Samir agak kurang percaya pada cerita-cerita temannya tentang acara
malam keyboard. Memang seperti sudah menjadi kebiasaan di wilayah
Sumatera Utara untuk menyelenggarakan keyboard pada malam
hajatan. Perkawinan, misalnya. Itu Samir sudah lama tahu. Malah ia tahu sejak
kapan kebiasaan keyboard muncul menggantikan seni-seni
tradisional seperti gondang atau musik-musik orkes keliling. Samir
tahu. Tapi kalau sudah menampilkan artis-artis cantik nan sexy dengan
goyang seronok, Samir belum tahu. Itupun
kalau tidak diceritakan rekan-rekannya, ia tetap tidak akan tahu.
“Aduh Bang, gila bener gerakannya,“ jelas Joko sambil
meniru-niru gerakan penyanyi keyboard dua malam lalu di
desa Sigagak.
“Celananya saja kayak celana renang cowok. Ketat. Seketat
baju yang membungkus tubuhnya. Teteknya..., waduh aku jadi mau onani saja.”
Samir senyum-senyum saja. Ia masih belum percaya. Ia hanya curiga, mungkin
itu sekedar khayalan teman-temannya yang sering nonton film-film porno.
Bukankah CD-CD porno agak bebas beredar. Malah di
rental-rental yang ada di kampung-kampung pun sudah bisa kita temui CD blue
film. Tinggal sebut ‘filem Unyil’ saja, petugas rental udah mengerti.
“Kenapa sih Abang nggak percaya?”