Minggu, 09 Juni 2013

Cara Musnahkan Benda Rohani

Cara Layak Memusnahkan Benda Rohani

Beberapa bulan lalu, seorang OMK bertanya kepada saya soal Kitab Suci yang banyak di tempat kerjanya. Dia takut Kitab Suci itu rusak sia-sia karena tidak dipakai. Padahal itu adalah Kitab “Suci”. Saya mengusulkan dimusnahkan saja. Caranya dengan dibakar. Tampak reaksi kaget di wajahnya.

Setiap orang katolik pasti memiliki benda-benda rohani, seperti rosario, salib, Kitab Suci, patung, dll. Dan seperti biasanya benda-benda rohani itu diberkati sebelum digunakan. Harus diakui bahwa, sekalipun sudah diberkati, benda-benda rohani itu tidaklah abadi. Suatu saat pasti akan rusak, entah karena termakan usia ataupun karena kelalaian manusia (misalnya, patung tersenggol lalu jatuh dan patah/retak; atau rosario yang putus). Sebagai benda yang rusak, tentulah tidak akan dipakai lagi. Memperlakukannya sebagai sampah pun tak tega; tapi membiarkannya menumpuk di rumah juga terasa tak elok.

Bagaimana cara memusnahkannya tanpa merasa bersalah?

Berikut ini saya kutip jawaban dari katolisitas.org.

“Prinsip dasarnya adalah, jika benda-benda rohani yang sudah diberkati ini rusak, maka cara yang layak untuk membuangnya adalah dengan dibakar atau dikuburkan. Sebab menurut Kitab Hukum Kanonik, benda-benda religius yang telah diberkati ini adalah untuk didedikasikan bagi penghormatan kepada Tuhan, sehingga harus diperlakukan dengan hormat dan tidak digunakan untuk kepentingan profan lainnya yang tidak layak (lih. KHK, Kan. 1171).

Di sekitar tahun 1800-an, Kongregasi Suci untuk Ritus dan Tahta suci (sekarang dikenal dengan nama Kongregasi Suci untuk Sakramen dan Penyembahan ilahi) dan Kongregasi Suci untuk Ajaran Iman, mengeluarkan ketentuan yang beragam untuk urusan ini. Contohnya: Piala/ sibori (yang dipakai untuk tempat tubuh dan darah Kristus) yang sudah tidak digunakan lagi, tidak untuk dijual, tetapi untuk digunakan untuk fungsi sakral lainnya atau untuk dilelehkan. Pakaian imam/ pakaian pelayan liturgi, taplak altar atau kain linen yang digunakan dalam kurban Ekaristi dihancurkan (dengan dibakar, dan abunya dibuang di tanah). Air suci yang terkena kotoran/ polusi ataupun kelebihan air suci dibuang di tanah. Daun palma dibakar, dan abunya dibagikan sebagai tanda pertobatan di hari Rabu Abu, atau sisanya dikembalikan ke tanah. Rosario yang putus/ rusak, atau patung religius yang sudah rusak, umumnya dikuburkan. Di atas semua itu, idea dasarnya adalah, apa yang sudah pernah didedikasikan kepada Allah, harus dikembalikan kepada Allah. Tidak sepantasnya kita membuang begitu saja, apa yang sudah pernah didedikasikan kepada Tuhan.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,

Ingrid Listiati- katolisitas.org”

Semoga dengan jawaban ini kita semua mendapat wawasan baru.

Orang Kudus 9 Juni: St. Primus & Felicianus

Santo Primus & Felicianus, Martir


Kedua bersaudara kandung ini berasal dari keluarga kafir di kota Roma. Meskipun mereka masih kafir, namun mereka dikenal sebagai orang baik-baik yang disenangi banyak orang. Semenjak kecil Primus dan Felicianus hidup di lingkungan kafir dan dididik secara kafir pula.

Pengenalannya akan iman Kristen sampai menjadi martir berawal dari perkenalan mereka dengan Paus Feliks I (269 – 274). (tentang Paus Feliks, lihat http://parokistyoseptbk.blogspot.com/2013/05/orang-kudus-hari-ini-30-mei.html) Dari bimbingannya kedua bersaudara ini mengenal iman katolik dan dipermandikan.

Setelah permandiannya mereka rajin berdoa dan melakukan kegiatan-kegiatan amal kasih, mengunjungi orang-orang Kristen di penjara untuk menghibur dan meneguhkan hati mereka. Tuhan melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka dan melindungi mereka dari segala tindakan kejam para penguasa Negara. Selama bertahun-tahun berkarya di tengah-tengah aksi penganiayaan terhadap orang-orang Kristen oleh Kaisar Diokletianus, Primus dan Felicianus selalu terhindar dari usaha penangkapan.

Tetapi akhirnya mereka ditangkap juga pada tahun 297 dan dipenjarakan bersama orang-orang Kristen lainnya. Namun demikian mereka tidak goncang sedikitpun. Mereka saling menghibur dan dengan tekun saling meneguhkan sesamanya yang lain. Setelah beberapa waktu, mereka dibawa ke Nomentum, kota kecil yang berjarak 12 mil dari Roma. Di sana mereka diadili oleh Promotus. Dakwaan dan berbagai ancaman dikenakan pada mereka, namun iman mereka tidak goyah. Akhirnya mereka dijatuhi hukuman mati penggal kepala.

Jenasah mereka dimakamkan di Nomentum. Pada tahun 649, Paus Theodorus I (642 – 649) menyuruh memindahkan jasad mereka ke kota San Stephanus Rotondo. Inilah peristiwa pertama, di mana tulang-belulang para martir boleh dibawa keluar kota dari kota Roma.
          
sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Minggu Biasa X-C

Renungan Hari Minggu Biasa X, Thn C/I
Bac I   : 1Raj 17: 17 – 24; Bac II  : Gal 1: 11 –19;
Injil     : Luk 7: 11 – 17

Banyak peristiwa duka dalam kehidupan manusia. Tak ada manusia yang tak pernah mengalami dan merasakan duka. Salah satu wujud duka adalah kematian. Mungkin kematian merupakan duka terdalam dan terbesar dalam kehidupan manusia. Setiap duka membutuhkan hiburan supaya darinya lahirlah suka dan cita. Karena itu, setiap orang yang sedang berduka pasti membutuhkan penghiburan.

Sabda Tuhan dalam bacaan pertama dan Injil hari ini mau berbicara soal penghibur dan penghiburan sebagai penghapus duka. Dalam bacaan pertama penghibur hadir dalam sosok Nabi Elia. Ia menghapus air mata duka janda di Sarfat. Di sini ada kesan bahwa penghiburan itu identik dengan Allah. Makanya, janda yang bersuka karena penghiburan Nabi Elia berkata, “Sekarang aku tahu bahwa engkau abdi Allah!” (1Raj 11: 24).

Dalam Injil penghibur tampak dalam diri Yesus. Kisahnya mirip dengan bacaan pertama, di mana Yesus menghapus air mata duka janda di Nain. Dan sama seperti peristiwa Nabi Elia, dalam Injil pun terlihat bahwa penghiburan identik dengan Allah. Karena itu, banyak orang berkata, “Allah telah mengunjungi umat-Nya!” (Luk 7: 16). Jika dalam bacaan pertama kehadiran Allah diwakilkan oleh Nabi Elia, dalam Injil kehadiran Allah nyata dalam diri Yesus. Ini mau menunjukkan keallahan Yesus.

Sabda Tuhan hari ini mau mengajak kita untuk menjadi penghibur bagi saudara-saudari kita yang sedang mengalami duka. Dengan menjadi penghibur, kita telah menghadirkan Allah.

by: adrian