Jumat, 18 April 2014

Lustrum Guadalupe Sei Bati - Tanjung Balai Karimun

Acara penyambutan Bapak Uskup Mgr. Hilarius Moa Nurak (Uskup Keuskupan Pangkalpinang) dan Mgr. Harun Yuwono (Uskup Keuskupan Tanjungkarang, yang sebelumnya adalah imam keuskupan Pangkalpinang)
 
 
 
 
 
 

Orang Kudus 18 April: St. Eleutherius

SANTO ELEUTHERIUS, PAUS
Eleutherius menjadi Paus pada tahun 175 hingga hari kematiannya pada tanggal 24 Mei 189. Ia berasal dari Nicopolis, Barat laut Yunani. Ia melayani umat sebagai diakon selama masa kepausan Santo Anisetus dan Soter.

Ia dikenal sebagai Paus yang dengan gigih melawan bidaah Montanisme, sebuah aliran bidaah dari Timur, yang sudah lama berkembang di Roma. Beberapa sumber secara salah menyatakan bahwa Eleutherius menerima berbagai keyakinan Montanisme dan terlambat mengambil tindakan tegas terhadap penganut aliran itu. Eleutherius juga mengeluarkan beberapa dekrit untuk melawan aliran Gnostisisme dan Marcionisme. Ia meninggal pada tanggal 24 Mei 189 dan dikuburkan di bukit Vatikan.

Renungan Hari Jumat Agung, Thn A

Renungan Hari Jumat Agung, Thn A/II
Bac I   : Yes 52: 13 – 53: 12; Bac II        : Ibr 4: 14 – 16, 5: 7 – 9;
Injil     : Yoh 18: 1 – 19: 42;

Hari ini dikenal sebagai hari wafatnya Tuhan Yesus Kristus. Hari ini dikenal sebagai Jumat Agung. Mungkin ada yang bertanya, kenapa hari Jumat ini, di mana Tuhan Yesus wafat di kayu salib, disebut Agung? Di mana letak keagungannya, jika wafat di kayu salib merupakan bentuk penghinaan? Memang letak keagungan hari ini ada pada kematian Yesus Kristus, karena lewat kematian itu kuasa maut, yaitu dosa dikalahkan. Kematian Yesus membawa penebusan dan keselamatan bagi umat manusia.

Injil hari ini mengisahkan kisah sengsara Tuhan Yesus hingga wafat-Nya dan dimakamkan. Bacaan kedua, yang diambil dari Kitab Kepada Orang Ibrani, merefleksikan kisah sengsara Yesus ini. Penulis melihat ada kesamaan sekaligus perbedaan antara Yesus dan Imam Besar. Karena itu, bagi penulis Yesus adalah Imam Besar Agung (ay. 14 – 15). Selain itu, dari kisah sengsara Yesus, seperti yang tertulis dalam Injil, penulis melihat ketaatan Yesus pada kehendak Allah. Ketaatan itu dilihat sebagai “pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.” (ay. 9). Hal ini sudah dinubuatkan Yesaya dalam bacaan pertama (ay. 3 – 4).

Beberapa kisah sengsara Yesus dalam Injil terlihat seperti pemenuhan nubuat Nabi Yesaya dalam bacaan pertama. Peristiwa kematian Yesus di kayu salib, yang merupakan kemenangan-Nya atas maut, seakan memenuhi apa yang dinubuatkan Yesaya, “Hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan.” (ay. 13). Peristiwa sengsara Yesus juga telah digambarkan Yesaya dalam kitabnya. Gambaran Yesaya tentang hamba Allah yang “begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi,” (ay. 14) mengacu pada pernyataan Pilatus, “Lihatlah manusia itu!” Wajah Yesus sudah babak belur sehingga tidak kelihatan lagi wujudnya. Dengan menunjukkan wajah Yesus kepada orang banyak, Pilatus ingin mendapat simpati sehingga Yesus bisa dibebaskan. Namun orang banyak tetap ngotot untuk menyalibkan Yesus.

Sabda Tuhan hari ini mau mengingatkan kita bahwa kematian Yesus di kayu salib adalah penebusan bagi umat manusia. Lewat kematian-Nya kita mendapat keselamatan. Karena itu, memperingati kematian Yesus pada hari ini kita tidak perlu merasa sedih. Hari ini bukanlah merupakan masa perkabungan. Hari ini merupakan saat bersyukur karena kita memiliki Imam Agung yang “turut merasakan kelemahan-kelemahan kita” (Ibr 4: 15), dan yang menanggung penyakit kita serta memikul kesengsaraan kita (Yes 53: 4).

by: adrian