Rabu, 02 Mei 2018

Pesan Paus Fransiskus Untuk Hari Komunikasi Sosial Sedunia 2018: Berita Palsu dan Jurnalisme Perdamaian

Saudara dan saudari yang terkasih,
Komunikasi adalah bagian dari rencana Allah bagi kita dan jalan utama untuk menjalin persahabatan. Sebagai manusia kita diciptakan seturut gambar dan rupa Sang Pencipta, dan karenanya kita bisa mengungkapkan dan membagi hal-hal yang benar, baik dan indah. Kita mampu melukiskan pengalaman-pengalaman kita sendiri serta tentang dunia sekitar kita, dengan demikian menciptakan kenangan sejarah dan pengertian tentang pelbagai peristiwa. Namun, apabila kita begitu saja menuruti hasrat pribadi serta kebanggaan pada diri, maka kita dapat merusak cara kita memanfaatkan kemampuan berkomunikasi. Hal ini dapat dilihat sejak awal sejarah, dalam dua kisah alkitabiah tentang Kain dan Habel serta Menara Babel (bdk. Kej 4: 4 – 16; 11: 1 – 9). Kemampuan untuk memelintir kebenaran merupakan fenomena yang melekat pada kemanusiaan kita, baik pribadi maupun masyarakat. Sebaliknya, manakala kita setia pada rencana Allah, maka komunikasi akan menjadi sarana efektif bagi pencarian kebenaran dan kebaikan secara bertanggung jawab.
Saat ini, dalam dunia komunikasi serta sistem digital yang sedemikian cepat berubah, kita menyaksikan penyebaran dari apa yang dikenal sebagai “berita palsu” (fake news). Kenyataan ini mengundang kita berefleksi, dan itulah sebabnya saya memutuskan untuk kembali mengangkat pokok tentang kebenaran dari Pesan Hari Komunikasi Sedunia para pendahulu saya, sejak Paus Paulus VI. Pada tahun 1972 Paus Paulus VI mengangkat tema “Komunikasi Sosial demi Melayani Kebenaran”. Maksud saya adalah memberikan dukungan pada komitmen kita bersama untuk membendung penyebaran berita palsu serta mengangkat keluhuran martabat jurnalisme dan tanggung jawab pribadi para jurnalis untuk menyampaikan kebenaran.
1.    Apa yang “Palsu” tentang Berita Palsu?
Wacana “berita palsu” telah menjadi objek diskusi dan debat yang sengit. Umumnya berita palsu mengacu pada penyebaran informasi sesat secara daring (on line) atau melalui media tradisional. Berita palsu terkait dengan informasi palsu tanpa berdasarkan data atau memutar-balik data dengan tujuan menipu dan mencurangi baik pembaca maupun pemirsa atau pendengar. Penyebaran berita palsu dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, mempengaruhi keputusan-keputusan politik, dan melayani kepentingan-kepentingan ekonomi.

ORANG KUDUS BULAN MEI