Jumat, 28 September 2012

Manfaat Tidur bersama Bayi

MANFAAT TIDUR SERANJANG DENGAN BAYI
Banyak orang tua sering kali menghindar untuk tidur bersama anak bayinya. Alasan yang sering dilontarkan adalah takut mengganggu, baik orang tua yang mengganggu atau juga orang tua yang terganggu tidurnya. Oleh karena itu orang tua mengambil solusi dengan membelikan ranjang khusus untuk anak bayi atau menidurinya di ayunan.

Padahal tidur bersama dengan bayi di satu ranjang menyimpan berbagai manfaat. Salah satunya adalah membangun attachment parenting (AP) antara orangtua dengan bayinya. Soal keamanaan tidur seranjang, tidak perlu diragukan

"Ibu memiliki insting untuk tidak menindih bayinya. Ini berbeda dengan suami atau anak-anak (kakak, misal), sehingga mereka tidak disarankan tidur bersama dengan bayi," tutur dr Hadining, SpA. "Dibandingkan sekamar, tidur seranjang lebih banyak memberikan manfaat karena orangtua dapat lebih dekat dengan anaknya. Tak ada kerugian atau sisi negatif tidur seranjang dengan bayi," tambah dr Hadining ini.

Berikut ini beberapa manfaat tidur seranjang dengan bayi:
* Saling mempererat hubungan
Hubungan yang istimewa antara ibu dan anak dapat terjalin karena ada kedekatan fisik. Jarak yang sangat dekat saat ibu dan bayi tidur berdampingan, menciptakan keselarasan. Karena, posisi ibu dan bayi harus saling bertemu muka, posisi hidung keduanya pun saling berhadapan. Pada saat ibu mengembuskan nafas lembutnya, maka akan dirasakan oleh bayi. Embusan nafas ibu ini mampu merangsang bayi menjadi lebih teratur dan baik.

Posisi tidur bayi yang dekat dengan ibu juga membuat sang buah hati dapat membaui aroma tubuh ibu dan memperoleh sentuhan hangat dengan lebih intens. Selain membuat lebih tenang, hal itu juga mengurangi stres pada bayi.

* Bayi tidur lebih tenang dan lelap.
Tidur berdampingan dengan ibu membuat bayi lebih tenang dan lelap. Kualitas tidurnya yang lebih baik ini akan berdampak pada tumbuh kembang bayi kelak. Berdasarkan penelitian, selama tidur semua sel tubuh manusia, termasuk sel otot, hati, ginjal, tulang sumsum, dan sel otak mengalami pemulihan. Hormon-hormon pun lebih aktif diproduksi. Semua itu penting untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi kerja otak.

* Kualitas dan kuantitas tidur ibu menjadi lebih baik.
Dengan tidur seranjang, ibu dapat segera menenangkan atau menyusui saat bayinya terbangun di tengah malam. Umumnya ibu dapat segera tertidur kembali dan keduanya bisa menyelaraskan siklus tidurnya satu dengan lainnya. Kondisi ini tentunya menguntungkan karena dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur ibu.

Umumnya ibu sangat paham akan bayinya, sehingga posisi tidurnya tidak akan menganggu atau membahayakan bayinya. Hormon-hormon yang muncul saat bayi menyusu juga menimbulkan efek rileks, yang dibutuhkan ibu agar dapat tidur kembali.

* Lebih mudah menyusui
Posisi berdekatan akan membantu bayi menyusu dengan lebih mudah pada sang bunda. Bayi yang menyusu pada malam hari juga membantu ibu terhindari dari payudara yang bengkak dan berdenyut-denyut. Berbagai gejala ini dapat menimbulkan mastitis (infeksi saluran ASI). Tidur bersama bayi juga menguntungkan bagi orangtua bekerja karena dapat membantu ibu menjalin kelekatan kembali setelah siang tidak bertemu dengan bayinya.

* Membantu perkembangan bayi
Tidur seranjang memungkinkan bayi tidur dengan tenang dan lebih pulas. Ketika tidur, bayi mengalami pertumbuhan yang pesat. Bayi juga dapat menyusu lebih lama. Pengisapan tambahan ini memberikan lebih banyak hindmilk (ASI belakang yang biasanya mengalir setelah 15 menit menyusui). Hindmilk mengandung tinggi lemak dan merangsang produksi ASI.

* Mengembangkan kepercayaan antara orang tua dan bayi.
Tidur sekasur memungkinkan memberikan keyakinan pada bayi, ada ibu di sisinya yang selalu siap memenuhi keinginan buah hati tercinta dengan cepat dan tepat. Hal ini tentunya sangat menguntungkan bagi bayi karena menjadi modal mengembangkan kepercayaan diri (self esteem) yang berperan membentuk kepribadian ke depan.

editor: adrian

Renungan Hari Jumat Biasa XXV - Thn II

  Renungan Hari Jumat Pekan Biasa XXV B/II
Bac I  Pkh 3: 1 – 11; Injil       Luk 9: 19 – 22

Secara implisit, dalam Injil hari ini, Yesus memperkenalkan diri-Nya sebagai Mesias, meski sebutan itu berasal dari mulut Petrus, murid-Nya. Tentulah jawaban Petrus ini mewakili rekan-rekannya sesuai dengan pertanyaan Yesus, "Menurut kamu, siapakah Aku ini?" (ay. 20a). Jawaban ini pasti lahir dari perjalanan hidup bersama dengan Yesus.

Yesus hanya melarang para murid-Nya agar tidak menyebarkan jawaban Petrus itu. Hal ini tentulah membuat para murid yakin akan kemesiasan Yesus. Mesias, dalam alam keyahudian, adalah sosok yang sangat dinanti-nantikan kedatangannya untuk membawa pembebasan dan keselamatan bagi rakyat Israel. Mesias sudah ditunggu dari jalam Perjanjian Lama untuk mengembalikan kejayaan bangsa Israel dan mendirikan Yerusalem Baru.

Tentulah dalam perjalanan itu para murid, entah sendiri-sendiri ataupun berkelompok, asyik membicarakan soal apa yang akan mereka dapat jika nanti Yesus tampil sebagai mesias. Ini bisa terjadi karena pola pikir mereka sama seperti pola pikir umat Yahudi umumnya. Mesias dipahami secara politik duniawi.

Yesus mungkin mendengar atau mengetahui apa yang ada dalam hati para murid-Nya itu. Karena itulah Ia memberikan pemahaman yang benar tentang mesias itu. "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga." (ay. 22). Yesus memberikan gambaran mesias sesuai dengan gambaran Allah, bukan gambaran manusia. Memang terkadang gambaran Allah itu tidak sesuai atau malah bertentangan dengan gambaran manusia.

Dalam Injil ini Tuhan mau memberikan pelajaran kepada kita soal gambaran Allah dan gambaran manusia; kehendak Allah dan kehendak manusia. Tuhan menghendaki agar kita senantiasa mencari dan mengikuti kehendak Allah, bukan memaksakan kehendak diri kita sendiri. Dalam kehidupan kita sering memaksakan kehendak sesuai dengan kemauan kita. Dan tidak jarang dalam pemaksaan itu terjadilah konflik.

Melalui Injil-Nya, Tuhan mengajak kita untuk mau dengan rendah hati menerima kehendak Allah dalam kehidupan kita.

by: adrian

Orang Kudus 28 September: St. Wenseslaus


SANTO WENSESLAUS, RAJA BOHEMIA & MARTIR
Bila dilihat dengan kacamata Gereja dewasa ini, Wenseslaus dapat dikatakan sebagai seorang awam Katolik yang mewarnai pemerintahan negara dengan asas-asas kristiani sebagaimana diajarkan Kristus. Sebagai raja negeri Wratislav, Cekoslovakia, Wenseslaus dalam usianya yang masih bergitu muda tampil sebagai seorang pemimpin yang berjiwa kristen. Ia berada di dalam dunia dan berdiri tegak dengan semangat kristiani semimpin rakyatnya dan menghadapi berbagai gejolak politik di negerinya.

Wenseslaus lahir di sebuah kota dekat Praha pada tahun 907 (sumber lain 903). Ayahnya, Wratislaw, adalah seorang pangeran dan penguasa negeri Bohemia yang dikenal saleh dan bijaksana. Ia memimpin rakyatnya berdasarkan asas-asas ajaran kristiani. Ibunya, Dragomira, dikenal angkuh, gila hormat dan kuasa. Ia masih bermental kafir dan akrab dengan orang-orang kafir.

Oleh karena kekafiran istrinya Wratislaw mempercayakan pendidikan anaknya kepada ibu kandungnya Ludmila. Ludmila, nenek Wenseslaus, dikenal sebagai seorang wanita yang saleh dan baik hati. Ia menyekolahkan Wenseslaus di Budetch, sebuah sekolah Latin yang tinggi mutunya.

Ketika Wenseslaus berusia 13 tahun, ayahnya meninggal dunia sewaktu memerangi kaum Magyars pada tahun 920. Dengan itu kekeuasaan kerajaan jatuh ke tangan ibunya, Dragomira. Watak kekafiran Dragomira benar-benar terlihat jelas di dalam caranya memerintah. Ia menimbulkan banyak kekacauan karena menyokong orang-orang kafir untuk menyerang para pemimpin katolik beserta seluruh umatnya. Korban pertama adalah Ludmila, ibu kandung Wratislaw, yang mendidik dan membesarkan Wenseslaus. Ludmila mati dicekik oleh kaki tangan Dragomira.

Pembunuhan atas Ludmila semakin memperburuk situasi negara. Dari dalam dan dari luar Bohemia datang banyak reaksi keras. Pangeran Bayern memaksa Dragomira meletakkan jabatannya dan mendesak Wenseslaus naik takhta menggantikan ibunya yang korup itu. Wenseslaus yang baru berusia 15 tahun mengambil alih kekuasaan pada tahun 922. Dengan dukungan banyak orang, ia memimpin rakyatnya. Cita-citanya ialah mewujudkan suatu negara yang adil dan makmur berdasrkan asas-asas kristiani.

Dengan seluruh sikap hidupnya, Wenseslaus berhasil memimpin rakyatnya. Ia dikenal sebagai seorang raja yang saleh, berani dan murah hati terutama kepada para janda dan anak yatim piatu. Ia meringankan beban hidup orang-orang miskin, mengunjungi para tawanan untuk menghibur mereka. Lebih dari itu konon pada musim dingin ia sendiri menghantar kayu bakar kepada keluarga-keluarga miskin di sekitarnya.

Karyanya diletakkan di atas landasan iman yang kokoh. Ia menaruh devosi yang tinggi terhadap Sakramen Mahakudus. Kerap kali ia sendiri menjadi misdinar yang melayani imam pada waktu perayaan ekaristi. Sering ia mengunjungi gereja pada tengah malam untuk berdoa di hadapan Sakramen Mahakudus.

Tetapi sebagaimana biasa kepemimpinan yang jujur dan adil senantiasa tidak luput dari berbagai rintangan bahkan ancaman. Banyak pembesar kerajaan tidak senang dengan Wenseslaus karena kejujuran dan keadilannya. Pemimpin para lawannya ialah adik kandungnya sendiri, yaitu Boleslaw, yang didukung oleh Dragomira. Bersama pembesar lainnya Boleslaw berusaha membunuh Wenseslaus dan melenyapkan agama katolik dari bumi Bohemia. Untuk itu mereka mencari kesempatan emas yang tepat untuk pelaksanaan niat jahat itu.

Kelahiran putera sulung Boleslaw merupakan kesempatan emas itu. Boleslaw mengadakan suatu perjamuan besar untuk merayakan kelahiran puteranya. Ia mengundang Wenseslaus bersama seluruh pembesar kerajaan. Pada kesempatan itulah, Boleslaw menyerang kakaknya dari belakang dan menusuknya dengan sebilah pedang. Sebelum menghembuskan nafas terakhir Wenseslaus berkata, "Adikku, semoga Tuhan mengampuni engkau."

Wenseslaus adalah awam katolik yang tangguh. Ia dibunuh karena perjuangannya menegakkan kebenaran dan keadilan, kejujuran dan cinta kasih sepanjang masa pemerintahannya. Memang ia mati sebagai seorang negarawan, namun apa yang diperjuangkan dan dipertahankannya sesungguhnya nilai-nilai hidup yang abadi berdasrkan ajaran Kristus dan Gereja-Nya. Oleh karena itu ia digelari sebagai saksi iman, Martir Kristus. Makamnya dikunjungi oleh banyak peziarah. Ia dihormati sebagai pelindung negeri Cekoslovakia modern dan dikenal sebagai tokoh awam katolik yang mampu menterjemahkan ajaran-ajaran iman di dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Banyak mukjizat terjadi atas orang-orang yang berdoa dengan perantaraannya. Tetapi mukjizat terbesar ialah pertobatan Boleslaw adiknya, pembunuh yang begis itu. Wenseslaus baru berusia 22 tahun ketika ia gugur sebagai pelindung Gereja Kristus serta pembela keadilan dan kejujuran.

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun