Sabtu, 10 Januari 2015

Bagaimana Menikah Lagi Secara Katolik

Menikah adalah hak setiap orang. Karena manusia adalah makhluk sosial, maka menikah, yang melekat dengan kemanusiaan kita, juga mempunyai dimensi sosial. Artinya, orang tidak bisa sesuka hatinya saja. Ketemu pasangan langsung menikah; bosan, cerai.

Karena itulah pernikahan diikat dengan seperangkat peraturan. Tujuan peraturan yang ada bukan untuk mengekang kebebasan individu manusia, melainkan supaya kebebasan itu dihargai dengan saling menghargai kebebasan tiap individu. Dari sinilah akan lahir tatanan kehidupan yang teratur.

Di samping itu, aturan dalam pernikahan membuat manusia berbeda dari binatang. Lihatlah dunia binatang pada umumnya. Karena tidak ada aturan, yang mengatur tentang pernikahan, hidup mengikuti naluri saja. Ketemu pasangan, ya kawin. Kehamilan dan beranak adalah urusan betina. Ada pasangan lain, kawin lagi. Begitu seterusnya.

Manusia tidaklah demikian. Gereja Katolik, dengan aturannya, mengikat sebuah perkawinan seumur hidup. Gereja juga mengajak umatnya untuk membangun keluarga yang monogami agar ada kejelasan status orang tua.

Akan tetapi, karena sudah merupakan sifat manusia yang serakah dan tidak bisa puas dengan apa adanya, manusia mengalami kejatuhan. Termasuk dalam membangun keluarga. Tak terkecuali mereka yang awalnya menikah di luar Gereja Katolik.

Ada banyak kasus umat Katolik yang menikah di luar Gereja Katolik, baik beda Gereja maupun beda agama, menemui masalah hidup dalam keluarga dan akhirnya bercerai. Dalam perjalanan waktu, mereka menemukan pasangan hidup lagi, mungkin seiman mungkin juga tidak, lalu ingin menikah secara Katolik. Dengan kata lain, ada orang yang sudah bercerai dari perkawinan sebelumnya, yang tidak diresmikan secara Katolik, hendak menikah lagi secara Katolik.

Bagaimana sikap Gereja Katolik? Apakah mereka-mereka ini bisa menikah lagi secara Katolik?

Berikut ini saya sarikan pendapat Romo Alexander Erwin Santoso, MSF dalam Majalah HIDUP. Di sana Romo Erwin menjawab persoalan yang dihadapi seorang perempuan Katolik, yang sebelumnya menikah di Gereja Protestan. Perkawinan mereka kandas dan berakhir dengan perceraian. Kemudian perempuan ini bertemu dengan seorang cowok Katolik. Mereka ingin menikah menurut tata cara Gereja Katolik.

Menurut Rm. Erwin, pernikahan seorang Katolik di luar Gereja Katolik, tanpa ada surat dispensasi untuk menikah di luar Gereja yang diberikan oleh otoritas Gereja, adalah TIDAK SAH. Perkawinan di Gereja lain dianggap sebagai pelanggaran yang berakibat pada hukuman ekskomunikasi dan kehilangan kesempatan untuk menerima komuni dalam Ekaristi.

Pelanggaran ini membuat mereka, yang melanggar, berada dalam situasi khusus. Pertama, ekskomunikasi karena mengingkari iman. Kedua, jika masih ingin menjadi Katolik, maka mereka harus menerima Sakramen Tobat, mengaku dosa dan mendapat absolusi, khususnya berkaitan dengan pernikahan pertama yang di luar Gereja.

Setelah menuntaskan situasi khusus ini, mereka boleh menikah lagi secara Katolik. Namun perlu dilihat lagi apakah urusan sipil (perceraiannya) benar-benar sudah beres. Orang tak perlu mengusahakan pembatalan perkawinan di Tribunal Gereja, karena pernikahan pertama dianggap tidak ada, karena tidak sah.

Jadi, menurut pendapat Rm Alexander Erwin Santoso, MSF, pernikahan antara orang Katolik dengan non Katolik yang berlangsung di luar Gereja Katolik tanpa dispensasi dari otoritas Gereja Katolik adalah tidak sah. Perkawinan itu dianggap tidak ada. Karena itu, orang katolik yang mau menikah lagi secara Katolik bisa diperkenankan dengan catatan penyelesaian urusan cerai sipil dan juga Sakramen Tobat.
Pangkalpinang, 1 Desember 2014
by: adrian
Baca juga:

Orang Kudus 10 Januari: St. Petrus Orseola

SANTO PETRUS ORSEOLA, PENGAKU IMAN
Petrus lahir pada tahun 928 di Venesia. Ia dikenal sebagai komandan angkatan laut yang berhasil menghancurkan para pembajak laut dan menjadi kepala Negara (=doge) Republik Venesia. Ia berhasil menerbitkan kembali pemerintahan republic yang dikacaukan oleh pendahulunya. Katanya, pendahulu terbunuh dalam suatu huru hara atas hasutan Petrus. Setelah membangun kembali rumah sakit dan katedral, ia diam-diam meninggalkan anak – isteri serta jabatannya dan menjadi rahib. Ia bertapa di Spanyol bersama Santo Romualdus. Petrus Orseola meninggal dunia pada tahun 987.

sumber: Iman Katolik
Baca juga riwayat orang kudus 10 Januari:

Renungan Hari Sabtu sesudah Epifani, Thn B

Renungan Hari Sabtu sesudah Epifani, Thn B/I
Bac I    1Yoh 5: 14 – 21; Injil                        Yoh 3: 22 – 30;

Bacaan liturgi hari ini diambil dari tulisan Yohanes. Injil hari ini menampilkan sosok Yohanes Pembaptis. Diceritakan bahwa ada orang yang mempertentangan antara Tuhan Yesus dengan Yohanes Pembaptis. Pangkal pertentangan itu adalah tindakan Tuhan Yesus yang membaptis orang seperti yang dilakukan Yohanes Pembaptis. Akan tetapi, Yohanes Pembaptis tidak mempermasalahkan hal itu. Yohanes tidak mau jatuh ke dalam dosa iri hati dan kesombongan. Malah Yohanes Pembaptis memilih sikap rendah hati dengan berkata, “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” (ay. 30).

Sementara bacaan pertama menampilkan pengajaran Yohanes tentang dosa. Dalam suratnya yang pertama, Yohanes mengingatkan bahwa semua kejahatan adalah dosa, tapi tidak semua dosa itu mendatangkan maut (ay. 17). Yohanes mempertentangkan antara kita yang berasal dari Allah dengan dunia yang dikuasai si jahat. Karena itu, Yohanes mengajak pembacanya untuk menghindari kejahatan yang mendatangkan dosa. Sekalipun berada di dunia, kita tak perlu harus ikut berdosa.

Hidup manusia tak pernah lepas dari godaan dosa. Benarlah apa yang dikatakan Yohanes dalam suratnya bahwa dunia berada di bawah kuasa si jahat. Dengan kata lain, dunia identik dengan dosa. Karena kita hidup di dunia, maka kita akan selalu bersinggungan dengan dosa. Namun bukan lantas berarti kita harus berdosa. Yohanes Pembaptis sudah memberi teladan bagi kita. Dia sudah dihadapkan pada tantangan dosa, namun ia memilih untuk tidak berdosa dengan bersikap rendah hati. Hari ini sabda Tuhan menghendaki kita untuk senantiasa berjuang melawan dosa. Tuhan meminta kita untuk tidak jatuh ke dalam dosa, sekalipun kita berada di dunia yang penuh dengan dosa.

by: adrian