Kamis, 30 Juni 2022

DI SAAT TAK ADA TITIK TEMU

 

Pada suatu kesempatan mengunjungi sebuah paroki, beberapa umat yang saya temui di lokasi dan waktu berbeda mengajukan satu pertanyaan yang sama, “Kapan pastor paroki kami pindah?” Di balik pertanyaan itu, terekam perasaan jenuh menghadapi pastor paroki yang sudah lama berkarya di paroki itu. Kejenuhan tersebut beralasan karena selama menjabat sebagai pastor paroki, sepertinya tidak ada greget hidup menggereja. Pastoral seperti air mengalir.

Menghadapi pertanyaan itu saya tidak mau masuk dalam konflik kepentingan atau konflik lainnya. Karena itu, dengan gaya diplomasi, saya menjawab, “Hanya Roh Kudus yang tahu.”

Tentu ada yang bingung dengan jawaban saya ini atau menganggap saya bercanda. Mungkin ada yang mengatakan bahwa pernyataan saya tersebut hanyalah sebuah kiasan, mengutip pernyataan Tuhan Yesus berkaitan dengan kedatangan Kerajaan Allah. Akan tetapi perlu ditegaskan bahwa jawaban di atas bukanlah kiasan. Memang hanya Roh Kudus yang tahu. Kenapa bisa begitu?

Soal perpindahan tenaga pastoral tentulah melibatkan dua pihak, yaitu pastor yang bersangkutan dan uskup. Perpindahan dapat terjadi dan mudah diketahui jika ada komunikasi dialogal antara kedua pihak tersebut. Komunikasi dialogal memungkinkan terjadinya titik temu antara tenaga pastoral dan uskup, sebagai pimpinan. Jika tidak ada komunikasi dialogal, maka tidak akan ada titik temu. Ini ibarat minyak dan air atau rel kereta api. Dan kalau begini, ya hanya Roh Kudus yang tahu. Pastor bersangkutan tidak, uskup juga tidak.

Bagaimana hal itu bisa terjadi? Ini bisa terjadi karena kedua belah pihak berkomunikasi dengan menggunakan pengandaian. Sang pastor mengandaikan uskup yang akan “memerintahkan” dirinya untuk pindah. Sebagai seorang imam, ia terikat akan janji setia kepada uskup. Jadi, selagi belum ada mandat dari uskup untuk pindah, ia akan tetap bertahan terus di paroki tersebut, tanpa peduli apakah umat sudah jenuh atau tidak; apakah reksa pastoral jalan atau tidak. Sementara di pihak lain, uskup mengandaikan imamnya datang meminta untuk dipindahkan. Selagi tidak ada permintaan pindah dan atau selagi imamnya tidak bermasalah, maka uskup tidak akan memindahkannya; tak peduli apakah umat sudah jenuh atau tidak; apakah reksa pastoral jalan atau tidak.

Hal ini tidak akan terjadi jika ada suatu sistem rotasi, seperti setiap lima tahun diadakan perpindahan. Atau kedua pihak tidak saling mengandaikan dalam berkomunikasi. Imam harus tahu diri kalau kelamaan di suatu tempat memiliki banyak efek negatif; uskup harus bijaksana agar mau juga mendengarkan suara umatnya. Perlu disadari bahwa dalam berpastoral, umatlah yang menjadi prioritas. Umat adalah kawanan domba yang digembalakan. Karena itu, sangat aneh jika uskup hanya berfokus pada imamnya tanpa peduli akan umatnya.

Rabu, 29 Juni 2022

ARAB, ISLAM DAN KELEDAI LIAR

 

Islam, Yahudi dan Kristen dikenal sebagai agama Samawi. Dari etimologinya, kata samawi (kata adjektif) memiliki arti “berhubungan dengan langit”. Jika ditambahkan dengan kata agama, menjadi agama samawi, maka dapat dimengerti sebagai agama dari langit. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa agamanya dibangun berdasarkan wahyu Allah melalui para malaikat (dari langit) dan diteruskan oleh para nabi.

Agama samawi dikenal juga dengan sebutan agama Abrahamik. Hal ini didasarkan pada peran Abraham (Islam: Ibrahim), sebagai bapak kaum beriman. Sebagaimana diketahui, Abraham dikenal sebagai orang yang memulai kepercayaan monoteistik. Dari dialah lahir keturunan anak-anak bangsa, yang kemudian dikenal sebagai penganut agama Islam, Yahudi dan Kristen.

Dari Kitab Kejadian, kita dapat mengetahui bahwa Abraham mempunyai dua orang putera dari dua wanita yang ada padanya. Dari Sarah, isterinya yang sah, Abraham mendapat Ishak, dan dari Hagar, budaknya, ia mendapat Ismail. Diketahui, Hagar berasal dari Mesir (Kej 16: 3).

Salah satu perdebatan yang tak pernah selesai antara orang Kristen dan Islam adalah siapa yang dipersembahkan Abraham di Bukit Moria. Dan ini menjadi sebuah lelucon anak cucu Abraham. Orang Islam mengatakan bahwa Ismail yang dipersembahkan, meski dasarnya sangat lemah. Sementara orang Kristen mengatakan Ishak-lah yang dipersembahkan, karena dia merupakan anak sah. Hanya orang Yahudi tidak mau masuk ke dalam perdebatan ini, karena mereka tahu bahwa yang dipersembahkan Abraham adalah seekor kambing.

Bagaimana dari dua putera Abraham ini muncul 3 agama monoteistik? Seperti yang diketahui, Abraham mendapatkan putera sah, yaitu Ishak, yang darinya lahir bangsa Israel. Orang Israel diidentikkan dengan agama Yahudi. Dalam agama Yahudi ada keyakinan mesianistik, dimana Allah akan melaksanakan karya penebusan-Nya.

Selasa, 28 Juni 2022

DANA ASPIRASI: UNTUK RAKYAT ATAU KEKUASAAN

 

Setelah cukup panjang perdebatan pro dan kontra soal dana aspirasi di tengah masyarakat, rapat paripurna DPR kemarin akhirnya memutuskan dana aspirasi sebesar 20 miliyar setiap anggota dewan. Anggota dewan seakan tidak memedulikan suara-suara rakyat; dan lebih parah lagi mereka mengabaikan suara hatinya sendiri. Semuanya karena uang 20 miliyar.

Dalam rapat kemarin, memang ada partai yang dengan tegas menolak. Beberapa ketua umum partai sudah menyerukan agar anggotanya menolak jika nantinya terjadi voting. Akan tetapi, ternyata jumlah “penggila” uang jauh lebih banyak, sehingga merekalah yang memenangi pertaruhan itu.

Jadi, dengan disahkannya dana aspirasi ini, maka setiap anggota DPR akan mendapat uang 20 miliyar setiap tahun. Belum diketahui bagaimana mekanisme pembagiannya dan penggunaannya. Apakah langsung 20 miliyar diterima atau bertahap? Bagaimana penggunaan dan pertanggungjawabannya?

Banyak suara menilai bahwa dana aspirasi ini rawan bagi korupsi. Memang ada desakan kepada KPK untuk memantau “perjalanan” dana aspirasi ini. Namun, sebagaimana yang kita ketahui, sebelum KPK mau melaksanakan tugasnya, DPR sudah siap-siap memangkas kewenangannya. Karena itu, indikasi niat untuk korupsi atas dana aspirasi ini ada.

Akan tetapi, tulisan ini tidak mau mengutak-atik soal korupsi. Kami juga tidak akan mempermasalahkan lagi dana aspirasi yang sudah disahkan paripurna DPR itu. kami hanya mau mengungkapkan sedikit kebingungan kami soal dana aspirasi itu. sebenarnya dana aspirasi itu untuk siapa? Untuk rakyatkah atau untuk melanggengkan kekuasaan?

Senin, 27 Juni 2022

MENGENAL AGRESIFITAS ANAK

 

Banyak orang tua dewasa kini bingung melihat tingkah laku anaknya yang cenderung agresif. Sikapnya tidak seperti anak-anak jaman dulu yang cenderung takut dan hormat pada orang tua. Sedikit-sedikit marah, yang diperlihatkan dengan kata-kata dan nada suara yang tinggi, atau dengan membanting pintu atau benda-benda lain, menyakiti temannya tanpa alasan yang kuat atau merampas barang milik temannya, dan lainnya.

Melihat fenomena agresivitas anak ini selalu muncul pertanyaan, apakah ini faktor perkembangan zaman (lain padang lain belalang) atau memang watak anak. Tak bisa dipungkiri bahwa keduanya sama-sama berperan dalam membentuk agresivitas anak. Tentu kita kenal dengan teori tabula rasa. Anak ibarat kertas putih. Lingkunganlah yang menghiasi lembaran-lembaran itu. Jika lingkungannya bagus, maka kertas itu akan dipenuhi dengan hiasan gambar bagus. Namun jika lingkungannya buruk, dapat dipastikan kertas itu penuh dengan coretan-coretan tak bermakna. Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah mulai dari keluarga, masyarakat, sekolah dan sebagainya.

Jadi, watak agresif anak dapat ditentukan oleh lingkungan. Perlu diketahui bahwa anak adalah peniru paling ulung. Segala apa yang dilihat akan dengan mudah direkam dalam memori alam bawah sadarnya. Segala rekaman itu suatu saat akan muncul, kecuali jika orang tua memberikan pendampingan ketika anak menyaksikan sesuatu yang buruk di lingkungannya.

Mencermati Lingkungan Eksternal

Jumat, 24 Juni 2022

KAJIAN ISLAM ATAS SURAH AL BAQARAH AYAT 129

 


Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka, dan menyucikan mereka. (QS 2: 129)

Publik sudah tahu kalau Al-Qur’an adalah kitab suci umat islam. Ia dijadikan salah satu sumber iman dan peri kehidupan umat islam, selain hadis. Hal ini disebabkan karena Al-Qur’an diyakini berasal dari Allah secara langsung. Artinya, Allah langsung berbicara kepada Muhammad, yang kemudian meminta pengikutnya untuk menuliskannya. Karena itu, umat islam yakin dan percaya apa yang tertulis di dalam Al-Qur’an merupakan kata-kata Allah, sehingga Al-Qur’an dikenal juga sebagai wahyu Allah. Penghinaan terhadap Al-Qur’an berarti juga penghinaan terhadap Allah. Dan ini dilihat sebagai bentuk serangan terhadap Allah. Umat islam diwajibkan untuk membela Allah yang mahakuat dan mahaperkasa itu bila diri-Nya diserang. Hukuman bagi orang-orang yang memerangi Allah, yaitu dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara silang (QS al-Maidah: 33).

Secara umum dapat dikatakan bahwa kitab suci umat islam itu terdiri dari 114 surah. Ada perbedaan dalam memaknai kata “surah” ini, bahkan di kalangan islam sendiri. Ada yang menilainya sebagai “bab’, ada pula yang menganggapnya sebagai “kitab”. Ke-114 surah tersebut dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok, berdasarkan turunnya wahyu Allah. Yang pertama adalah kelompok makkiyyah (surah makkiyyah), surah-surah yang berisi wahyu Allah yang turun saat Muhammad masih berada di Mekkah. Yang kedua adalah surah madaniyyah, surah-surah yang berisi wahyu Allah yang turun saat Muhammad berada di Madinah.

Berangkat dari premis-premis di atas, dapatlah dikatakan bahwa kutipan ayat Al-Qur’an di atas merupakan perkataan Allah yang langsung disampaikan kepada Muhammad saat ia berada di Madinah. Kutipan ayat Allah di atas merupakan kutipan kalimat pertama dari wahyu Allah dalam ayat 129. Membaca wahyu Allah ini tidak boleh dipisahkan dari 2 ayat sebelumnya, karena ketiga ayat ini merupakan satu kesatuan. Wahyu Allah ini berisi doa Ibrahim dan Ismail kepada Allah. Doa tersebut mempunyai tema tersendiri.

Kamis, 23 Juni 2022

KETIKA GEMBALA DITOLAK DOMBA

 

Ketika ditahbiskan, seorang imam memiliki jabatan sebagai gembala. Umat adalah kawanan gembalaannya. Tentulah sangat diharapkan agar seorang imam bisa menampilkan dirinya sebagai seorang gembala yang baik, sebagaimana yang pernah diungkapkan Tuhan Yesus (lih. Yoh 10: 1 – 11) atau yang ditegaskan oleh Petrus (lih. 1Ptr 5: 1 – 11).

Akan tetapi, tak bisa dipungkiri bahwa tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini. Demikian pula seorang gembala. Untuk menjadi gembala yang baik, sebagaimana yang diminta oleh Tuhan, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Ada begitu banyak persoalan dan perjuangan, baik itu menyangkut hal eksternal maupun internal diri gembala itu sendiri.

Paus Fransiskus sendiri, pada bulan Oktober 2014 lalu sudah menyatakan akan adanya gembala yang buruk, yang hanya sibuk dengan kepentingan diri sendiri, menyangkut uang dan kekuasaan. Sekalipun penuh dengan kelemahan dan kekurangan, bukan lantas berarti seorang gembala menyerah begitu saja tanpa ada niat untuk perbaikan diri. Memang tidak ada manusia yang sempurna, tapi setiap kita dipanggil kepada kesempurnaan. Tuhan Yesus pernah bersabda, “… haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Mat 5: 48).

Adanya gambaran gembala yang buruk inilah yang sering membuat domba memberontak. Kita dapat membagi pemberontakan ini ke dalam dua kelompok. Pertama, pemberontakan halus. Umat melakukan perlawanan secara diam. Tampil di permukaan seperti tidak ada pergejolakan. Umat seakan mendengar apa yang dikatakan sang gembala, namun dengan diam mengabaikannya. Perlahan-lahan umat enggan mengikuti kegiatan menggereja, malas mengikuti ekaristi hari Minggu, dan menolak setiap kebijakan sang gembala.

Rabu, 22 Juni 2022

STUDI AL-QUR'AN: AYAT-AYAT CINTA

Umat islam kerap menyatakan agamanya sebagai rahmatan lil alamin, sekalipun aksi teroris begitu marak. Dan biasanya aksi teroris itu berlandaskan pada ajaran islam, yang ada dalam Al-Qur'an. Sebagai rahmatan lil alamin, islam diidentikkan dengan agama kasih. Benarkah islam itu agama kasih. Video berikut ini mencoba menggali ayat-ayat cinta yang ada dalam Al-Qur'an. Dari sini orang bisa menyimpulkan apakah islam itu agama cinta.



Apabila tak bisa diputar, silahkan klik di sini. Selamat menonton!!!

Selasa, 21 Juni 2022

KELUARGA: BENTENG AWAL PERTAHANAN TERHADAP NARKOBA

 

Dewasa kini masalah narkoba cukup menyita perhatian kita. Masalah narkoba bukan hanya soal hukuman mati, melainkan juga soal penyebaran, bahaya pemakaian, bisnis dan rusaknya moral bangsa. Soal bahaya penyalahgunaan narkoba hampir semua kita sudah mengetahuinya. Malah bisa dikatakan bahwa narkoba dapat merusak moral bangsa. Namun menjadi pertanyaan kita, sekalipun sudah tahu berbahaya, kenapa penyebarannya kian marak.

Ketika seorang dosen kedapatan menggunakan narkoba, seakan kita sudah kehilangan pegangan. Dosen atau guru, yang seharusnya memberikan contoh teladan baik bagi generasi muda, justru terlibat dalam dunia haram ini. Dunia pendidikan sebagai benteng pertahanan kaum muda dari serangan bahaya narkoba perlahan mulai runtuh.

Dari data yang ada, pengguna narkoba terbesar berasal dari kalangan kaum muda dan remaja. Mereka umumnya masih berada di bangku pendidikan. Karena itu, jika lembaga pendidikan saja sudah tercemar dengan benda haram ini, lantas kepada siapa kita berharap? Apakah kepada polisi? Sudah menjadi rahasia umum bahwa ada begitu banyak polisi juga terlibat dalam bisnis haram ini. Bandingkan saja dengan kisah mafia narkoba di Amerika dalam film The American Gangster. Memang seperti film itu, kita juga tentu berharap masih ada polisi bersih.

Bukan berarti kita meremehkan polisi atau Badan Narkotika Nasional (BNN), atau lembaga-lembaga lain. Kita masih bisa berharap kepada mereka (mengharapkan hadirnya polisi bersih). Akan tetapi, janganlah menggantungkan pengharapan itu hanya kepada mereka saja. Keluarga hendaknya menjadi benteng pertahanan terakhir melawan gempuran bahaya narkoba ini.

Senin, 20 Juni 2022

PERAN ORANG KRISTEN BAGI NEGARA

 

Tentu kita masih ingat akan pernyataan terkenal dari Mgr. Albertus Soegiyopranoto, SJ tentang menjadi “Katolik 100%, Indonesia 100%” Pernyataan ini mau menunjukkan bahwa kekatolikan dan keindonesiaan tidaklah bertentangan, melainkan harus saling melengkapi. Pernyataan ini bertujuan agar orang kristen, khususnya katolik, mau memberi diri bagi pembangunan dan perkembangan bangsa dan negara.

Tidak adanya pertentangan antara warga dan negara, sebenarnya sudah diisyaratkan oleh Tuhan Yesus sendiri. Hal ini terlihat dari pernyataan-Nya, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” (Mat 22: 21). Tampak jelas Tuhan Yesus tidak membuat pemisahan, apalagi pertentangan.

Dari pernyataan Tuhan Yesus dan Uskup Soegiyo ini dapat dikatakan bahwa para pengikut Kristus hidup dalam sebuah komunitas negara. Ditegaskan bahwa sebagai umat beriman dan beragama, orang tidak bisa terlepas dari perannya sebagai warna negara. Sebagai orang kristen di Indonesia, apa peran kita bagi negara ini?

Dalam Seminar Terbuka Program Paascasarjana Universitas Kristen Indonesia dengan tema Agama dalam Ruang Publik: Ancamankah bagi Negara Hukum? di Kampus UKI Diponegoro, Jakarta, Romo Franz Magnis Suseno, SJ mengajak umat kristiani untuk melihat kembali apa yang tersurat dalam Matius 25. Menurut dia, hal tersebut penting agar umat kristiani sadar dan mau saling menyadarkan tentang tanggung jawabnya terhadap dunia.

Menurut imam kelahiran 26 Mei 1936 ini, Matius 25 menjelaskan kriteria seorang yang akan masuk dalam Kerajaan Allah. Kriteria itu adalah apakah kita memperhatikan mereka yang lapar, yang miskin, yang terpinggirkan dan sebagainya, bukan karena kita banyak berbicara masalah rohani. Kehadiran umat Kristen di tengah masyarakat merupakan kawanan kecil, sehingga seharusnya bisa terasa sebagai unsur positif.

Jumat, 17 Juni 2022

KAJIAN ISLAM ATAS SURAH AN-NAML AYAT 91

 


Aku (Muhammad) hanya diperintahkan menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) yang Dia telah menjadikan suci padanya dan segala sesuatu adalah milik-Nya. Dan aku diperintahkan agar aku termasuk orang muslim. (QS 27: 91)

Kutipan ayat di atas adalah kutipan ayat Al-Qur’an. Umat islam yakin bahwa Al-Qur’an merupakan firman yang berasal dari Allah sendiri. Firman itu disampaikan secara langsung kepada nabi Muhammad SAW (570 – 632 M). Berhubung Muhammad adalah seorang yang tidak bisa membaca dan menulis, maka setelah mendapatkan firman Allah itu dia langsung mendiktekan kepada pengikutnya untuk ditulis. Semua tulisan-tulisan itu kemudian dikumpulkan, dan jadilah kitab yang sekarang dikenal dengan nama Al-Qur’an. Karena itu, apa yang tertulis dalam Al-Qur’an adalah merupakan kata-kata Allah sendiri. Tak heran bila umat islam menganggap kitab tersebut sebagai sesuatu yang suci, karena Allah sendiri adalah mahasuci. Penghinaan terhadap Al-Qur’an adalah juga penghinaan terhadap Allah, dan orang yang melakukan hal tersebut wajib dibunuh. Ini merupakan kehendak Allah sendiri, yang tertuang dalam Al-Qur’an (QS al-Maidah: 33).

Berangkat dari keyakinan umat islam ini, maka kutipan ayat Al-Qur’an di atas haruslah dikatakan merupakan perkataan Allah. Apa yang tertulis di atas, kecuali yang ada dalam tanda kurung, merupakan kata-kata Allah sendiri yang disampaikan kepada Muhammad. Ada 2 kata yang ada dalam tanda kurung, yaitu “Muhammad” dan “Mekkah”. Dapat dipastikan kedua kata tersebut merupakan tambahan kemudian yang berasal dari tangan manusia, bukan asli perkataan Allah. Karena itu, sejatinya wahyu Allah berbunyi sebagi berikut: “Aku hanya diperintahkan menyembah Tuhan negeri ini yang Dia telah menjadikan suci padanya dan segala sesuatu adalah milik-Nya. Dan aku diperintahkan agar aku termasuk orang muslim.”

Dalam perjalanan waktu, umat islam sadar akan kekacauan bahasa dari wahyu Allah tersebut. Mereka bersikukuh bahwa ayat-ayat Al-Qur’an adalah asli wahyu Allah, namun ketika ayat ini dipahami demikian, maka terjadi kekacauan logika. Bagaimana mungkin Allah yang berbicara diperintahkan menyembah Tuhan negeri ini. Hal ini tentu akan memperlihatkan bahwa Allah islam itu tidak hanya satu tetapi dua, yaitu Allah yang bersabda, yang sabda-Nya menjadi kitab suci Al-Qur’an, dan Allah yang disembah oleh Allah yang bersabda. Tentulah ini bertentangan dengan konsep tauhid islam, meski masalah ini ada banyak ditemui dalam Al-Qur’an. Sekali lagi ini membuktikan betapa kacau balaunya Al-Qur’an, sekalipun ia diyakini berasal dari Allah, dan Allah itu maha sempurna. Bagaimana mungkin Allah yang sempurna menghasilkan sesuatu yang tidak sempurna dan kacau balau.

Kamis, 16 Juni 2022

MARI BANGUN RASA PERCAYA DIRI ANAK

Tentulah setiap orangtua ingin agar anaknya memiliki rasa percaya diri yang bagus. Percaya diri (self confidence) adalah keyakinan seseorang akan kemampuan yang dimiliki untuk menampilkan perilaku tertentu atau untuk mencapai target tertentu. Kebanyakan orangtua berpikir bahwa rasa percaya diri yang bagus dapat membantu anak berprestasi dan sukses.

Rasa percaya diri itu bukan bakat, melainkan sebuah kualitas mental (dalam arti pencapaian yang dihasilkan dari proses pendidikan atau pemberdayaan). Setiap anak punya hak untuk dilatih menjadi lebih percaya diri, sesuai dengan keadaannya. Artinya, rasa percaya diri itu bukanlah sesuatu yang sudah ada dalam diri seseorang, melainkan butuh pelatihan.

Kapan anak-anak bisa dilatih untuk menumbuhkan kepercayaan diri? Menurut Erik Erikson, kepercayaan diri ini perlu dilatih dari sejak anak mengenal dunia di luar kandungan atau sejak usia dini. Dengan beranjaknya usia, naluri adaptatifnya anak secara perlahan dan bertahap ingin memupuk kepercayaan dirinya melalui berbagai eksperiensi dan eksplorasi, misalnya dengan menjajal sesuatu, bergerak bebas, dan lain-lain. Kata Erikson, orangtua yang sanggup memberikan kasih sayang dan rasa aman, akan memupuk kepercayaan diri anak. Kasih sayang dan rasa aman itu akan menancapkan kesimpulan dalam pikiran anak: ternyata dunia ini bersikap baik sehingga tak ada alasan untuk takut.

Orangtua yang pintar mengembangkan naluri berotonomi si anak (misalnya bebas bermain atas keputusannya), pintar menyalurkan hak berinisiatif atau orangtua yang pintar memberi kesempatan kepada anak untuk mengasah berbagai kebolehan dan kebiasaan (kompetensi), akan memupuk kepercayaan dirinya, mungkin di bidang yang umum atau mungkin di bidang tertentu.

Memang anak adalah ‘makhluk’ dengan dua sisi. Satu sisi, dia adalah makhluk pasif, tergantung bagaimana orangtua membentuknya; dan di sisi lain, dia adalah makhluk aktif, bisa membentuk dirinya sendiri dan bahkan berhasil membentuk perilaku orangtua. Sebagian perilaku dan respon orangtua dipengaruhi oleh peranannya dalam mempengaruhi.

Karena itu, seperti kata Alfred Adler, model pola asuh yang paling membahayakan bagi perkembangan mental anak adalah terlalu melindungi atau terlalu mengabaikan. Yang menjadi titik tekan di sini bukan melindungi atau mengabaikan, melainkan ‘terlalu’-nya itu.

Selasa, 14 Juni 2022

IJASAH PALSU DAN MATINYA LEMBAGA PENDIDIKAN

Sudah kerap kali kita mendengar isu ijasah palsu Perguruan Tinggi. Topik ini sangat intens diberitakan, baik di media cetak maupun media elektronik, apalagi bila terkait tokoh publik. Memang masalah ini amat sangat memprihatinkan. Lembaga, yang seharusnya memperjuangkan nilai-nilai kejujuran dan kebenaran, justru malah menciptakan kebohongan. Karena itu, tuntutan penanganan yang segera menjadi suatu keharusan.

Fenomena ijasah palsu sebanrnya sudah ada sejak lama. Apakah karena menteri pendidikan tidak mau kongkalikong atau karena adanya persaingan, entah itu di internal atau juga di eksternal kementerian. Tapi, kita patut apresiasi atas keputusan beberapa menteri (menteri pendidikan tinggi dan menteri PAN) menyikapi kasus ijasah palsu ini.

Sebenarnya masalah pendidikan, terkait dengan soal kejujuran dan kebenaran, tidak hanya mengenai ijasah palsu. Masih ada masalah lain yang terkait, yang juga menuntut peran aktif dari kementerian, khususnya menteri pendidikan. Setidaknya ada dua kasus.

Pertama, jual beli skripsi. Dewasa ini banyak mahasiswa mendapatkan skripsinya dengan cara membeli atau meminta orang lain yang membuatnya. Sama seperti ijasah palsu, masalah ini pun sebenarnya bukanlah masalah baru. Praktek jual beli skripsi ini disinyalir sudah ada sejak 5 – 10 tahun lalu. Hal ini dapat dilihat dari layanan iklan jasa pembuatan atau pengetikan skripsi.

Jumat, 10 Juni 2022

KAJIAN ISLAM ATAS SURAH ASY-SYUARA AYAT 196

 


Dan sungguh, (Al-Qur’an) itu (disebut) dalam kitab-kitab orang yang terdahulu. (QS 26: 196)

Publik sudah tahu kalau Al-Qur’an adalah kitab suci umat islam. Ia dijadikan salah satu sumber iman dan peri kehidupan umat islam. Hal ini disebabkan karena Al-Qur’an diyakini berasal dari Allah secara langsung. Artinya, Allah langsung berbicara kepada Muhammad, dan Muhammad kemudian meminta pengikutnya untuk menuliskannya. Karena itu, umat islam yakin dan percaya apa yang tertulis di dalam Al-Qur’an merupakan kata-kata Allah, sehingga Al-Qur’an dikenal juga sebagai wahyu Allah. Karena Allah itu maha benar, maka benar pula apa yang tertulis di dalam Al-Qur’an. Selain itu, Al-Qur’an dinilai suci karena Allah adalah mahasuci. Penghinaan terhadap Al-Qur’an berarti juga penghinaan terhadap Allah. Dalam Al-Qur’an, Allah telah memberi bentuk hukuman bagi mereka yang menghina Allah (QS al-Maidah: 33).

Al-Qur’an dikenal juga sebagai kitab atau keterangan yang jelas. Kata “jelas” di sini dimaknai bahwa apa yang tertulis di dalam Al-Qur’an harus dimaknai secara lugas. Dengan kata lain, ketiga Allah berbicara, Allah tidak menggunakan kata-kata kias. Karena itu, kata “membunuh” harus dipahami dengan tindakan menghilangkan nyawa seseorang, tidak ada makna lain. Demikian pula dengan kata “perang” atau “jihad”. Memang tidak semua perkataan Allah itu selalu bermakna lugas. Ada beberapa yang memiliki makna kias, terlebih kata-kata yang berkonotasi seksual. Misalnya, kata “bercampur” dimaknai dengan bersetubuh. Sekalipun memakai makna kias, tetap saja perkataan Allah itu mudah dipahami, karena Allah sendiri sudah berfirman bahwa diri-Nya telah memudahkan Al-Qur’an supaya mudah dipahami.

Berangkat dari premis-premis di atas, dapatlah dikatakan bahwa kutipan ayat Al-Qur’an di atas merupakan perkataan Allah yang langsung disampaikan kepada Muhammad. Meskipun demikian tetap harus diakui bahwa kutipan di atas tidaklah sepenuhkan merupakan perkataan Allah. Dua kata yang berada di dalam tanda kurang, yaitu “Al-Qur’an” dan juga “disebut”, harus diakui sebagai tambahan kemudian yang berasal dari tangan-tangan manusia. Aslinya wahyu Allah ini berbunyi sebagai berikut: “Dan sungguh, itu dalam kitab-kitab orang yang terdahulu.”

Ketika wahyu Allah berada dalam bentuk aslinya, maka yang dijumpai adalah ketidak-jelasan makna. Dengan demikian, ia bertentangan dengan wahyu Allah sendiri, yang menyatakan Al-Qur’an adalah kitab atau keterangan yang jelas. Membaca kutipan ayat di atas dalam bentuk aslinya hanya menemui ketidak-jelasan. Apa yang dimaksud dengan “itu” dan siapa yang dimaksud dengan “orang-orang yang terdahulu”. Sungguh tidak jelas. Ketidak-jelasan ini akhirnya melahirkan kebingungan bagi umat islam di kemudian hari. Akhirnya, dengan inisiatif mereka kemudian menambahkan dua kata pada wahyu Allah tersebut, yaitu kata “Al-Qur’an” dan “disebut”. Dengan penambahan itu maka wahyu Allah menjadi mudah dipahami, yakni bahwa Al-Qur’an sungguh disebut dalam kitab-kitab orang yang terdahulu. Tentang frase terakhir, umumnya dipahami sebagai orang Yahudi dan Nasrani, sehingga kitabnya adalah Taurat dan Injil.

Kamis, 09 Juni 2022

PERAN IBU DLM PERTUMBUHAN MORAL ANAK

Tentulah setiap orang tua ingin supaya anaknya bertumbuh sehat, baik secara fisik, psikis dan moral. Terkait masalah moral, perlu disadari bahwa nilai-nilai moral pada anak tidak begitu saja muncul dalam diri anak. Nilai-nilai moral merupakan suatu pembelajaran terus menerus yang dimulai dari usia dini. Dan untuk itu, sekalipun belum memasuki usia sekolah, anak membutuhkan begitu banyak “guru” demi tumbuh kembangnya nilai-nilai moral itu. Orang-orang yang ada di sekitar anak, secara khusus ibu, musti berperan aktif membantu anak menemukan nilai moral dan menanamnya dalam dirinya.

Karena itu, suatu tantangan dewasa ini dimana anak lebih banyak diserahkan penanganannya kepada babysitter. Pada umumnya, seorang babysitter hanya membantu orang tua dalam memberi perawatan fisik kepada anak, bukan soal penanaman nilai-nilai moral. Sekalipun seorang babysitter mempunyai peran yang luas, tetaplah tidak boleh diserahkan sepenuhnya soal penanaman nilai-nilai moral ini. Karena, berdasarkan penelitian, ibu adalah kunci utama dalam menumbuh-kembangkan moralitas anak.

Sebuah eksperimen yang dilakukan membuktikan bahwa interaksi ibu dan anak mempunyai pengaruh besar bagi perkembangan moralitas anak. Dari eksperimen itu ditemukan bahwa secara tidak langsung, percakapan antara ibu dan anak dapat membuat anak menunjukkan ekspresi perasaan bersalah saat ia melakukan hal yang negatif, serta lebih memahami perasaan orang lain.

Intensitas percakapan dapat mempercepat pemahaman anak. Percakapan yang dibangun antara ibu dan anak memungkinkan anak menumbuhkan kompetensi bahasanya. Komunikasi yang terjalin dapat menjadi wadah untuk bertukar ide dan konsep antara ibu dan anak sehingga anak dapat memahami dunia orang dewasa juga berkontribusi dalam menumbuhkan pemahaman psikologis orang lain.

Tiga tahun pertama merupakan fondasi bagi moralitas anak. Percakapan antara ibu dan anak penting untuk dibangun sejak dini karena dasar perkembangan moral anak ada pada tiga tahun pertamanya. Selain percakapan yang harus dibangun sejak dini antara ibu dan anak, penting pula untuk bisa menciptakan interaksi yang menyenangkan dengan anak. Interaksi yang menyenangkan sudah terbukti dapat memediasi respon timbal balik antara ibu dan anak dengan kognisi atau emosi serta perilaku moral anak di masa depan. Suasana hati yang positif dapat tumbuh selama interaksi yang menyenangkan antara ibu dan anak terjalin sehingga meningkatkan penerimaan anak terhadap ibunya. Penerimaan anak terhadap ibunya dapat mempermudah ibu untuk menanamkan nilai-nilai moral.

Jadi, begitu pentingnya peran seorang ibu dalam menanamkan nilai-nilai moral kepada anak. Dan hal ini dapat terjadi dengan adanya kedekatan relasi. Kedekatan inilah yang menjadi pintu masuk untuk terciptanya komunikasi yang menyenangkan. Ibu dapat melakukannya dengan bercakap-cakap sambil bermain atau dengan menceritakan dongeng yang penuh dengan nilai-nilai moral.

Sekalipun seorang ibu terlibat aktif di luar, mungkin sebagai wanita karier, hendaknya tugas ini tidak diambil alih oleh seorang babysitter. Tugas ini hendaknya menjadi tugas seorang ibu, dan dibantu oleh sang ayah. Karena itu, ibu yang bekerja harus menyempatkan diri untuk berbincang dengan meluangkan waktunya untuk berkomunikasi dengan anak. Sesibuk apapun seorang ibu, hendaklah anak tetap dapat merasakan adanya keterikatan dengan ibunya. Dengan adanya rasa keterikatan itu, anak akan lebih mudah memahami pesan-pesan moral yang ditanamkan oleh sang ibu. 

Rabu, 08 Juni 2022

DOA SEORANG WANITA PENGHIBUR

 

Di hadapan para muridnya, sang Guru Agung duduk bersila. Tak lama kemudian ia bercerita. “Ada seorang perempuan. Sore, setelah selesai mandi, perempuan itu khusyuk berdoa: ‘Tuhan, berilah malam ini pria hidung belang yang banyak dan royal. Ibu sedang sakit. Aku butuh duit untuk biaya berobat. Kabulkanlah doa hamba-Mu yang hina ini. Amin!’

Setelah berdoa, ia segera mengenakan pakaian “dinas”-nya, merias wajahnya dengan make up supaya kelihatan menarik. Sesudah semuanya beres, ia ke luar rumah dan berjalan menuju tempat biasanya ia mangkal bersama wanita-wanita seprofesi.

Sungguh di luar dugaan, dia mendapatkan pengguna jasanya cukup banyak. Kalau biasanya dia hanya melayani maksimal 2 orang sepanjang malam, kali itu ia mendapat 5 orang hingga pagi. Semuanya royal dan murah hati. Perempuan itu mendapatkan uang yang banyak.”

Cerita berhenti sampai di situ. Suasana hening. Para murid serius mendengarkan cerita sang Guru Agung. Dan mereka masih menunggu kelanjutannya.

Tak lama kemudian sang Guru Agung angkat bicara. Ia bertanya, “Menurut kalian, apakah doa perempuan itu dikabulkan Tuhan atau kebetulan saja?”

Langsung saja suasana hening pecah dalam suasana debat dan diskusi. Ada murid yang menyatakan bahwa Tuhan telah mengabulkan doa perempuan itu. Ada juga murid yang menentangnya. Bagi mereka, mana mungkin Tuhan mendengarkan doa seorang pelacur. Berbagai argumen tumpah ruah di ruangan itu. Debat pun semakin seru di antara para murid. Sang Guru Agung hanya diam dalam diamnya.

Tiba-tiba seorang murid bersuara. “Menurut Guru gimana?”

Sang Guru Agung menatap wajah para muridnya satu per satu dengan bijak. Lalu ia berkata, “Aku tidak tahu. Yang kutahu, besok paginya perempuan itu membawa ibunya ke rumah sakit untuk berobat, dan setelah itu ia menghaturkan syukur terimakasih kepada Tuhan.”

Selasa, 07 Juni 2022

SALAH PAHAM SOAL TRANSPARANSI KEUANGAN

Gereja adalah bagian dari dunia. Karena itu prinsip-prinsip keduniaan, meski tidak semuanya, dapat diadopsi oleh Gereja. Salah satunya adalah soal transparansi laporan keuangan. Sudah saatnya pengelolaan harta benda Gereja, termasuk keuangan, dilakukan secara transparan agar umat mengetahuinya.

Ada beberapa alasan kenapa Gereja, dalam hal ini paroki, harus transparan dalam pengelolaan keuangan. Pertama, sumber keuangan paroki adalah dari umat (kolekte, intensi, stipendium, donasi, dll). Oleh karena itu, adalah hak umat untuk mengetahui pengelolaan keuangan paroki: berapa yang masuk, bagaimana dikelola, bagaimana pemakaiannya, berapa keluar, berapa hasil akhirnya, dll. Dapatlah dikatakan bahwa transparansi merupakan bentuk akuntabilitas.

Kedua, dengan adanya transparansi keuangan berarti umat dilibatkan; umat menjadi berpartisipasi aktif. Di sini umat akan merasa memiliki Gereja (cinta akan parokinya), melalui kontrolnya atas laporan keuangan yang dibuat secara transparan.

Ketiga, semua manusia memiliki kelemahan, terlebih dalam hal uang. Manusia, sekalipun imam, sangat rentan terhadap penyalahgunaan uang. Karena itu benar kata orang bahwa korupsi tidak pandang bulu. Korupsi bukan hanya milik para pejabat negara, tetapi juga bisa melanda pejabat Gereja (baca: hirarki): uskup, imam dan suster. Dengan adanya transparansi maka bahaya penyelewengan keuangan bisa diminimalisir.

Senin, 06 Juni 2022

CATATAN HUJAN BULAN MEI

Pada catatan hujan bulan April lalu, dengan memperhatikan catatan hujan tahun 2021, diprediksikan curah hujan bulan Mei relatif tinggi, meski tetap ada keraguan juga. Dan setelah pemantauan selama sebulan di Ujung Beting, akhirnya bisa dikatakan bahkan curah hujan bulan Mei tidak jauh berbeda dengan bulan sebelumnya. Ada sekitar 13 hari dimana hujan turun, dan hanya 2 hari saja hujan turun dengan intensitas ringan. Jadi, dapat dikatakan bahwa sepanjang bulan Mei lebih banyak hari dimana hujan tidak turun.

Minggu terakhir bulan Mei hujan sama sekali tidak turun. Awalnya diprediksikan kemarau sudah datang. Akan tetapi, 2 hari pertama di bulan Mei hujan turun. Di Ujung Beting hari pertama hujan sangat lebat disertai dengan petir, sedangkan hari kedua hujan ringan. Kebalikan dengan di Dabo. Hujan lebat di Dabo justru hari kedua. Apakah bulan Juni ini masih hujan? Pemantauan akan dilakukan dari Dabo. 

Jumat, 03 Juni 2022

KAJIAN ISLAM ATAS SURAH AL BAQARAH AYAT 129


Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka, dan menyucikan mereka. (QS 2: 129)

Publik sudah tahu kalau Al-Qur’an adalah kitab suci umat islam. Ia dijadikan salah satu sumber iman dan peri kehidupan umat islam, selain hadis. Hal ini disebabkan karena Al-Qur’an diyakini berasal dari Allah secara langsung. Artinya, Allah langsung berbicara kepada Muhammad, yang kemudian meminta pengikutnya untuk menuliskannya. Karena itu, umat islam yakin dan percaya apa yang tertulis di dalam Al-Qur’an merupakan kata-kata Allah, sehingga Al-Qur’an dikenal juga sebagai wahyu Allah. Penghinaan terhadap Al-Qur’an berarti juga penghinaan terhadap Allah. Dan ini dilihat sebagai bentuk serangan terhadap Allah. Umat islam diwajibkan untuk membela Allah yang mahakuat dan mahaperkasa itu bila diri-Nya diserang. Hukuman bagi orang-orang yang memerangi Allah, yaitu dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara silang (QS al-Maidah: 33).

Secara umum dapat dikatakan bahwa kitab suci umat islam itu terdiri dari 114 surah. Ada perbedaan dalam memaknai kata “surah” ini, bahkan di kalangan islam sendiri. Ada yang menilainya sebagai “bab’, ada pula yang menganggapnya sebagai “kitab”. Ke-114 surah tersebut dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok, berdasarkan turunnya wahyu Allah. Yang pertama adalah kelompok makkiyyah (surah makkiyyah), surah-surah yang berisi wahyu Allah yang turun saat Muhammad masih berada di Mekkah. Yang kedua adalah surah madaniyyah, surah-surah yang berisi wahyu Allah yang turun saat Muhammad berada di Madinah.

Berangkat dari premis-premis di atas, dapatlah dikatakan bahwa kutipan ayat Al-Qur’an di atas merupakan perkataan Allah yang langsung disampaikan kepada Muhammad saat ia berada di Madinah. Kutipan ayat Allah di atas merupakan kutipan kalimat pertama dari wahyu Allah dalam ayat 129. Membaca wahyu Allah ini tidak boleh dipisahkan dari 2 ayat sebelumnya, karena ketiga ayat ini merupakan satu kesatuan. Wahyu Allah ini berisi doa Ibrahim dan Ismail kepada Allah. Doa tersebut mempunyai tema tersendiri.

Kamis, 02 Juni 2022

MENJADI "TUAN" ATAS EMOSI DIRI

Emosi, yang dimengerti sebagai perasaan marah yang meledak-ledak, biasanya muncul ketika kita mendapat tekanan yang melampaui batas kesabaran. Misalnya, seorang ibu sedang sibuk memasak di dapur pada jam 11.00, sementara jadwal makan siang jam 12.00. Sebelumnya ia mendapat berita dari anaknya di kota untuk segera kirim uang sekolah, sementara tagihan listrik belum bayar. Saat sibuk di dapur, anaknya bungsu rewel terus menerus. Dapatlah dipastikan emosi ibu ini akan mudah atau segera meledak.

Tentulah di antara kita pernah mengalami situasi seperti ibu di atas, entah di rumah, tempat kerja ataupun dalam kehidupan masyarakat. Kita menghadapi banyak tekanan, baik yang berasal dari luar diri kita maupun dari dalam diri sendiri. Di saat kita tak bisa lagi menahan tekanan itu, maka amarah akan terlihat. Amarah yang meledak-ledak ini dapat hanya berupa umpatan kata-kata, bisa juga berwujud tindakan, baik yang terarah kepada obyek kemarahan ataupun obyek pelampiasan.

Emosi yang tidak terkendali bisa berbahaya bagi orang lain dan juga diri sendiri. Karena itu, sangat diharapkan agar kita memiliki kemampuan mengendalikan emosi. Dibutuhkan tingkat kematangan dan kecerdasan emosi. Jauh lebih baik bila kita mengendalikan emosi daripada emosi yang mengendalikan kita.

Ada banyak buku menawarkan cara mengendalikan emosi. Intinya adalah emosi itu penting namun musti dikelola dengan baik dan benar. Kemampuan mengelola emosi dapat membantu kita meningkatkan kecerdasan emosi. Ada dua aspek cara peningkatan kecerdasan emosi, yaitu aspek personal dan aspek sosial.

A.   Aspek Personal

Rabu, 01 Juni 2022

BELAJAR DARI YESUS SOAL RELASI DENGAN ORANG BERADA

Ketika sedang dalam perjalanan, Tuhan Yesus melihat seorang pemungut cukai bernama Matius. Ia sedang duduk di kantornya. Tanpa basa-basi, Tuhan Yesus memanggilnya untuk mengikuti Dia. Dan Matius pun segera berdiri dan meninggalkan pekerjaannya, lalu mengikuti Yesus.

Menjelang malam, Matius mengundang Tuhan Yesus dan para rasul-Nya ke rumahnya. Dia mengadakan acara makan-makan. Turut hadir di sana rekan-rekan kerjanya, para pemungut cukai. Tuhan Yesus duduk makan bersama dengan mereka. Sambil menikmati sajian tuan rumah, Dia bersenda gurau dengan mereka. Suasana terasa santai dan ramai.

Kebetulan peristiwa tersebut disaksikan oleh orang-orang Farisi. Mereka kaget dan merasa jijik menyaksikan Tuhan Yesus bergaul dengan para pemungut cukai. Kepada para rasul, kaum Farisi ini berkomentar, “Mengapa Gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai? Bukankah mereka itu orang berdosa?”

Tanpa diduga, komentar mereka itu didengar Tuhan Yesus. Maka Tuhan Yesus keluar menghampiri mereka dan berkata, “Bukan orang sehat yang memerlukan dokter, tetapi orang sakit. Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa, supaya mereka bertobat.”

Kisah di atas dapat dibaca dalam Injil Lukas 5: 27 – 32. Kisah ini sungguh sangat menarik untuk direnungkan, terlebih bagi para imam. Kenapa harus para imam? Sebagaimana diketahui, imam adalah alter Christi. Imam, karena rahmat tahbisannya, menjadi identik dengan Yesus. Karena itu, kisah ini menjadi lebih menarik untuk direnungkan bagi para imam. Karena dikhususkan buat para imam, maka fokus renungannya bukan pada kaum Farisi, melainkan Tuhan Yesus.