Sabtu, 11 Oktober 2014

Gembala yang Buruk

PAUS INGATKAN SOAL GEMBALA YANG BURUK
Paus Fransiskus membuka Sinode para uskup dari seluruh dunia pada Minggu (5/10) di Vatikan -  dengan mengingatkan tentang “gembala yang buruk” yang terlalu membebani umat berimanPaus Fransiskus berbicara dalam homili pada Misa pembukaan Sinode di Basilika Santo Petrus yang berfokus pada perjuangan kehidupan keluarga modern.

Mengacu pada bacaan Misa untuk hari itu dan peringatan Nabi Yehezkiel tentang gembala yang memikirkan diri mereka sendiri, bukan domba mereka, Paus mengatakan sejumlah gembala juga tergoda oleh “keserakahan demi uang dan kekuasaan.”

Perjalanan Kaul Kemiskinan: Sebuah Permenungan


Kaul kemiskinan merupakan satu dari tiga kaul yang diucapkan oleh mereka yang ditahbiskan menjadi imam serta mereka yang mengikatkan dirinya pada suatu Lembaga Hidup Bakti. Istilah kaul lebih sering digunakan untuk biarawan dan biarawati, yang masuk dalam Lembaga Hidup Bakti, sedangkan istilah janji dipakai untuk imam non Lembaga Hidup Bakti atau imam diosesan. Dalam tulisan permenungan ini istilah yang dipakai cuma “kaul” saja. Dengan penyebutan atau penulisan kata “kaul” berarti termaksud juga istilah “janji”.

Di atas sudah dikatakan bahwa kaul kemiskinan ini merupakan salah satu dari tiga kaul. Ketiga kaul itu adalah kemiskinan, kemurnian (selibat) dan ketaatan. Ketiga kaul ini termasuk tiga nasehat Injil, dengan catatan dilakukan demi kerajaan Allah. Tiga nasehat Injil ini didasarkan pada sabda dan teladan Tuhan dan dianjurkan oleh para Rasul, para Bapa-bapa Gereja. Maka nasehat-nasehat itu merupakan kurnia ilahi, yang oleh Gereja diterima dari Tuhan dan selalu dipelihara dengan bantuan rahmat-Nya demi tercapainya cinta kasih sempurna. (Lumen Gentium no 43, Perfectae Caritatis no 1).

Renungan Hari Sabtu Biasa XXVII - Thn II

Renungan Hari Sabtu Biasa XXVII, Thn A/II
Bac I    Gal 3: 22 – 29; Injil               Luk 11: 27 – 28;

Bacaan pertama hari ini diambil dari Surat Paulus kepada Jemaat di Galatia. Dalam suratnya itu, Paulus menjelaskan bahwa ada tahapan perkembangan iman. Menurut Paulus, sebelum Yesus Kristus datang manusia berada dalam tahap Taurat. Manusia berada di bawah pengawalan hukum Taurat. Hukum Taurat merupakan penuntun bagi umat manusia sampai Tuhan Yesus datang, sehingga dengannya manusia dibenarkan oleh iman (ay. 24). Dan ketika Kristus sudah datang, maka umat manusia dapat meninggalkan hukum Taurat itu dan hidup dalam Kristus. Paulus mengajak agar dengan kedatangan Kristus umat senantiasa mengenakan Kristus. Karena dengan demikian mereka bukan hanya menjadi keturunan Abraham, melainkan juga berhak menerima janji Allah (ay. 29).

Tahapan perkembangan iman juga terlihat dalam Injil hari ini. Dikisahkan bahwa ketika Tuhan Yesus memberi pengajaran kepada orang banyak, seorang perempuan berseru memuji Yesus. Ia memuji karena terpesona pada pengajaran Yesus. Akan tetapi, pujian itu bukannya dialamatkan kepada Tuhan Yesus, melainkan kepada ibu yang telah melahirkan-Nya. Di sini Tuhan Yesus melihat bahwa perempuan itu masih dalam tahapan duniawi. Karena itu, Tuhan Yesus mengajak dia dan semua pendengar-Nya untuk beralih kepada tahapan iman: mendengarkan dan memelihara Firman Allah. Secara tidak langsung Tuhan Yesus mau mengajak orang banyak agar tidak hanya berhenti pada tahapan duniawi saja, tetapi juga sampai pada tahapan iman.

Hidup manusia selalu mengalami perkembangan. Ada banyak tahapan perkembangan dalam hidup manusia. Perkembangan itu selalu terarah kepada sesuatu yang jauh lebih baik daripada sebelumnya. Melalui sabda-Nya hari ini, Tuhan menyadarkan kita bahwa sekalipun kita hidup di dunia, hendaklah kita juga mengalami perkembangan iman. Tuhan menghendaki agar kita hidup dalam iman meskipun kita hidup di dunia. Salah satu ciri hidup iman itu adalah kesediaan mendengar dan melaksanakan sabda Tuhan.

by: adrian