Jumat, 25 September 2015

Cara Masuk Sorga

Pada suatu pengajaran Sekolah Minggu. Seperti biasa kakak Pembina mengawali dengan pembacaan teks Kitab Suci. Kali itu teks Kitab Suci diambil dari Injil Matius 19: 16 – 26 tentang bagaimana masuk ke dalam kerajaan sorga.
Usai membacakan teks Kitab Suci, kakak Pembina mengajukan pertanyaan kepada anak-anak.
Kakak          : Kalau kakak melaksanakan sepuluh perintah Allah, apakah kakak akan masuk sorga?
Anak-anak   : Tidak!
Kakak         : Kalau kakak ikut perayaan ekaristi setiap hari, rajin bersih-bersih gereja dan halamannya?
Anak-anak   : Tidak juga.
Kakak          : Kalau kakak menjual harta kakak dan memberinya ke orang miskin, apakah kakak akan masuk sorga?
Anak-anak   : Tidak!
Kakak          : Kalau begitu, bagaimana supaya kakak dapat masuk sorga?
Anton          : Kakak harus mati dulu.
Kakak         : #$@%^&%$@???
edited by: adrian
Baca juga humor lainnya:

Renungan Hari Jumat Biasa XXV - Thn I

Renungan Hari Jumat Biasa XXV, Thn B/I
Bac I  Hag 2: 1b – 9; Injil                    Luk 9: 19 – 22;

Hari ini bacaan pertama masih diambil dari Kitab Hagai. Dalam bacaan pertama ini, melalui Nabi Hagai, Allah memperkenalkan diri-Nya. Perkenalan ini berkaitan dengan Rumah-Nya yang dibangun umat Israel. Dari warta Nabi Hagai ini dapatlah disimpulkan bahwa Allah Israel itu maha hebat. Demi kemegahan Rumah-Nya, Dia dapat “menggoncangkan segala bangsa, sehingga barang yang indah-indah kepunyaan segala bangsa datang mengalir.” (ay. 7). Di sini terlihat gambaran Allah, yaitu maha hebat dengan segala kemegahannya.
Tema perkenalan diri juga terlihat dalam Injil hari ini. Dalam Injil, Tuhan Yesus, yang adalah Allah, memperkenalkan diri. Memang bukan perkenalan itu bukan langsung dari Tuhan Yesus, melainkan dari para murid-Nya. Mewakili para rasul, Petrus memperkenalkan bahwa Tuhan Yesus adalah “Mesias dari Allah.” (ay. 20). Akan tetapi, gambaran Allah dalam Injil berbeda dengan gambaran Allah bacaan pertama. Dalam Injil gambaran Allah, yang tampak dalam diri Tuhan Yesus adalah Allah menderita, bukan Allah maha hebat dengan segala kemegahannya.
Melalui sabda Tuhan hari ini, kita dapat mengetahui bahwa Allah kita memiliki dimensi kuat dan lemah. Kuat dengan segala kemegahannya, dan lemah dengan penderitaannya. Karena itu, sabda Tuhan mengajarkan kita untuk tidak lari dari penderitaan. Allah saja memeluk penderitaan, kenapa kita harus takut. Gambaran Allah penderita mau menunjukkan solidaritas Allah pada manusia yang mengalami penderitaan, sehingga dengan demikian manusia tidak lari dari penderitaan atau malah mengutuknya.***

by: adrian