Selasa, 31 Desember 2013

Live-in di stasi Bulucina, Paroki Binjai (Juli 1992)

 Umar (berkaos hitam) memimpin ibadat
 Saya memimpin lagu
 Foto bersama ibu-ibu
 Tak puas berdiri, sekarang duduk bareng
 Foto bersama naposonya
 Umar digandrungi
 Dua ibu yang berbahagia
 Duch enaknya!!!! Umar cemburu tuch.....
 Foto bersama tuan rumah tempat tinggal selama live-in

 Santai dulu
 Di bahumu, kusandarkan tubuhku.....
 Foto dengan ketua naposo

Di antar dengan ojek. Untung tidak hujan, sehingga tidak becek

Senin, 30 Desember 2013

Menguak Praktek Korupsi di Gereja

BAGAIMANA UANG PAROKI DIKORUPSI?

Korupsi sudah merajalela merasuki sendi-sendi kehidupan masyarakat. Ia menjadi budaya, yang tak bisa lepas dari kehidupan manusia. Ketika masalah korupsi Al-Quran muncul, seakan tak ada lagi bagian hidup manusia yang luput dari korupsi. Agama yang mengurus moral dan akhlak manusia pun sudah dirasuki budaya korupsi. Kesucian agama telah hancur karena korupsi.

Bagaimana dengan Gereja? Apakah Gereja sebagai lembaga suci bebas dari korupsi? Apakah budaya korupsi sudah merasuki para pejabat Gereja, seperti uskup dan imam? Mungkin sebagian orang mengatakan bahwa itu mustahil, karena uskup dan imam sudah mengikrarkan janji kemiskinan yang menjauhkan mereka dari kemewahan harta kekayaan. Janji kemiskinan membuat mereka dapat melawan godaan korupsi.

Bukan maksud saya untuk menuduh, tapi saya berangkat dari asumsi dasar bahwa uskup dan imam itu adalah manusia; dan setiap manusia rentan terhadap godaan uang. Dari asumsi ini dapatlah disimpulkan bahwa korupsi bisa juga dilakukan oleh para pejabat Gereja itu. Artinya, budaya korupsi dapat juga merasuki Gereja.

Bagaimana praktek korupsi dilakukan di Gereja? Inilah yang hendak dipaparkan dalam tulisan ini. Dalam tulisan ini, Gereja yang dimaksud adalah paroki, dan saya, sebagai pastor paroki, adalah pelakunya. Karena itu, pertanyaannya adalah bagaimana saya mengorupsi uang paroki?

Yang pertama sekali saya lakukan adalah membuat sistem keuangan tertutup dan tunggal. Artinya, keuangan paroki hanya diatur dan diketahui oleh saya. Bendahara paroki hanya membuatkan pembukuaannya. Dewan Pastoral Paroki (DPP) dan pastor pembantu pun tidak tahu. Mereka baru diberitahu pada laporan akhir tahun dalam rapat DPP pleno. Tentulah mereka tidak akan mengetahui secara detail data-data keuangan selama satu tahun, karena yang saya berikan hanyalah laporan rekapitulasinya.

Untuk menguatkan sistem ini saya akan mengatakan kepada umat kutipan Injil, “Janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.” (Matius 6: 3). Dengan pernyataan ini umat pun tidak akan berusaha untuk mencari-cari tahu soal keuangan. Selain itu mereka sudah PERCAYA bahwa semua pastor itu BAIK, karena itu tak mungkin pastor akan mencuri uang Gereja.

Dengan sistem ini, saya akan dengan leluasa mengambil uang paroki. Uang kolekte hari Minggu (misa Sabtu sore dan Minggu pagi) sesekali saya catut. Sekalipun diumumkan minggu berikutnya, saya yakin tak ada umat yang tahu kalau uang kolekte sudah dicatut. Misalnya, uang kolekte misa Sabtu sore tercatat Rp 1.525.000. Saya ambil Rp 300.000, sehingga minggu depan diumumkan bahwa kolekte misa Sabtu sore sebesar Rp 1.225.000. Pasti tidak ada umat yang tahu, bahkan petugas penghitung dan pencatat kolekte, karena mereka tidak memiliki pegangan.

Demikian pula dengan kolekte misa harian. Uang kolekte misa harian di kelompok-kelompok saya ambil sekian persen. Umat dan pastor pembantu yang pimpin misa tidak akan tahu, karena setelah misa uang kolekte itu langsung diserahkan kepada saya. Hal yang sama juga dengan iura stole atau stipendium. Yang ini paling enak, karena uangnya ada dalam amplop yang tidak diketahui nominalnya, kecuali oleh saya. Jadi, semakin besar nominalnya, semakin besar juga potongannya.

Selain sumber di atas, saya juga masih memiliki sumber lain. Setiap misa hari Minggu, selalu ada pemasukan dari parkiran. Uang tersebut disetorkan kepada saya. Nah, inipun saya sunat sekian persen. Para juru parkir itu tak akan tahu kalau uang parkir saya catut karena mereka tidak membuat pembukuan. Di samping itu mereka percaya bahwa pastor itu BAIK. Mereka percaya bahwa uang parkir yang mereka serahkan akan digunakan untuk kepentingan pelayanan pastoral. Artinya, mereka percaya uang parkir tidak akan disalahgunakan pastor.

Terkadang juga saya mendapat sumbangan dari para donatur. Malah ada donatur yang agak rutin memberikan sumbangan. Mereka ini umumnya memiliki kepercayaan bahwa setiap pastor itu BAIK, sehingga mereka hanya memberi saja tanpa ada surat tanda terima. Bukankah Injil sudah menasehati “Janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.”? Maka terhadap sumbangan ini, saya selalu menyambutnya dengan gembira dan kepada mereka saya akan bersikap ramah. Tentulah, kepada bendahara paroki saya hanya menyampaikan nominal yang sudah saya catut. Misalnya, jika saya terima 15 juta, maka saya sampaikan 10 juta. Hanya saya yang tahu.

Cara kedua adalah dengan mark-up. Saya selalu membuat mark-up biaya, baik biaya belanja barang maupun biaya perjalanan dinas. Kan soal keuangan hanya saya saja yang tahu. Misalnya biaya perjalanan dinas keluar kota. Jika perjalanan dinas ke wilayah A normalnya menghabiskan biaya 150 ribu, maka saya akan mengeluarkan biaya sebesar 350 ribu. Pencatatan di buku kas adalah saat uang dikeluarkan, yaitu 350 ribu. Maka, saya sudah mengambil uang paroki setiap pelayanan ke wilayah A sebesar 200 ribu. Demikian pula nanti kalau yang pergi itu adalah pastor pembantu. Saya akan mengeluarkan biaya perjalanan 350 ribu. Kalau pastor pembantu itu “bodoh” pastilah ia akan mengembalikan sisa uang 200 ribu; dan itu merupakan rezeki buat saya karena di buku kas sudah dicatat uang keluar sebesar 350 ribu. Kalau pastor pembantunya “pintar” sehingga ia menghabiskan semua uang itu, maka dia akan jarang saya tugaskan ke luar kota.

Cara ketiga adalah komisi atau proyek. Di sini saya akan membuat banyak proyek yang darinya saya akan mendapatkan komisi. Misalnya, pembangunan gereja/kapela/pastoran atau renovasi gedung gereja/kapela/pastoran. Saya akan menghubungi kontraktor yang saya kenal. Sekalipun nanti akan diadakan tender, tetap saja kontraktor saya yang menang. Bukankah sebagai pastor kepala paroki saya mempunyai pengaruh yang besar? Dari kemenangan ini pastilah ia akan memberikan kepada saya sejumlah upeti sebagai ungkapan terima kasih. Tentulah ucapan terima kasih ini tak diberikan secara terbuka, melainkan secara sembunyi-sembunyi; hanya dia dan saya yang tahu. Soal kualitas bangunan nantinya baik atau tidak, itu bukan urusan saya. Siapa tahu saya sudah tidak di paroki itu lagi. Jadi, itu urusan pastor pengganti saya.

Jika tidak ada gedung yang dibangun baru atau direnovasi, maka saya akan mengadakan proyek pembinaan umat. Saya akan mengajukan proposal ke dana APP keuskupan, ke DEPAG dan kepada para donatur. Tentulah, semua dana yang masuk itu akan saya curi dengan metode mark-up yang tak akan diketahui siapapun karena sistem keuangan paroki adalah tunggal dan tertutup.

Cara keempat adalah dengan aturan. Waktu masih frater, uang saku dipergunakan untuk keperluan kebutuhan pribadi sehingga tidak ada kesempatan untuk memenuhi keinginan pribadi. Nah, setelah jadi imam, apalagi pastor kepala paroki, saya akan mengubah paradigma itu. Saya mau supaya uang saku atau gaji imam saya digunakan untuk memenuhi keinginan saya, sementara kebutuhan saya dipenuhi dari kas paroki. Maka, saya akan membuat aturan di paroki bahwa kebutuhan-kebutuhan pribadi saya selalu memakai anggaran uang paroki. Tentulah, kebutuhan pribadi itu sudah saya atasnamakan kepentingan umum atau pelayanan. misalnya, pulsa, semua perlengkapan mandi, minyak wangi, perjalanan pribadi, biaya salon, cemilan, pakaian, dll. Semuanya dari kas paroki, sehingga gaji saya tetap utuh dan bisa saya pergunakan untuk memenuhi keinginan saya.

Demikianlah empat cara saya mencuri uang paroki. Intinya adalah ketidaktransparanan laporan keuangan. Laporan keuangan yang tidak transparan membuat saya leluasa mengambil uang paroki demi kepentingan pribadi saya. Karena itu, saya sangat gelisah jika ada umat atau siapapun yang menuntut transparansi keuangan paroki. Untungnya, umat sudah saya cekoki dengan ajaran Injil di atas. Dan kebetulan nasehat Injil itu berasal dari Yesus sendiri. Tak mungkinlah mereka akan melawan nasehat Yesus.

Selain itu saya juga diuntungkan dengan tidak adanya KPK di lingkungan Gereja, sehingga tindakan korupsi dan pencucian uang yang saya lakukan tidak akan pernah diungkit. Apalagi selama ini semua kasus korupsi dalam lingkungan Gereja selalu ditutup-tutupi karena Gereja malu aibnya diketahui orang lain.
Moro, 14 Juli 2013
by: adrian

Minggu, 29 Desember 2013

Mendaki Gunung Kerinci (Juli 1993)

 Gunung Kerinci
 Rombongan pendaki bersama pendamping (Rm. Philips, pegang senapan)
 Tim perintis (Ki - Ka: Kris, saya, Darmanto dan Aleks)
 Di puncak Kerinci

 Negeri di atas Awan
 Ki - Ka: Saya, Umar Sinaga, Robby, Darmanto dan Marko
 
 Foto di dapur rumah Jack
 Di depan Kantor Gubernur Sumatera Barat
 Priyo dan Ramot Sinaga
 Heru Asmoro terjepit antara Robby dan Ramot
Polly bergaya dengan raybennya

Rabu, 25 Desember 2013

Natal: Kembali Ke Hidup Sederhana

Natal merupakan perayaan syukur atas Kasih Allah yang mau peduli akan nasib manusia. Kepedulian Allah terlihat dalam penjelmaan-Nya. Allah mau mengangkat (baca: menyelamatkan) umat manusia dari keberdosaanya. Oleh karena itu, Allah “turun” ke dunia “dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Flp 2: 7). Bagaimana hal ini bisa dipahami, tentulah sulit diterima akal manusia. Namun tidak secara imani. Karena itulah natal dikenal sebagai peristiwa iman.
Ireneus dari Lyon pernah berkata bahwa Allah menjadi manusia agar manusia menjadi seperti Allah (bdk. Adversus haereses, III, 10, 2). Ireneus tidak memaksudkan pernyataannya sebagai bentuk pelecehan keilahian Allah. Justru dalam peristiwa inkarnasi, Allah menjadi manusia, terlihat keistimewaan-Nya: ke-Allah-an Tuhan tidak hanya tampak dalam keilahian-Nya melainkan juga terlihat dalam kemanusiaan-Nya.
Kapan persisnya Allah menjelma menjadi manusia (baca: kelahiran Yesus), tak satu orangpun yang tahu. Komite Para Uskup yang ditunjuk oleh Paus Julius I (337-352) sepakat bahwa natal itu jatuh pada 25 Desember, mengambil tradisi kafir akan penghormatan dewa Matahari yang tak terkalahkan (sol invictus).
Natal kini sudah menjadi ajang konsumtivisme dunia. Dengan adanya ikon-ikon natal di setiap pusat-pusat perbelanjaan, seakan-akan ada seruan, “Mari, belanjalah! Persiapkanlah rumah Anda dengan pernak-pernik natal” Jelas, bahwa seruan ini seakan menggantikan seruan Yohanes Pembaptis, “Persiapkanlah jalan bagi Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.” (Mat 3: 3).
Yesus Lahir dalam Kesederhanaan
“Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.” (Luk 2: 6 – 7).
Inilah sepenggal catatan sejarah kelahiran Yesus. Memang tidak ada keterangan rinci mengenai tempat kelahiran Yesus, namun Gereja mengakui kalau Maria melahirkan bayinya di dalam kandang hewan. Tak jelas juga apakah kandang itu bekas atau masih digunakan.
Apa yang mau dikatakan dari peristiwa ini? Yesus lahir dalam kesederhanaan. Tidak ada pesta, hingar bingar musik (kecuali kidung surgawi para malaikat) atau kelap-kelip kemilau lampu hias dan kembang api. Bayi Yesus lahir hanya dibungkus dengan kain lampin, bertemankan lenguhan sapi dan dengungan nyamuk dan serangga malam; hanya cahaya pelita kecil dan jutaan cahaya bintang di angkasa. Sangat sederhana.
Itulah natal perdana. Kiranya pesan yang mau disampaikan adalah jelas, yaitu ajakan untuk hidup sederhana. Bukankah perayaan natal mengajak umat manusia untuk bersyukur atas Allah yang peduli terhadap manusia? Bersyukur merupakan salah satu wujud atau ciri khas orang sederhana. Orang yang sederhana adalah orang yang selalu bersyukur atas apa yang terjadi dalam hidupnya.
Dan kini orang Kristen mau mengenangkan natal awal itu dengan sebuah perayaan; dengan sebuah pesta. Sayangnya natal sekarang sungguh bertolak belakang dengan natal perdana. Manusia jaman sekarang lebih menitikberatkan pada aspek pestanya. Ditambah dengan budaya hedonis dan semangat konsumtif, membuat makna natal itu menjadi kabur.
Sungguh sebuah ironisme. Menjelang perayaan natal, umat kristiani sering diajak untuk mempersiapkan hatinya sebagai palungan bagi kanak-kanak Yesus. Akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Umat Kristen sibuk membuat kandang natal dengan hiasan dan kerlap-kerlip lampu natal sedangkan hatinya dipenuhi dengan nafsu hedonis-konsumtif. Ada kesan kalau manusia sekarang berkata, “Yesus, kami sudah siapkan palungan bagi-Mu dengan segala kemegahan. Tidurlah di sana. Jangan di hati kami.” Karena itu, momen natal sering menjadi ajang pamer hal-hal baru. Hati manusia dipenuhi dengan iri hati dan persaingan.
Akhir Kata
Semoga perayaan natal tahun ini benar-benar membangkitkan semangat hidup sederhana penuh syukur sebagai langkah awal membangun dunia damai dalam persaudaraan.

Selamat merayakan natal!!!
Tanjung Balai Karimun, 18 Desember 2012
by: adrian

Senin, 23 Desember 2013

Sinterklas atau Santa Claus???

SINTERKLASS SANTA CLAUS

Menjelang natal, dunia selalu dihiasi dengan kehadiran sosok orang tua gendut dengan janggut putih lebat dan berpakaian merah dengan mengendarai kereta rusa sambil berteriak, “Ho.. ho.., ho....!” Yah, bagi orang kristiani, bahkan yang bukan pun (baca: non kristen), tentu sudah tak asing lagi dengan sosok ini. Dialah Santa Claus atau juga yang biasa dipanggil Sinterklass.

Pada umumnya orang menyamakan saja kedua nama ini. Satu sosok dengan dua nama berbeda. Padahal sebenarnya keduanya tidak sama. Antara Santa Claus dan Sinterklass terdapat sedikit perbedaan.

Santa Claus adalah sosok yang tinggal di Kutub Utara, sementara Sinterklass merupakan tokoh dongeng Belanda yang dikisahkan tinggal di sebuah Kastil di Spanyol. Kesamaan keduanya adalah bahwa keduanya suka memberi hadiah kepada anak-anak yang sepanjang tahun menunjukkan kepribadian baik. Jadi, hadiah itu semacam reward karena sudah menjadi anak baik.

Bagaimana hadiah itu diberikan? Santa Claus ingin agar anak-anak meninggalkan kue untuk ditukarkan dengan hadiahnya. Sementara Sinterklass ingin supaya anak-anak menaruh rumput di sepatu untuk rusanya. Nah, rumput itu nantinya akan ditukar dengan hadiah natal. Ada kesan asas do ut des. Namun bukan untuk asas itu proses take and give ini dilakukan. Di sini ada nilai yang hendak ditanam dalam diri anak, yaitu agar anak juga bersedia memberi.

Bagaimana perlakukan kedua sosok legenda ini kepada anak-anak yang nakal? Terhadap anak-anak yang nakal, Santa Klaus akan memberi batu arang sebagai ganti hadiah. Jadi, Santa Claus akan mengambil kue yang diletakkan anak-anak dan menggantikannya dengan batu arang. Lain dengan Sinterklass. Sinterklass mempunyai seorang pengikut yang bertugas sebagai tukang hukum. Anak yang nakal tidak akan mendapat hadiah. Mereka akan dimasukkan ke dalam karung oleh pengikut Sinterklass yang dikenal dengan nama Piet Hitam.

Untuk pasar Indonesia, kehadiran Sinterklass lebih populer daripada Santa Klauss. Mungkin efek hukuman langsung dirasakan sebagai penyebab popularitas Sinterklass.
Jakarta, 30 Oktober 2013
by: adrian

Orang Kudus 23 Desember: St. Yohanes Kansius

SANTO YOHANES KANSIUS, PENGAKU IMAN
Yohanes Kansius adalah seorang pemuda kota yang berjiwa besar di kota dan Universitas Krakow, Polandia. Ia lahir di Kanty, Polandia pada tahun 1390. Ia bercita-cita menjadi imam. Oleh karena itu, semasa mudanya ia belajar filsafat dan teologi di Krakow. Di sekolah ia terkenal cerdas dan brilian sehingga dengan mudah menyelesaikan studinya dengan menyandang gelar doktor. Ia kemudian ditahbiskan menjadi imam, dan diangkat menjadi profesor Kitab Suci dan Teologi. Ia disukai semua mahasiswa karena caranya mengajar yang sangat memikat dan mendalam serta cara hidupnya yang sesuai dengan apa yang ia ajarkan. Ia dikenal sebagai seorang-mahaguru yang murah hati dan gemar menolong para miskin dan mahasiswanya. Setelah ditahbiskan menjadi imam ia terus belajar untuk memperdalam ilmunya. Perayaan Ekaristi harian yang dirayakannya dimaksudkan untuk memulihkan ke agungan Tuhan yang disepelekan baik oleh perbuatannya sendiri maupun perbuatan sesamanya. Ia mempersembahkan dirinya sebagai pepulih dosa-dosa manusia demi keselamatan jiwa-jiwa. Dalam pada itu, ia menaruh devosi istimewa kepada Kristus yang bersengsara. Ia rajin merenungkan makna kesengsaraan Kristus bagi keselamatan manusia.

Kebaikan dan kehebatannya menimbulkan iri dan pertentangan dengan rekan profesor lainnya sehingga ia terpaksa dipindahkan ke Olkusz sebagai pastor paroki. Sebagai pastor paroki, Yohanes ternyata seorang pastor yang bijaksana dan rendah hati. Ia disenangi umatnya. Ia senantiasa berhati-hati sekali di dalam melaksanakan tugasnya sebagai gembala umat, karena ia sadar bahwa apa yang dipandangnya baik bagi umat tidak selamanya berkenan di hati umat dan menjawabi kebutuhan umat. Akan tetapi kerendahan hati dan kelemah-lembutannya akhirnya toh dapat menarik simpatik umatnya. Setelah berkarya beberapa lama di Olkusz ia dengan berat hati meninggalkan umatnya karena dipanggil kembali ke Krakow untuk mengajar Kitab Suci. Tugas ini diembannya sampai akhir hidupnya.

Yohanes Kansius, seorang imam yang serius dalam menjalankan tugasnya namun ia tetap rendah hati; kebaikan hatinya dikenal oleh semua umat di kota Krakow terutama mereka yang miskin dan malang yang mengalami berbagai kesulitan hidup. Ia membantu orang-orang itu dengan harta dan uangnya. Untuk kebutuhan-kebutuhannya sendiri ia menyisihkan hanya sejumlah kecil uang. Jam tidurnya hanya sedikit dan di lantai saja. Makanannya pun sangat sederhana tanpa lauk-pauk. Cintanya yang besar kepada Kristus tersalib mendorong dia beberapa kali berziarah ke Yerusalem untuk menyaksikan langsung jalan sengsara yang dilalui Yesus sewaktu memikul salib-Nya menuju Golgotha. Ia dengan penuh semangat mewartakan Injil kepada bangsa Turki dengan harapan menjadi martir di tangan bangsa Turki yang Islam itu. Dalam ziarah-ziarah itu biasanya ia memikul sendiri bebannya. Apabila ia ditegur dan dinasehati oleh atasannya agar memperhatikan kesehatannya, ia dengan tenang menjawab: "Hidup kita adalah dalam tangan Tuhan. Lihat saja pada para rahib yang hidup di padang gurun dengan matiraga dan puasa yang keras; namun mereka itu justru berumur panjang."

Yohanes Kansius menanggung beban derita batin yang luar biasa karena kebencian orang lain, namun ia tenang saja menghadapi semuanya itu, malah dengan tekun bermatiraga dan berpuasa. Beberapa kali ia pergi ke Roma untuk bertemu dengan Sri Paus. Ada suatu kejadian kecil yang dialaminya dalam suatu perjalanannya ke Roma. Dari kejadian itu dapat kita membayangkan kebaikan dan kemurahan hatinya: "Pada suatu perjalanannya ke Roma ia disergap dan ditodong oleh beberapa orang perampok. Mereka meminta dari padariya uang atau emas. Dengan tenang ia mengatakan kepada perampok-perampok itu bahwa ia tidak punya apa-apa selain pakaian yang dikenakannya. Lalu ia melanjutkan perjalanannya tanpa memberi apa-apa kepada perampok-perampok itu. Tetapi tak seberapa jauh dari penjahat-penjahat itu, teringatlah dia bahwa di dalam saku mantelnya ada sebutir emas. Maka ia segera kembali mendapatkan perampok-perampok itu untuk menyerahkan emas itu kepada mereka. Perampok-perampok itu begitu malu dan tidak bersedia menerima emas yang disodorkan Yohanes. Mereka lalu membiarkan dia melanjutkan perjalanannya. Banyak sekali tanda heran yang terjadi atas namanya baik sebelum maupun sesudah kematiannya pada malam Natal 1473.

Renungan Hari Senin Adven IV - A

Renungan Hari Senin Adven IV, Thn A/II
Bac I   : Mal 3: 1 – 4, 4: 5 – 6; Injil         : Luk 1: 57 – 66

Sabda Tuhan hari ini berpusat pada Yohanes Pembaptis yang datang untuk mempersiapkan manusia akan kedatangan Tuhan Yesus. Kehadiran Yohanes ini sudah diramalkan oleh Kitab Maleakhi. Dalam bacaan pertama, dikatakan bahwa utusan yang mendahului Tuhan itu akan memurnikan manusia supaya pantas dan layak. Pemurnian itu dilakukan melalui pertobatan.

Injil hari ini mengisahkan tentang peristiwa kelahiran Yohanes Pembaptis. Kelahirannya disambut sukaria keluarga dan sanak kenalan. Namun bukan sukaria itu yang menjadi titik utama pesan Injil ini hari, melainkan tanda yang menyertai kehadiran Yohanes dalam keluarga Zakaria dan Elisabeth. Menyaksikan peristiwa itu, semua orang benar-benar merasa bahwa “tangan Tuhan menyertai dia.” (ay. 66).

Masa adven adalah masa penantian. Kita sedang menanti kedatangan Tuhan, baik untuk masa yang akan datang (eskatologis), maupun saat kini (perayaan natal). Dalam masa penantian ini, kita selalu disuguhi penampilan Yohanes Pembaptis. Ini mau mengatakan kepada kita bahwa Yohanes Pembaptis tidak bisa dilepaskan dari masa penantian itu. Yohanes selalu mengajak kita untuk bertobat, menyucikan dan mentahirkan diri, agar kita pantas dan layak menerima kehadiran Tuhan Yesus.

by: adrian

Minggu, 22 Desember 2013

Natal & Global Warming

Natal, bagi umat Kristiani, merupakan peristiwa iman. Dengan natal umat merayakan syukur atas Allah yang mau peduli pada nasib manusia. Kepedulian Allah itu terlihat dalam penjelmaan-Nya menjadi manusia (inkarnasi). Allah mau mengangkat (baca: menyelamatkan) manusia dari lumpur kedosaanya. Untuk itulah Allah “turun” ke dunia “dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Flp 2: 7). Bagaimana hal ini bisa dipahami, tentulah sulit untuk dicerna akal manusiawi. Namun tidak secara imani. Karena itulah natal dikenal sebagai peristiwa iman.

Kapan persisnya Allah menjelma menjadi manusia (baca: kelahiran Yesus), tak ada satu orangpun yang tahu. Orang Kristen sepakat bahwa natal itu jatuh pada 25 Desember, mengambil tradisi kafir akan penghormatan dewa Matahari. Maka dari itu, setiap kali memasuki bulan Desember, selalu suasana natal langsung terasa. Hal itu terlihat dari ikon-ikon natal yang ada di mana-mana, khususnya di pusat-pusat perbelanjaan.

Natal kini sudah menjadi ajang konsumtivisme dunia. Dengan adanya ikon-ikon natal di setiap pusat-pusat perbelanjaan, seakan-akan ada seruan, “Mari, belanjalah!” Jelas, bahwa seruan ini telah menggantikan seruan Yohanes Pembabtis, yang selalu didengungkan pada adven pertama, “Persiapkanlah jalan bagi Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.” (Mat 3: 3).

Yesus Lahir dalam Kesederhanaan
“Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.” (Luk 2: 6 – 7).

Inilah sepenggal catatan sejarah kelahiran Yesus, yang hanya ada dalam Injil Lukas. Memang tidak ada keterangan rinci mengenai tempat kelahiran Yesus, namun Gereja mengakui kalau Maria melahirkan bayinya di dalam kandang hewan. Tak jelas juga apakah kandang itu bekas atau masih digunakan.

Apa yang mau dikatakan dari peristiwa ini? Yesus lahir dalam kesederhanaan. Tidak ada pesta, hingar bingar musik (kecuali kidung surgawi para malaikat) atau kelap-kelip kemilau lampu hias dan kembang api. Bayi Yesus lahir hanya dibungkus dengan kain lampin, bertemankan lenguhan sapi dan dengungan nyamuk malam; hanya cahaya pelita kecil dan jutaan cahaya bintang di angkasa. Sangat sederhana.

Itulah natal perdana. Kiranya pesan yang mau disampaikan adalah jelas, yaitu ajakan untuk hidup sederhana. Bukankah perayaan natal mengajak umat manusia untuk bersyukur atas Allah yang peduli terhadap manusia? Bersyukur merupakan salah satu wujud atau ciri khas orang sederhana. Orang yang sederhana adalah orang yang selalu bersyukur atas apa yang terjadi dalam hidupnya.

Dan kini orang Kristen mau mengenangkan natal awal itu dengan sebuah perayaan; dengan sebuah pesta. Sayangnya natal sekarang sungguh bertolak belakang dengan natal perdana. Manusia jaman sekarang lebih menitikberatkan pada aspek pestanya dari pada inti natal itu sendiri. Ditambah lagi dengan budaya hedonis dan semangat konsumtif, membuat makna natal itu menjadi kabur.

Natal dan Global Warming
Dewasa ini isu dunia yang hangat dibicarakan adalah masalah pemanasan global (global warming). Berbagai pertemuan diselenggarakan untuk membahas rencana pengurangan gas emisi yang menyebabkan efek rumah kaca. Dampak dari efek rumah kaca ini adalah pemanasan global dan perubahan iklim.

Kita sudah mengetahui kalau pemanasan global dan perubahan iklim ini dapat membawa akibat buruk bagi kehidupan di muka bumi ini. Mark Lynas, jurnalis dan penyiar acara lingkungan hidup asal Inggris, dalam bukunya Six Degrees: Our Future on a Hotter Planet, memberi gambaran rinci tentang dampak itu. Baginya, dampak terburuk yang bakal terjadi adalah kepunahan massal sekitar 95%. Inilah skenario “kiamat”, yang ironisnya karena ulah manusia sendiri.

Oleh karena itu, sejak munculnya isu pemanasan global ini, ada banyak seruan dan ajakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, baik dengan penanaman atau penghijauan maupun dengan pembatasan penggunaan bahan bakar fosil. Pembatasan penggunaan bahan bakar fosil misalnya dapat dilakukan dengan memilih berjalan kaki dari pada berkendaraan ke tempat yang dekat atau nebeng/menggunakan transportasi umum, penghematan pemakaian listrik, dll. Pemakaian ulang bahan-bahan tertentu juga diyakini bisa membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.

Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa seruan pengurangan emisi gas rumah kaca merupakan ajakan untuk kembali kepada pola hidup sederhana dan hemat. Pada bagian inilah pesan natal mengena. Seperti dahulu Yesus datang (baca: natal) untuk menyelamatkan manusia, natal kini mengajak kita untuk hidup sederhana dan berhemat demi penyelamatan bumi yang kita diami.

Selamat merayakan natal!!!

by: adrian

Orang Kudus 22 Desember: St. Chaeremon

SANTO CHAEREMON, MARTIR
Sangat terbatas informasi mengenai orang kudus ini. Chaeremon adalah Uskup Nilopolis, Mesir. Ketika dijatuhi Hukuman oleh Kaisar Trajanus Decius, Chaeromon sudah terbilang tua. Dia dan beberapa sahabat melarikan diri ke padang pasir Arab dan tidak pernah terlihat lagi. Para uskup dan teman-temannya diakui sebagai martir.

Renungan Hari Minggu Adven IV - A

Renungan Hari Minggu Adven IV, Thn A/II
Bac I   : Yes 7: 10 – 14; Bac II      Rom 1: 1 – 7:
Injil     : Mat 1: 18 – 24

Sabda Tuhan hari ini mau mengatakan kepada kita bahwa Yesus Kristus merupakan kepenuhan janji Allah yang telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Kehadiran Yesus di dunia membuktikan bahwa Allah tidak meninggalkan manusia; Allah tetap menyertai umat-Nya.

Dalam bacaan pertama, Yesaya mengatakan bahwa akan lahir dari seorang perempuan muda anak laki-laki yang akan dinamakan Immanuel (ay. 14). Immanuel berarti Allah beserta kita. Nubuat Yesaya ini kembali disuarakan oleh Malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam Injil hari ini (ay. 23). Karena itulah, anak yang dilahirkan oleh Maria adalah pemenuhan nubuat para nabi. Dan Yesus memiliki gelar Immanuel: Allah beserta kita.

Bacaan kedua, yang diambil dari surat Paulus kepada jemaat di Roma, juga menegaskan hal yang sama. Kepada umat Roma, Paulus menyatakan bahwa Yesus, yang adalah Injil Allah, sudah diramalkan sebelumnya “dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci.” (ay. 2). Dengan wartanya itu Paulus mau mengingatkan jemaat Roma bahwa mereka masuk dalam rencana keselamatan Allah dan “telah dipanggil menjadi milik Kristus.” (ay. 6). Oleh karena itu, para jemaat hendaknya “percaya dan taat kepada nama-Nya.” (ay. 5).

Sabda Tuhan hari ini pertama-tama mau menegaskan bahwa kedatangan dan kehadiran Yesus merupakan bagian dari rencana Allah untuk menyelamatkan umat manusia. Hal ini, seperti sudah dikatakan oleh Paulus, telah dinubuatkan para nabi dari jaman dahulu, jauh sebelum kelahiran Yesus. Dengan ini kita disadarkan bahwa kita adalah bagian rencana keselamatan Allah dalam Yesus Kristus. Kita adalah milik Kristus. Karena itu, sabda Tuhan hari ini menghendaki supaya kita percaya dan setia kepada Yesus. Kepercayaan dan kesetiaan itu akan mendatangkan keselamatan bagi kita.

by: adrian

Sabtu, 21 Desember 2013

(DRAMA) Yesus Lahir di Papua

YESUS  LAHIR  DI  PAPUA
Drama  Satu  Babak
Komentator: Selamat malam saudara/i, selamat datang di Pentas Malam Hiburan ini. Kami datang sebagai saudara seiman, sekasih dan sepengharapan untuk menghibur Anda sekalian. Tinggalkanlah duka, lepaskanlah luka; mari sejenak kita bersuka dan beria.
Kami dari Seminari Menengah St Fransiskus Asisi datang menghibur Anda dengan sebuah drama mini berjudul “Yesus Lahir di Papua”. Lho.., lho..2x, apa tidak keliru judul ini? Yesus itu kan lahir di Betlehem yang di Israel. Koq di Papua?
Anda bingung kan? Saya juga bingung. Nah, daripada kita mati dalam kebingungan, mari kita lihat saja dramanya. (Layar dibuka. Situasi hutan kecil pada sore hari)

Adegan I
( Maria masuk dgn membawa kayu bakar dan hipere. Di tengah jalan ia bertemu dgn malaikat )
Gabriel    : (Berlutut memberi hormat) Salam Maria, penuh rahmat. Tuhan sertamu!
Maria      : (Terkejut) Siapa kamu? Koq tau nama saya?
Gabriel   : (Berdiri) Jangat takut, Maria. Perkenalkan, nama saya Gabriel. Saya ini malaikat, utusan Tuhan.
Maria   : Malaikat? (Berjalan ke belakang Gabriel) Koq tidak ada sayapnya? Mana sayapmu? Bukankah setiap malaikat punya sayap?
Gabriel    : (Tertawa) Itu sih cerita dulu. Versi Eropa. Sekarang kita di sini. Di Papua, tau!
Maria      : Lalu, ada apa kamu datang ke Papua?
Gabriel  : Saya mau menyampaikan kabar gembira kepadamu. Dengar, sesungguhnya kamu telah mengandung…
Maria      : Apa? Mengandung? Aku hamil? Mustahil! Itu tidak benar. (Meletakkan bawaan)
Gabriel    : Itu benar, Maria.
Maria    : Kau bohong! Kau penipu! Kamu kira saya ini sama seperti gadis-gadis lain yang mau melakukan hubungan seks sebelum nikah? Memang, di Papua ini tingkat seks bebasnya tinggi. Ada banyak pelajar sudah terlibat dalam seks sebelum nikah. Waktu pacaran saja mereka sudah berani melakukan hubungan intim.
Gabriel : Saya tau. Memang, pelajar-pelajar sekarang tidak lagi memikirkan pelajaran dan cita-citanya, tapi malah seks dan narkoba.
Maria     : Dan kamu pikir saya seperti mereka? Saya memang sudah bertunangan dan kami tinggal serumah, tapi kami belum pernah sekalipun berhubungan badan. Pernikahan itu adalah sakral, jadi kami tunggu resmi dulu secara agama baru kami melakukannya.
Gabriel    : Saya tau. Saya tau kalau kamu masih perawan.
Maria      : Lalu, kenapa kamu bilang saya hamil?
Gabriel  : Makanya, dengar dulu pembicaraan saya. Jangan langsung dipotong! Dengar baik-baik, kamu akan mengandung dari Roh Kudus. Karena itu, anak yang kamu kandung itu adalah Anak Tuhan.
Maria    : (Kaget) Apa?! Aku mengandung Anak Tuhan? (Diulang beberapa kali sampai terduduk) Kenapa aku? Ada apa dengan saya? (Hening sejenak)
Gabriel  : Ini adalah rencana Tuhan. Dan Tuhan memilih kamu. Bagaimana? Apa kamu bersedia menjadi Ibu Tuhan? (Hening sesaat)
Maria     : Aku ini hamba Tuhan. Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu (Gabriel keluar dan Maria melanjutkan perjalananya)

Adegan II
( Ada beberapa pemuda masuk. Mereka membawa botol  miras. Mereka duduk )
Vicki   : Tau tidak, kemarin saya ke Sentani belok kiri. Cewek-ceweknya sekarang cantik-cantik dan mulus. Bersih.
Anton   : Jangan percaya dengan penampilan luar. Bisa menipu. Luarnya boleh bersih, tapi dalamnya penyakitan.
Maxi    : Benar sobat! AID’s misalnya. Kita tak bisa mengenal orang yang sudah kena AID’s
Anton  : HIV/AID’s merupakan penyebab terbesar kematian orang Papua. Dan itu sebagian besar disebabkan oleh hubungan seks yang bebas dan liar.
Alex     : Vick, kamu masih pacaran sama Lia, kan? Ntar kamu tulari lagi si Lia.
Vicki    : Ah, cuma sekali saja koq.
Maxi    : HIV/AID’s itu tidak tergantung banyaknya kita melakukan hubungan badan. Biarpun hanya sekali, tapi kalau…..
Vicki    : Alaa…, sudah, sudah. Lebih baik kita minum-minum.
Anton  : Miras juga pembunuh terbesar kedua setelah HIV/AID’s. Tapi itu karena mereka mabok. Kalau tidak mabok kan tidak apa-apa.

Adegan III
( Maria masuk. Para pemuda minum sambil bisik-bisik )
Vicki    : Selamat sore, Adik! Jalan sendirian kah?
Maria  : (Lihat ke kiri, kanan dan belakang) Kamu kan sudah tau saya jalan sendirian. Pakai tanya lagi. Dasar orang mabok! (berjalan pelan)
Vicki    : Cewek, godain kita donk!?
Maria   : Dasar laki-laki. Godaan miras saja tidak bisa kamu lawan, kini minta godaan lagi. (berjalan keluar)
Vicki    : Adik, kakak temani pulang ya!?
Alex     : Vick, itu kan pacarnya Yosef.
Maxi    : Kalau tak salah dengar mereka sudah bertunangan.
Anton  : Jangan kita ganggu orang yang sudah tunangan. Lebih baik kita habiskan minuman kita lalu pulang. (Mereka melanjutkan minum dan layar ditutup perlahan)

Adegan IV
( Situasi di rumah. Yosef sedang gelisah )
Yosef  : Bagaimana ini bisa terjadi? Akh, tidak mungkin. Tidak mungkin. Kami belum pernah melakukannya. Mustahil. Pasti itu berita bohong. Tidak mungkin Maria hamil. Tapi, beberapa bulan lalu dia sering mual-mual mau muntah. Jangan-jangan dia selingkuh. Kan cewek-cewek sekarang begitu. Tapi, apa Maria seperti itu?
Gabriel  : (Masuk) Selamat malam, Yosef!
Yosef     : (Terkejut) Si…siapa kamu? Koq tiba-tiba masuk ke sini?
Gabriel  : Pintunya terbuka, sih. Begini Yosef, saya ini Gabriel, malaikat Tuhan. Saya mau beritau soal Maria.
Yosef     : Kamu jangan membuat saya tambah bingung.
Gabriel  : Tentu tidak. Begini, Maria memang sedang hamil. Janin yang ada di rahimnya itu adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak cowok dan engkau harus beri nama Dia Yesus. Dialah yang akan menyelamatkan umat manusia dari dosa mereka.
Yosef     : Tapi, kenapa harus begini?
Gabriel  : Hal ini terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi, “Sesungguhnya anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel.”
Yosef     : Ooo..begitu.
Gabriel  : Jadi, kamu jangan menceraikan Maria. Tetaplah kamu hidup bersamanya.
Yosef  : Baiklah kalau memang itu yang dikehendaki Tuhan. Tapi, kira-kira berapa usia kandungannya?
Gabriel  : Jalan 5 bulan. Oke, tugas saya sudah selesai. Sekarang saya pamit dulu (Malaikat Gabriel keluar)

Adegan V
( Maria masuk. Yosef sedang melamun )
Maria     : Kak! (Menggoyang bahu Yosef) Kak! Kak Yosef!
Yosef     : (Kaget) Ada apa, Maria?
Maria   : Saya yang seharusnya bertanya pada kakak (duduk). Saya panggil-panggil tidak nyahut. Saya goyang kaget. Ada apa?
Yosef     : Tidak ada apa-apa.
Maria     : Melamun ya? Pasti melamun cewek lain.
Yosef   : Tidak mungkin saya melamun cewek lain. Saya bukan tipe cowok yang suka gonta-ganti pasangan. Cinta itu satu untuk selamanya. Cinta itu tak bisa dibagi-bagi. Yang dapat dibagi-bagi itu nafsu.
Maria    : Tapi, kenapa ya sekarang orang suka membagi-bagi nafsu.
Yosef   : Sebenarnya, orang-orang itu dikendalikan nafsu. Manusia yang seharusnya menjadi tuan atas nafsu, eh malah menjadi budak nafsu. Makanya ke sana ke mari mereka sibuk mengumbar nafsu. Tanam sana tanam sini.
Maria    : Jadi seperti binatang aja ya. (Hening sejenak) Kak, adik mau tanya.
Yosef    : Tanya apa?
Maria    : Kakak suka minum miras tidak?
Yosef    : Adik tak perlu cemas. Kakak tak suka mabok. Manusia itu harus lebih unggul dari ciptaan lain. Kita harus mengendalikan miras, bukan miras yang kendalikan kita. Orang mabok adalah orang yang dikendlikan oleh miras sehingga ia mau aja tidur di got.
Maria    : Eh, ngomong-ngomong kita makan malam dulu. Tadi saya sudah siapkan. (Berjalan keluar, tapi tiba-tiba ada ketukan)

Adegan VI
( Yosef berjalan ke pintu. Kepala desa masuk )
Yosef    : Oo.., bapak. Silahkan masuk, pak! Duduk, pak! (Kepada Maria) Dik, siapkan kopi buat bapak kades.
Kades     : Tidak usah. Jangan repot-repot. Saya sebentar saja. Cuma mau kasih surat ini.
Yosef      : Surat apaan? (Mengambil, membuka dan membacanya)
Kades     : Soal sensus. Ini kebijakan pemerintah pusat.
Yosef      : Jadi, kami harus pindah? (Kades mengangguk)
Maria      : (Mengambil surat) Pindah kemana kita, kak?
Kades    : Kalau menurut surat itu, harus ke tempat asal suami. Tapi bukan sekarang. Ada rentang waktu 3 bulan lebih. Jadi kalian ada persiapan. Mungkin tanah dan rumah kalian mau dijual atau disewakan. Nanti akan saya bisa urus.
Yosef      : Terima kasih, pak. Nantilah kami pikirkan dulu.
Kades     : Oke kalau begitu, saya pamit dulu.
Maria     : Silahkan. Terima kasih banyak, pak. (Semua keluar – layar ditutup)

Komentator     : Ooo begitu ternyata kisahnya. Yesus Papua lahir di Papua dengan situasi mirip Papua. Untung ya, Yosef itu baik. Tidak mau menceraikan Maria, meski sudah tau Maria itu hamil. Kira-kira ada tidak ya laki-laki seperti itu di Papua. Pasti ada ya! Dan kita harapkan banyak laki-laki Papua sama seperti Yosef: setia pada istri, tidak suka main seks dan penuh kasih sayang sama istri.
Kapan kira-kira Yosef dan Maria berangkat meninggalkan tempat tinggalnya? Sambil menunggu mereka memikirkannya, mari sejenak kita dengarkan yang mau lewat berikut ini…. (selingan musik band / vocal group)
 Tiga bulan lebih tlah berlalu. Akhirnya Yosef dan Maria pergi meninggalkan tempat tinggal mereka sebelumnya. Mereka berangkat menuju tempat kelahiran Yosef. Karena bersifat sementara, rumah dan kebun mereka sewakan. (Layar dibuka…)

Adegan VII
( Situasi kota kecil. Ada banyak orang lalu lalang dgn sikap cuek. Yosef dan Maria masuk )
Maria     : Kak, kita istirahat dulu ya! Adik sudah letih.
Yosef     : (Mencari tempat) Kita istirhat di sana. (Duduk)
Maria     : Inikah kampung kakak?
Yosef    : Dari namanya sih iya. Tapi dari suasananya lain. Kakak sendiri menjadi seperti orang asing.
Maria    : Nanti kita tinggal di mana?
Yosef    : Inilah yang sedang kakak pikirkan. Kakak menjadi orang asing di kampug halaman sendiri. Sanak keluarga sudah tak saling kenal lagi. Coba saya tanya orang itu dulu. (Yosef berdiri mendekati orang tapi tak mendapatkan jawaban)
Maria    : Bagaimana kak? Dapat jawaban?
Yosef    : (Mengangkat bahu sambil geleng kepala) Manusia jaman sekarang sibuk dengan urusannya sendiri. Tak peduli sama orang lain. Kemajuan teknologi akhirnya memenjarakan manusia dalam dunianya sendiri.
Maria   : Bagaimana dengan kita, kak? Saya sudah tidak tahan lagi.
Yosef   : Mari kita cari tempat penginapan. (Membantu Maria berdiri)

Adegan VIII
( Yosef dan Maria mendekati beberapa tempat, tapi ditolak )
Yosef     : (Mengetuk pintu) Permisi!
Rakyat 1: Ada apa?
Yosef     : Bisakah kami dapat tempat tinggal 2 atau 3 hari. Istri saya mau melahirkan.
Rakyat 1: Aaaa…, saya pikir mau kasih kita sumbangan. Pergi! Pergi sana! Mengganggu acara orang saja. (Keluar dan Yosef berjalan ke tempat lain)
Yosef     : (Mengetuk pintu) Permisi! (Dari dalam terdengar musik keras)
Rakyat 2 : Ada apa?
Yosef      : Bisakah kami dapat tempat tinggal 2 atau 3 hari. Istri saya mau melahirkan.
Rakyat 2 : Di sini bukan tempat untuk lahir, tau! Pergi sana! Tidak tau orang lagi happy.
Yosef      : (Mengetuk pintu) Permisi!
Rakyat 3 : Ada apa?
Yosef     : Kami baru tiba di daerah ini. Saat ini istri saya mau melahirkan. Kami butuh tempat tinggal buat…
Rakyat 3: (Mendorong Yosef) Pergi sana!
Maria     : Aduh kak, sepertinya ketubanku mau pecah. Aduh!
Yosef     : Tahan sebentar, adik. (Membantu Maria duduk)
Maria     : Sepertinya sudah tidak bisa lagi, kak. Sakit! Sakit, kak!
Yosef     : (Bingung dan berteriak) Adakah yang bisa menolong kami? Toloooong………….... (Layar ditutup)

Adegan IX
( Di suatu tempat menjelang malam. Ada beberapa orang sedang menggembalakan ternaknya )
Gembala 1 : Bagaimana engkau punya sapi-sapi itu?
Gembala 2 : Yah, begitulah. Badannya saja yang besar, harganya kecil.
Gembala 1 : Makanya engkau pelihara babi saja seperti aku. Setiap ada pesta orang bakar batu dan pasti cari babi. Harganya… selangit.
Gembala 2 : Karena itu, saya punya rencana mau pelihara babi saja. Sapi saya akan jual. Bagaimana dengan kamu, Van?
Ivan           : Yap, memang lebih baik pelihara babi. Kambing sama sapi sedikit untungnya.
Gembala 3: Tapi, pelihara babi itu ada repotnya. Paling repot berhadapan dengan pencuri. Kalau kambing jarang dicuri.
Ivan           : Hei lihat! Cahaya apa di sana?
Adegan X
( Situasi gelap. Ada satu cahaya masuk bersamaan dengan masuknya malaikat )
Gabriel     : Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa. Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus Tuhan di Papua.
Gembala 2 : Juruselamat? Dia juruselamat kami? (Gabriel mengangguk)
Gembala 3 : Apakah Dia akan membawa kemerdekaan bagi kami?
Gabriel     : Kemerdekaan yang akan Dia bawa adalah kemerdekaan hati, bukan kemerdekaan politis. Apa artinya merdeka kalau korupsi masih merajalela, ketidakadilan, pembodohan dan penindasan masih ada. Merdeka seperti itu hanya sekedar lepas dari mulut singa masuk ke dalam mulut buaya.
Gembala 3 : Kemerdekaan apa yang Dia tawarkan?
Gabriel    : Dia mau menjadikan manusia menjadi manusia, tuan atas ciptaan. Dengan hati yang merdeka, manusia bisa menjadi tuan atas dirinya sendiri dan bisa mengendalikan diri. Dengan kemerdekaan hati manusia tidak lagi dijajah oleh nafsu sehingga menjadi budak nafsu. Tidak lagi dikendalikan oleh miras. Tidak dikuasai oleh materi yang sering membuat dia harus korupsi dan bertindak tidak adil. Dengan kemerdekaan hati Papua akan bebas dari kematian akibat HIV/AID’s dan miras. Papua akan aman, damai dan sejahtera.
Ivan           : Di mana kami bisa menemui Dia? Apa tandanya?
Gabriel     : Inilah tandanya bagimu: kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan sebuah kandang.
Gembala 1 : Kandang? Kandang apa?
Gabriel      : Bekas kandang babi.
Ivan           : Mari teman-teman, kita ke sana lihat.
Gembala 2 : Bagaimana dengan ternak kita? (Malaikat keluar)
Ivan           : Kita bawa juga ke sana.
Gembala 3: Benar. Kita bisa memberi beberapa ternak kita sebagai persembahan kepada-Nya. (Mereka keluar. Layar ditutup)

Adegan XI
( Situasi malam di hutan kecil dengan kandang babi di tengah. Di dalamnya ada Yosef, Maria dan boneka Yesus )
Gembala 2 : (Dari kejauhan) Lihat teman-teman! Itu dia di sana. (Masuk bersama temannya)
Gembala 1 : Selamat malam! Apa kamu Yosef dan Maria?
Yosef         : Benar. Ada keperluan apa kalian ke sini?
Gembala 3 : Kami datang mau melihat dan menyembah Yesus, sang Juruselamat kami.
Yosef         : Dari mana kalian tau tentang ini?
Ivan           : Malaikat Tuhan datang menampakkan diri dan mengatakannya kepada kami.
Gembala 1 : Benar! Kami datang untuk menyembah Dia, karena Dialah Juruselamat kami. Dia akan membawa perubahan dalam hidup ini. (Memberi hormat bersama-sama)
Gembala     : Ya Yesus, terimalah hormat kami!
Gembala 1 : Atas nama teman-teman, saya mempersembahkan 2 pasang anak babi dan seekor kambing. Terimalah, ya Yesus!
Gembala 3 : Saya berjanji untuk berubah. Kelak bila saya menikah, saya tidak mau punya banyak istri. Cukup satu saja.
Gembala 2  : Saya tidak akan pernah minum miras.
Gembala 1  : Saya tidak akan pernah terlibat dalam seks bebas dan narkoba
Ivan            : Saya akan melanjutkan sekolah saya yang telah saya tinggalkan.

Adegan XII
( Serombongan malaikat masuk. Cahaya terang benderang )
Malaikat   : Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di antara manusia yang berkenan kepada-Nya…3x (Layar ditutup pelan-pelan)


by: adrian
(Pernah dibawakan oleh anak-anak Seminari Menengah St. Fransiskus Asisi, Waena, dalam rangka memeriahkan Natal di Arso, Keroom)