Rabu, 28 November 2012

Novena Medali Wasiat St. Maria


Novena Medali Wasiat
Santa Maria

Ya Santa Perawan Maria yang dikandung tanpa dosa,
Bunda Tuhan kami Yesus dan Bunda kami,
dengan mengandalkan perantaraanmu
yang berdaya kuasa dan tak pernah sia-sia,
sebagaimana begitu sering terbukti melalui Medali Wasiat,
kami anak-anakmu yang terkasih
dengan penuh kepercayaan memohon kepadamu
untuk memperolehkan bagi kami rahmat dan pertolongan
yang kami mohonkan dalam novena ini,
asal bermanfaat bagi jiwa-jiwa kami yang fana,
dan jiwa-jiwa yang kami doakan.

(Sebutkan permohonan Anda...................)

Engkau tahu, ya Maria,
betapa sering jiwa kami menjadi sanctuarium Putramu
yang benci akan dosa.
Sebab itu, sudi perolehkanlah bagi kami
kebencian mendalam akan dosa
dan kerinduan akan kesucian hati
yang akan mengikatkan kami kepada Tuhan semata
sehingga setiap pikiran, perkataan dan perbuatan kami
terarah demi kemuliaan-Nya yang terlebih lagi.

Perolehkanlah juga bagi kami
semangat doa dan penyangkalan diri
agar dengan penitensi kami dapat memulihkan kembali
apa yang telah hilang akibat dosa
dan pada akhirnya sampai ke tempat tinggal abadi
di mana engkau adalah Ratu para malaikat dan manusia.
Amin.

"O Maria, yang dikandung tanpa dosa,
doakanlah kami yang berlindung padamu.” 3x


NB. Aflat* tiap-tiap kali 300 hari.
 *Aflat, artinya diulangi selama 300 hari berturut-turut, jika lengah mulai lagi dari awal.

Untuk Diketahui tentang Medali Wasiat

Medali wasiat
“Medali Wasiat” merupakan lempengan logam atau sejenisnya, mirip seperti koin, berbentuk bulan lonjong. Pada sisi yang satu ada gambar Bunda Maria berdiri di atas bola bumi dengan tangan terantang ke bawah. Di kepala Maria ada lingkaran dua belas bintang. Pada jari- jari Maria terdapat cincin yang berlapis permata besar dan kecil yang memancarkan sinar indah. Ini melambangkan rahmat yang dilimpahkan kepada mereka yang memintanya. Di sekeliling medali itu tertulis suatu doa, “Ya Maria yang dikandung tanpa noda dosa, doakanlah kami yang berlindung kepada-Mu.” Salah satu hal yang menarik dari tulisan doa itu adalah bahwa pernyataan ‘Maria yang dikandung tanpa noda dosa’ 24 tahun kemudian menjadi sebuah dogma Gereja, yaitu “Maria dikandung tanpa noda dosa”.

Sedangkan di sisi lainnya ada gambar huruf “M” dengan sebuah salib di atasnya. Huruf ‘M’ jelas mengacu pada “Maria” dan salib menunjuk pada “Yesus”. Ini mau mengatakan bahwa kesatuan antara Bunda Maria dengan Yesus tak terpisahkan. Di bawah huruf “M” itu terdapat gambar dua hati, yang satu hati berlingkarkan mahkota duri, yang lain hati tertusuk pedang. Dua hati itu merujuk pada pribadi Yesus (hati bermahkotakan duri) dan Bunda Maria (hati yang tertusuk pedang). Kedua gambar hati itu melambangkan penderitaan Yesus dan Maria yang terpadu demi penebusan dosa-dosa kita. Di sisi gambar ini ada dua belas bintang sebagai simbol dua belas rasul sebagai dasar Gereja.

Medali wasiat ini tak bisa dilepaskan dari sosok Santa Katarina Laboure, seorang biarawati dari Suster Puteri Kasih (PK), karena kepada dialah medali itu diserahkan. Artinya, St Katarinalah orang pertama yang menerima medali itu dan meneruskannya. Itu terjadi pada 27 November 1830, saat ia meditasi di kapel biara. Pada saat itu Bunda Maria menampakkan dirinya kepada St Katarina. Ini adalah penampakan yang kedua. Pada penampakan itu St Katarina melihat gambar tersebut dan Bunda Maria memintanya agar apa yang dilihatnya dibuatkan dalam bentuk medali

Nama “Medali Wasiat” merupakan terjemahan dari “miraculous medal.” Awalnya nama asli medali itu ialah “Medali Maria yang dikandung tanpa noda.” Karena kemudian terjadi banyak sekali mukjizat melalui doa kepada Santa Perawan Maria dari medali itu, maka medali itu kemudian disebut oleh umat pada umumnya sebagai Medali Wasiat. Bahkan banyak orang tidak lagi mengetahui nama asli medali itu.

Berkaitan dengan medali-medali Bunda Maria, Direktorium tentang Kesalehan Umat dan Liturgi, yang diterbitkan Vatikan pada tahun 2002, mengatakan bahwa medali-medali itu merupakan kesaksian iman dan tanda hormat kepada Bunda Maria serta tanda penyerahan diri kepada perlindungan Bunda Maria. Gereja mengharapkan agar melalui medali itu umat semakin percaya kepada Bunda Maria dan menuntut kesaksian hidup yang serasi. (no 206).

Tentang simbolisme yang ada dalam medali itu, Direktorium mengatakan: “Medali ini mengungkapkan misteri penebusan, kasih Hati Yesus yang mahakudus dan Hati Maria yang berduka-cita. Medali ini mengungkapkan peran Santa Perawan Maria sebagai pendoa, mengungkapkan misteri Gereja, hubungan antara surga dan dunia, antara hidup sementara di dunia ini dan hidup abadi.” (no 207).

Akan tetapi perlu diwaspadai agar medali ini tidak dijadikan jimat, melainkan dikenakan dengan sikap doa yang tekun, penuh iman dan hidup kristiani yang baik.

by: adrian

Orang Kudus 28 November: St. Katarina Laboure

Santa katarina laboure, perawan
Zoe Laboure – nama kecil Katarina Laboure – lahir di desa Fainles Mautiers, Perancis, pada 2 Mei 1806. Mula-mula ia bekerja sebagai pelayan; kemudian ia masuk biara Suster-suster ‘Puteri Kasih’ dengan nama ‘Katarina’. Ia seorang suster yang amat sederhana namun saleh, sangat rajin dan penuh pengabdian. Sepanjang hidupnya ia tidak pernah belajar membaca dan menulis. Beberapa hari setelah menjadi postulan di biara Rue de Bac, Paris, Bunda Maria menampakkan diri kepadanya.

Pada tengah malam tanggal 18/19 Juli 1830, ia terjaga dari tidurnya karena suatu suara yang ajaib yang memanggilnya sebanyak tiga kali, “Suster Laboure..., Suster Laboure..., Suster Laboure!” Ia tersentak bangun dan tampaklah di hadapannya seorang anak kecil berusia kira-kira 4/5 tahun. Anak kecil ini mengajaknya ke kapel.

“Bunda Maria menanti engkau di kapel!” Kata anak kecil itu.

Dalam sikap ragu-ragu, penuh tanda tanya dan takut, Suster Katarina bersama anak kecil ajaib itu melangkah ke kapel. Herannya, semua pintu kapel terbuka dengan sendirinya, lilin-lilin dan lampu-lampu di dalam kapel itu menyala. Dan benarlah pemberitahuan anak kecil itu!

Setelah menunggu setengah jam lamanya, tiba-tiba anak kecil itu berseru, “Lihat, itulah Bunda Maria!”

Bunda Maria muncul dan berlutut menyembah Sakramen Mahakudus, lalu duduk di kursi Pastor Kepala. Suster Katarina segera mendekatinya dan meletakkan tangannya di atas pangkuan Bunda Maria. Lebih dari dua jam lamanya Bunda Maria berbicara dengan Katarina perihal tugas perutusannya yang dipercayakan Tuhan kepadanya.

Pada tanggal 27 November 1830, jam setengah enam malam, sekali lagi Bunda Maria menampakkan diri kepadanya dalam rupa sebuah gambar: Bunda Maria tampak sedang berdiri di atas bola bumi dengan berkas-berkas cahaya ajaib memancar dari tangannya. Bila bumi itu dikelilingi tulisan berikut: “Oh Maria yang dikandung tanpa noda dosa, doakanlah kami yang berlindung padamu!” Gambar itu lalu membalik dan menampakkan huruf “M”; di atasnya terdapat sebuah hati dan salib yang saling berhubungan. Sementara itu terdengar olehnya suruhan Bunda Maria agar ia segera membuat satu medali yang berbentuk bulat lonjong seperti yang tergambar dalam tanda penampakan itu.

Bunda Maria berjanji, “Semua orang yang mengenakan medali ini pada lehernya akan memperoleh karunia khusus.”

Katarina meneruskan pesan tersebut kepada yang berwajib. Lalu sesuai suruhan Bunda Maria, dibuatlah medali tersebut dan segera disebarluaskan kepada umat. Banyaklah permohonan yang terkabulkan karena medali tersebut, misalnya penyembuhan, pertobatan, dll. Semuanya itu sungguh-sungguh ajaib, karena semua hal-hal itu memang tak dapat diatasi dengan cara biasa.

Penampakan itu terus berlanjut beberapa kali lagi sampai bulan September 1881. Kemudian Suster Katarina menceritakan penampakan-penampakan itu dengan jelas kepada Pastor Aladel, Bapa Pengakuannya. Setelah diselidiki dengan seksama, pastor itu memohon kepada Uskup Agung de Quelen di Paris untuk memberikan restu dan izin bagi pembuatan medali tersebut. Medali inilah yang sekarang lazim disebut ‘medali wasiat’. Kata ‘wasiat’ tidak menunjuk kepada hasil yang diperoleh umat oleh karena memakai medali itu, melainkan menunjuk pada asal dan cara bagaimana medali itu terjadi.

Katarina melanjutkan cara hidupnya dalam kesederhanaan dan kerendahan hati dengan melakukan tugasnya sebagai penjaga pintu dan tukang masak di biara Enghien-Reuilly. Rahasia penampakan Bunda Maria yang dialaminya tidak diketahui oleh rekan-rekannya sebiara. Delapan bulan sebelum kematiannya, barulah ia menceritakan beberapa penampakan yang dialaminya kepada Suster Dufes, superiornya. Katarina Laboure meninggal dunia pada 31 Desember 1876 dalam usia 70 tahun. Ia digelari ‘beata’ pada tahun 1933 dan dinyatakan ‘santa’ pada tahun 1947 oleh Paus Pius XII (1939 – 1958).

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Rabu sesudah HR Kristus Raja - Thn II

  Renungan Hari Rabu Pekan Biasa XXXIV B/II
Bac I : Why 15: 1 – 4; Injil       : Luk 21: 12 – 19

Injil hari ini melanjutkan kisah Injil kemarin tentang kehancuran Yerusalem. Jika kemarin kehancuran itu terlihat dari tanda-tanda yang terjadi di luar diri kita, kini "kehancuran" itu kita alami. "kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku." (ay. 12). Dan juga "kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku." (ay. 16 - 17).

Namun, sama seperti Injil kemarin, inti dari pesan Yesus bukan terletak pada warta "kehancuran" itu melainkan pada ajakan untuk bersaksi. "Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi." (ay. 13).

Lewat sabda Tuhan hari ini Yesus mau mengajak kita untuk bersaksi tentang Dia dalam situasi sulit dan bahaya. Artinya, bersaksi tentang Dia jangan hanya di saat kita mengalami suka, melainkan juga di saat duka. Yesus menghendaki agar kita tak perlu takut untuk bersaksi karena "kehancuran" yang kita alami, sebab Dia akan menyertai kita.

Semoga sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita untuk mau bersaksi tentang Dia dalam setiap peristiwa kehidupan kita, baik suka maupun duka, di manapun kita berada.

by: adrian