteria untuk menentukan kanon Kitab Suci mereka. Atas kriteria itu mereka mengeluarkan 7 kitab dari kanon Aleksandria (Tobit, Yudit, Kebijaksanaan Salomo, Sirakh, Baruks, 1 dan 2 Makabe). Hal ini dilakukan semata-mata atas alasan bahwa mereka tidak menemukan versi Ibrani.

Renungan Hari Sabtu Biasa XXII - Thn I

Renungan Hari Sabtu Biasa XXII, Thn B/I
Bac I  Kol 1: 21 – 23; Injil                   Luk 6: 1 – 5;
Bacaan pertama masih diambil dari surat Paulus kepada Jemaat di Kolese. Dalam suratnya itu, Paulus mengungkapkan refleksinya bahwa manusia yang jahat telah ditebus oleh Kristus lewat wafat-Nya di kayu salib. Kematian Kristus membuat kita “kudus dan tak bercela, dan tak bercacat di hadapan-Nya.” (ay. 22). Oleh karena itu, Paulus meminta jemaat untuk “bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak berguncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil.” (ay. 23). Artinya, Paulus mengajak umat untuk tetap menerima Kristus dan hidup di dalam-Nya.
Apa yang diwartakan Paulus di atas, sejalan dengan pesan Tuhan Yesus dalam Injil. Tuhan Yesus mengkritik sikap kaku orang Farisi terhadap peraturan. Tuhan Yesus melihat bahwa dalam diri orang Farisi peraturan itulah yang utama. Mereka melaksanakan aturan demi aturan itu semata. Kepada orang Farisi yang mencela perbuatan para murid-Nya, Tuhan Yesus mau membuka mata mereka bahwa di dalam peraturan ada nilai-nilai yang harus diperjuangkan. Nilai-nilai itu jauh lebih utama daripada hanya sekedar bunyi peraturan. Di sini Tuhan Yesus mau mengajarkan bahwa janganlah peraturan itu mengorbankan nilainya.
Manusia hidup dipenuhi dengan peraturan. Lewat sabda-Nya hari ini Tuhan mau menyadarkan kita akan apa yang terpenting dalam hidup kita sebagai orang kristen. Tuhan bukan mau mengatakan bahwa peraturan itu tidak penting. Tuhan menghendaki agar kita lebih memprioritaskan yang utama dalam hidup kita. Sabda Tuhan mengajak kita untuk lebih mengutamakan iman akan Kristus dan pengharapan Injil. Hendaklah kita tidak mengorbankan hal ini demi sesuatu yang sepele.***
by: adrian