Rabu, 27 Desember 2017

Renungan Pesta St. Yohanes Rasul

Renungan Pesta St. Yohanes Pengarang Injil
Bac I 1Yoh 1: 1 – 4; Injil   Yoh 20: 2 – 8;
Hari ini Gereja Semesta bergembira merayakan pesta Santo Yohanes, Rasul dan juga Penulis Injil. Sebagai bentuk penghormatan kepadanya, bacaan liturgi hari ini diambil dari tulisannya. Inti tulisan Yohanes adalah soal kebangkitan Yesus Kristus. Dalam Injil dikisahkan tentang dua orang murid yang pergi ke kubur untuk menyaksikan warta Maria Magdalena tentang Tuhan yang bangkit. Jika Petrus hanya sekedar melihat apa yang dilihat mata, murid yang lain, yang diyakini adalah Yohanes, melihat dengan iman. Karena itu, “ia melihat dan percaya.” (ay. 8).
Peristiwa Yesus Kristus inilah yang menjadi pokok pewartaan para rasul, termasuk Yohanes. Karena itu, dalam suratnya yang pertama, yang menjadi bacaan pertama hari ini, Yohanes kembali menegaskan soal “Firman hidup” (ay. 1). Yohanes menyatakan bahwa dirinya pernah hidup bersama-sama dengan Yesus, yang adalah firman hidup tersebut. Di sini Yohanes mau mengatakan bahwa firman hidup itu membawa keselamatan bagi yang percaya.
Yohanes mewartakan apa yang pernah dilihat, dirasakan dan dialaminya. Di sini Yohanes hendak berbagi pengalaman agar orang lain juga dapat mengalami apa yang dialaminya. Melalui bacaan liturgi hari ini, Allah menghendaki agar kita bisa mengikuti teladan Santo Yohanes. Ketika kita mengalami kasih Allah, hendaklah jangan kita nikmati sendirian, melainkan haruslah kita bagikan kepada sesama. Hal ini senada dengan pesan Yesus, “Beritahukanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Tuhan atasmu, dan bagaimana Ia telah mengasihimu.” (Mrk 5: 19)

by: adrian

PAUS FRANSISKUS: BERHENTILAH BERMAIN PONSEL .....

Beberapa jam sebelum meninggalkan Bangladesh untuk kembali ke Vatikan pada 2 Desember, Paus Fransiskus mengajak sekitar 10.000 orang muda untuk lebih memberi perhatian kepada orang lain, terutama mereka yang membutuhkan. Berbicara di depan sekelompok mahasiswa kristen dan muslim di Universitas Notre Dame di Dhaka, Paus Fransiskus memperingatkan bahaya “budaya yang membuat janji-janji palsu.”
Dia mengatakan sikap seperti itu hanya bisa mengarah pada “keterpusatan diri yang memenuhi hati dengan kegelapan dan kepahitan.” Pernyataan tersebut diserukan Paus Fransiskus sehari setelah dia bertemu dengan 16 pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari penganiayaan di Negara Bagian Rakhine, Myanmar.
Para pengungsi tersebut, termasuk seorang anak dan dua orang muda, mengatakan kepada UCANNEWS dalam sebuah wawancara bahwa Paus Fransiskus berjanji untuk membantu menceritakan kisah Rohingya kepada dunia.
“Jangan menghabiskan sepanjang hari bermain dengan telepon genggam Anda dan mengabaikan dunia di sekitar Anda,” demikian seruan Paus Fransiskus kepada orang-orang muda beberapa jam sebelum dia terbang kembali ke Vatikan.
“Sungguh menyedihkan ketika kita mulai menutup diri di dunia kecil kita dan melihat batin sendiri .... dan kita menjadi terjebak, tertutup sendiri,” katanya pada akhir perjalanan enam hari ke Myanmar dan Bangladdesh. Tema yang terus diulang dalam pernyataannya di Bangladesh, Paus Fransiskus mengulangi lagi ajakan tentang dialog dan harmoni.