Selasa, 10 Desember 2013

(Pencerahan) Kunci Sukses

 


“Seseorang yang ahli dalam kesabaran adalah ahli dalam segala hal,” demikian ungkap George Savile, seorang penulis dan politikus Inggris yang hidup di abad XVII. Di sini mau dikatakan bahwa keahlian seseorang merupakan buah dari ketekunan dan kesabarannya.

Tentulah kita akan ingat sebuah pepatah mengatakan, “Roma tidak dibangun dalam sehari.” Demikian juga kesuksesan tidak dibangun secara instan. Apalagi jika itu adalah sebuah kesuksesan jangka panjang. Kesuksesan membutuhkan proses.

Untuk mencapai sebuah tujuan diperlukan kesabaran. Jika ingin sampai ke kantor atau rumah dengan selamat, tentu kita mesti sabar menghadapi kemacetan dan pengemudi lain yang ugal-ugalan atau melanggar lalu lintas. Dalam kesabaran terkandung mental mendahulukan orang lain.

Demikian juga untuk menggapai kesuksesan. Kesabaran adalah kunci dan fondasi untuk membangun kesuksesan. Jika kita dicemooh orang, mendapatkan penolakan, menghadapi banyak rintangan atau belum memperoleh hasil signifikan dari kerja keras selama ini, hendaknya kita tidak langsung menyerah melainkan tetap bersabar.

Tentu kita kenal dengan orang yang bernama Bill Gates, tokoh penting di balik suksesnya microsoft. Sebelum menjadi orang terkaya di dunia versi majalah Forbes, Bill Gates selama bertahun-tahun menerima pendapatan dari sofware ciptaannya hanya $2  per hari. Nilai yang lebih rendah dari gaji seorang pegawai rendahan sekalipun di Amerika. Tetapi Bill Gates tetap sabar dan yakin dalam menjalankan bisnisnya.

Demikian pula dengan J.K. Rowling, penulis laris buku Harry Potter yang sangat mendunia. Sebelum sebuah penerbit kecil di Inggris, Bloomsbury, menerbitkan novel Harry Potter, J.K. Rowling menghadapi 12 kali penolakan terhadap manuskripnya. Seandainya J.K. Rowling menyerah dan tidak sabar dalam menghadapi 12 kali penolakan, kita tidak akan pernah membaca hasil karyanya yang menakjubkan itu, dan ia pun tidak akan sesukses seperti sekarang ini. 

Sukses adalah buah dari kesabaran. Kesabaran tidak ada batasnya. Kalau orang mengatakan bahwa kesabaran itu ada batasnya, itu karena ia berhenti bersabar. Karena itu, jika kita merasa sudah cukup bersabar, tambahkan lagi dosis sabarnya. Perbedaan antara kesuksesan dan kegagalan terletak pada kesabaran dan ketekunan.


by: adrian, diolah dari email Anne Ahira

Orang Kudus 10 Desember: St. Antonio Durando

BEATO MARC ANTONIO DURANDO, PENGAKU IMAN
Marc Antonio Durando lahir pada 22 Mei 1801 di Mondovi, Italia. Pada usia 15 tahun, ia menyatakan keinginannya untuk pergi sebagai misionaris ke Cina dan ia bergabung dengan Kongregasi Misi. Ia ditahbiskan sebagai seorang imam pada tanggal 12 Juni 1824 di Casale Monferrato. Sampai dengan kematiannya, keinginannya untuk pergi ke Cina tidak pernah terwujud. Pada tahun 1829 ia dikirim untuk berkarya di Turin. Ia banyak berkotbah mengenai Misi dan dua tahun kemudian ia ditunjuk sebagai superior. Salah satu usaha awalnya adalah membawa Suster-Suster Putri Kasih ke Piedmont, dimana mereka melayani rakyat dan rumah sakit militer. Ia juga mengirim mereka ke medan perang pada tahun 1855. Pada tahun 1837, ia ditunjuk sebagai superior untuk provinsi Italia Utara, posisi yang ia duduki sampai dengan kematiannya. Dalam posisinya ini, ia berkotbah retreat untuk pada imam dan menyediakan pengarahan spiritual kepada Suster-Suster St. Yosef atas permintaan Uskup Agung Turin. Ia banyak berkarya dalam komunitas religius wanita. Pada tahun 1855 ia mendirikan Sekolah Brignole-Sale, tujuannya adalah mempersiapkan para umam untuk melayani dalam misi ke luar negri. Ia juga membantu para wanita muda yang tidak dapat masuk dalam komunitas religius karena tidak memenuhi persyaratan kanon. Ia mengirim mereka kepada orang-orang sakit, dengan Luigia Borgiotti sebagai pemimpinnya. Kelompok ini kemudian dikenal sebagai Company of the Passion of Jesus the Nazorean. Marc Antonio Durando, C.M., meninggal dunia pada 10 Desember 1880, dalam usia 79 tahun, di Turin, Italia. Pada 20 Oktober 2002 ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II.

Renungan Hari Selasa Adven II - A

Renungan Hari Selasa Adven II, Thn A/II
Bac I   : Yes 40: 1 – 11; Injil         : Mat 18: 12 – 14

Sabda Tuhan hari ini mau berbicara tentang Allah sebagai gembala yang baik. Dalam bacaan pertama, Yesaya mengibaratkan Yahwe itu dengan seorang gembala yang penuh perhatian dan kehati-hatian dalam merawat dan mengurus domba-dombanya (ay. 11). Sekalipun umat-Nya bersalah, Yahwe tetap mencintai, meski untuk dosa itu ada hukuman. Namun yang perlu disadari adalah Yahwe tidak mau membiarkan umat-Nya hilang dan menderita.

Hal yang sama terungkap juga dalam Injil. Dalam Injil Yesus membandingkan Allah Bapa dengan gembala yang baik. Sekalipun satu ekor domba hilang, ia akan tetap mencari sampai ketemu. Ia tidak mau seekor pun dombanya hilang. “Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang.” (ay. 14).

Hari ini, lewat sabda-Nya, Tuhan mau menyadarkan kita bahwa Allah kita adalah Allah yang mahabaik. Ia tidak menghendaki kita binasa, melainkan selamat. Sekalipun kita hilang (berdosa dan bersalah), Allah akan tetap mencari. Di sini berarti ada peluang untuk ditemui. Agar mudah ditemui, maka kita harus memunculkan diri. Salah satu cara pemunculan itu adalah dengan bertobat. Masa Allah mencari merupakan masa bagi kita untuk bertobat. Inilah yang dikehendaki Allah bagi kita hari ini.

by: adrian