Senin, 12 November 2012

(Inspirasi Hidup) Jangan Selalu Suka Menunda

JANGAN SELALU MENUNGGU HARI SENIN

Kamu tentu masih ingat kisah gadis kembar asal Iran, Laden dan Laleh Binjani, yang meninggal setelah dilakukan operasi pemisahan kepala di rumah sakit Raffles, Singapura pada 8 juli 2003 silam. Operasi pemisahan ini merupakan salah satu operasi berisiko tinggi dan belum pernah dilakukan sebelumnya mengingat operasi ini baru dilakukan setelah kedua gadis itu berumur 29 tahun. Bayangkan! Selama 29 tahun mereka harus hidup dengan ubun-ubun yang berdempetan satu sama lain atau dalam bahasa kedokterannya disebut craniopagus vertical.

Hidup berdempetan kepala tak hari menghalangi hidup. Hal yang menakjubkannya adalah mereka berdua lulus sebagai sarjana hukum. Namun, mereka mempunyai keinginan dan cita-cita yang berbeda. Laden yang bersuara lantang, menginginkan hidup terpisah dari saudari kembarnya sebagai seorang pengacara di kota kelahiran mereka, Shiraz. Sedangkan Laleh, sebelum dilakukan operasi dia mengatakan ingin menjadi seorang wartawan di Teheran. Cita-cita yang timbul dari semangat untuk menjadi lebih baik. Meski cita-cita itu harus kandas setelah operasi itu tak berhasil memisahkan keduanya secara sempurna.

Mengapa baru pada usia 29 tahun keduanya baru dioperasi? Mengapa pula mereka tetap bersikeras untuk dioperasi meski keduanya tahu bahwa operasi dempet kepala memiliki banyak dimensi mikroteknik saraf yang sangat rumit? Keduanya pun tahu resiko yang akan terjadi bila aliran darah ke otak terputus meski hanya sejenak. Namun, semangat yang besar dari keduanya untuk menjadi dirinya masing-masing secara terpisah menjadi inspirasi yang luar biasa.

Memiliki cita-cita adalah hak setiap manusia, seperti halnya hak untuk hidup. Akan tetapi hidup dengan cita-cita itu adalah pilihan. Karena hidup tanpa cita-cita tak ubahnya berlayar tanpa arah. Maka tinggal tunggu saja saat karam perahunya. Bahkan si kembar Laleh dan Laden pun memiliki hak untuk bercita-cita. Meski tak sempat menjadi nyata. Maka lihatlah kemauan keras dari kedua manusia yang ditakdirkan Yang Maha Berkehendak untuk bersahabat dengan “cacat”, namun memiliki keinginan untuk tetap survive. Bahkan mereka dapat membuktikan bahwa ketidaksempurnaan bukanlah suatu penghalang bagi seseorang untuk terus belajar dan berprestasi.

Lalu bagaimanakah dengan kita yang normal? Sudahkan kita memiliki cita-cita? Cita-cita yang tak sekedar cita-cita, tapi cita-cita yang menjadi arah hidup kita. Tak ada salahnya untuk mulai menyusunnya dari sekarang, tanpa harus menunggu momen tertentu. Momen yang kadang tidak selalu sempat kita dapati ketika kita menunggu-nunggu.

Jangan menunda untuk mulai mengubah hidup, esok, lusa, atau tahun depan. Mulailah mengubah hidup sekarang, jangan tunggu hari Senin. Masa depan sudah mulai ditentukan hari ini. Jangan rusakkan masa depan dengan kegiatan tak berguna hari ini.
Baca juga refleksi lainnya:

Notulensi Pertemuan Tim Pendamping OMK

Notulensi Pertemuan Tim Pendamping OMK, 
08 November 2012

Tempat            : Aula Pastoran
Waktu             : 17.21 – 18.44
Peserta               : Ibu Sulastri, Bapak Pontius, Bapak Inno, Ibu Monoarfa, Ibu Lie Hua, Bapak Petrus, Bapak Eko dan Rm Adrian.

Agenda           :
1.      Sharing pengalaman pembekalan
2.      Laporan Sosialisasi OMK
3.      Kegiatan OMK di Tahun Iman

Uraian            :
Pertemuan dibuka dengan doa pembukaan oleh Bpk Petrus. Setelah doa, moderator mengucapkan terima kasih atas kesediaan tim pendamping yang mau meluangkan waktunya untuk datang. Moderator menyampaikan bahwa pertemuan diharapkan selesai sekitar 18.30 lewat sedikit, mengingat ada anggota tim yang akan mengikuti perayaan ekaristi di KBG-nya.  Moderator juga menyampaikan alasan tiga anggota yang tak sempat hadir, yaitu Ibu Linda Pak Sagala dan Pak Wawan. Ibu Linda dan Pak Wawan karena alasan kesehatan, sedangkan Pak Sagala karena tugas/pekerjaan. Pak Niko dan Pak Bura tidak ada informasi.

Kemudian moderator menyampaikan agenda pertemuan. Namun sebelum memasuki agenda pertemuan, moderator mengungkapkan soal kegiatan misa OMK. Bahwa misa OMK itu bersifat tematis, sehingga bisa menjadi dari, oleh dan untuk OMK. Di sini OMK tidak sebagai obyek, melainkan subyek. Berbeda jika OMK hanya sekedar menjadi penanggung jawab liturginya saja seperti kasus tgl 28 Okt lalu. Misa tematis tidak boleh diadakan pada hari minggu. Dan untuk menyelenggarakan misa tematis harus dipertimbangkan juga dengan tenaga pastoralnya.

Akhirnya moderator mengajak peserta masuk dalam agenda pertemuan. Agenda sharing sebenarnya diberi kesempatan kepada dua orang utama: Bpk Pontius dan Ibu Linda. Namun karena Ibu Linda berhalangan, maka hanya Pak Pontius saja sebagai pe-sharing utama. Dengan sharing ini diharapkan moderator sendiri dan juga beberapa anggota tim pendamping OMK yang tidak ikut pembekalan mendapat masukan.

1.        Sharing Pengalaman Pembekalan
Bagi Pak Pontius, kegiatan pembekalan yang diikutinya menumbuhkan rasa tanggung jawab untuk menemani kaum muda di jaman super canggih ini. Memang disadari ada perbedaan kaum muda sekarang dengan kaum muda di jamannya dulu, yang belum mengenal teknologi dan modernitas.

Pak Pontius melihat bahwa OMK sekarang kurang aktif disebabkan oleh faktor modernitas. Lewat pembekalan ini Pak Pontius merasa diharapkan untuk mendekati teman-teman yang masih mau ikut kegiatan gereja. Dan beliau terpanggil untuk peduli pada OMK. Untuk itu, akan dimulai di KBG St Robertus Kampung Harapan.

Pak Inno menambahkan: senang dengan simulasi dari Rm Benny. Para peserta pembekalan langsung diposisikan sebagai fasilitator dan mencoba menanggapi dan menangani OMK. Pak Inno sudah menerapkannya di Bati. Dan dari sana muncullah beberapa kegiatan.

Ibu Sulastri: apa yang diberikan oleh Rm Benny pada waktu pembekalan sangat bagus bila diterapkan langsung ke OMK

Rm. Adrian: Berdasarkan sharing Ibu Sulastri, maka sangat diharapkan praktek langsung di kelompok OMK yang sudah ada. Pak Inno dan Pak Bura dengan OMK Bati-nya. Pak Pontius dan Pak Sagala dengan Naposo Saroha-nya. Sangat diharapkan Pak Petrus dan Ibu Lie Hua membentuk OMK Mandarin sehingga bisa menerapkannya.

2.        Laporan Sosialisasi OMK
Sebenarnya yang bertugas memberikan laporan sosialisasi OMK ini adalah Pak Inno dan Pak Wawan. Karena Pak Wawan tidak hadir, maka laporan hanya diterima dari Pak Inno saja.

Pak Inno sudah mengumpulkan OMK Bati di halaman Groto. Diawali dengan doa lalu menjelaskan situasi gereja seperti yang diberikan moderator. Langsung ada reaksi dari anak-anak atas penjelasan itu. Mereka tidak mau situasi gereja di Eropa terjadi juga di Paroki St Yosep Balai, khususnya di Bati.

Acara waktu itu langsung diikuti dengan pembentukan pengurus OMK Stasi Bati, tanpa ada pemilahan kelompok. Satu minggu kemudian anak-anak berkumpul membuat program dan seksi. Pertemuan ini atas inisiatif pengurus OMK sendiri. Pak Inno dan Pak Bura diundang. Dalam pertemuan itu disinggung juga soal dana, namun Pak Inno tidak berani memberi kepastian, karena soal dana ini bisa menjadi perpecahan.

Ada satu kegiatan yang sudah dilakukan anak-anak, yaitu rekreasi. Dalam rekreasi itu ada permainan yang bukan sekedar bermain, karena anak-anak diajak untuk menemukan nilai dari permainan itu. Pak Inno melihat ada antusiasme orang tua dalam mendukung kegiatan OMK. Namun dalam hati kecil Pak Inno ada ketakutan fenomena ini hanya panas-panas tai ayam.

Rm. Adrian: Tujuan sosialisasi OMK yang diberikan adalah membangkitkan kesadaran kaum muda untuk terlibat dalam gereja dan terbentuknya kelompok kategorial. Soal pembentukan pengurus, apakah sudah mengikuti ketentuan yang berlaku sekarang ini tentang struktur paroki yang baru. Ternyata dari nama pengurus OMK stasi Bati, ada satu nama yang sedikit bermasalah, yaitu Susi. Beliau ini adalah ketua KBG Bati Laut, dan di OMK stasi Bati sebagai sekretaris. Jadi, ada jabatan rangkap.

Akhirnya, solusi yang ditempuh adalah dengan menggunakan nama orang lain, sementara pelaksananya tetap Susi.

Soal dana moderator mengusulkan agar OMK mempunyai kas sendiri. Salah satu tujuannya, seperti mengutip pernyataan Arum, untuk memotong birokrasi. Karena itu, disarankan agar uang OMK disimpan di CU bagian Bahari.

Pak Pontius mengingatkan soal sisi baik dan buruk adanya iuran. Ini berdasarkan pengalamannya.

Ibu Sulastri tidak setuju dengan iuran, karena iuran akan lebih banyak berdampak buruk. Alasannya, iuran itu bersifat wajib. Kewajiban ini sering membuat lemah anak-anak untuk terlibat. Oleh karena itu, Ibu Sulastri mengusulkan agar setiap ada pertemuan OMK, anak-anak mengadakan kolekte. Uang kolekte inilah digunakan sebagai kas OMK. Di samping itu, untuk kegiatan-kegiatan sosial lainnya, anak-anak bisa swadaya tanpa mengeluarkan biaya yang tak perlu. Misalnya, tak perlu beli air minum karena bisa bawa air minum di botol dari rumah. Sedapat mungkin tak perlu carter mobil jika kendaraan yang ada memungkinkan.

3.        Kegiatan OMK di Tahun Iman
Moderator menyampaikan bahwa salah satu kegiatan yang didapat dari pertemuan 25-26 Oktober lalu di Batam adalah membuat cermin pastoral. Dan Rm Adrian sudah membuat cermin pastoral pengembangan OMK (lihat lampiran 1). Moderator sudah meminta kepada beberapa anggota tim pendamping untuk melihatnya di Blog Paroki dan coba mengutak-atiknya untuk Tahun Iman. Secara khusus moderator meminta kepada Ibu Sulastri untuk mengembangkan cermin pastoral. Oleh karena itu, dalam agenda ini Ibu Sulastri menjelaskan soal cermin pastoral pengembangan OMK di Tahun Iman (lihat lampiran 2).

Sebenarnya pertemuan ingin langsung menemukan kegiatan apa yang dapat dilakukan oleh OMK. Namun ada usul dari Pak Pontius bahwa mungkin ada baiknya melibatkan juga anak muda untuk menentukan jenis kegiatannya. Di samping itu juga waktu sudah menunjukkan jam 18.30.

Karena itu diputuskan untuk pertemuan lagi pada tanggal 19 November pada jam yang sama. Moderator langsung mengingatkan bahwa pertemuan itu akan membahas dua agenda: membuat program dan membuat job description ketua dan pengurus OMK lainnya.

Acara selesai jam 18.35. Moderator mengucapkan banyak terima kasih atas peran serta anggota tim pendamping. Sebelum ditutup dengan doa, moderator mengingatkan peserta bahwa tanggal 11 Nov nanti akan ada pertemuan dengan OMK pelajar di aula/gereja paroki. Moderator meminta peran serta tim pendamping untuk mengajak, mengerahkan dan menggerakkan para pelajar yang masuk kategori OMK pelajar untuk mengikuti pertemuan itu. Pak Pontius mengusulkan agar untuk kegiatan ini bisa juga melibatkan para ketua-ketua KBG agar mereka mengerahkan anak-anak di KBG-nya. Bagi moderator, usul ini mungkin sudah terlambat untuk OMK Pelajar, namun akan dipakai untuk OMK Karya yang akan bertemu pada 18 November. Pak Pontius mengusulkan lagi untuk melibatkan sekolah. Untuk ini moderator akan menghubungi Pak Thomas dan Pak Yordan.

Pertemuaan ditutup dengan doa dan berkat oleh Rm. Adrian pada 18.40.

Lampiran 1

Cermin Pastoral Pengembangan OMK
Kata Kunci
Indikator
Pertanyaan Tuntunan
OMK berpusat pada Kristus
1.     Ketika OMK menjadikan Sabda Allah sebagai pedoman hidup
Kegiatan apa yang membantu OMK sehingga Sabda Allah menjadi pedoman hidup


2.     Ketika OMK aktif mengikuti ekaristi & devosi-devosi
Bagaimana agar OMK aktif mengikuti ekaristi dan devosi-devosi


3.    Ketika OMK menghayati sakramen-sakramen & sakramentali
Kegiatan apa yang membantu OMK untuk menghayati sakramen-sakramen & sakramentali



OMK sebagai sebuah komunio
1.     Ketika OMK terlibat dalam KBG
Bagaimana agar OMK terlibat dalam KBG


2.     Ketika OMK aktif terlibat dalam kelompok
Bagaimana agar OMK aktif terlibat dalam kelompok


3.    Ketika ada solidaritas antar OMK
Bagaimana agar OMK mau mewujudkan solidaritas antar OMK



OMK yang bermisi
1.      Ketika OMK mau memberi
Kegiatan apa yang membantu OMK untuk mau memberi


2.     Ketika OMK terlibat dalam organisasi masyarakat kepemudaan
Kegiatan apa yang membantu OMK terlibat dalam ormas kepemudaan


3.    Ketika ada kasih dan pengampunan antar OMK
Bagaimana agar kasih dan pengampunan tumbuh dalam OMK

Lampiran 2

Cermin Pastoral Pengembangan OMK di tahun iman
Kata Kunci
Indikator
Pertanyaan Tuntunan
Jenis Kegiatan
OMK berpusat pada Kristus
1.1 Ketika Kaum Muda menjadikan Sabda Tuhan pedoman hidup.
Bagaimana kegiatan Kaum Muda paroki pada Tahun Iman ini mampu membantu para anggotanya agar Sabda Tuhan menjadi pedoman hidup?
1.1.1  
1.2 Ketika Kaum Muda menghayati  doa dan devosi.
Bagaimana kegiatan Kaum Muda paroki pada Tahun Iman ini mampu membantu para anggotanya untuk menghayati sakramen-sakramen, doa-doa, devosi-devosi, sakramental?
1.2.1  
1.3 Ketika Kaum Muda menghayati sakramen dan sakramentali.
Bagaimana kegiatan Kaum Muda paroki pada Tahun Iman ini mampu membantu para anggotanya untuk saling melayani?
1.3.1  




OMK sebagai sebuah komunio
2.1 Ketika ada kebersamaan dalam komunitas Kaum Muda.
Bagaimana kegiatan Kaum Muda paroki pada Tahun Iman ini mampu membantu para anggotanya untuk merasakan kebersamaan dalam komunitas Kaum Muda?
2.1.1
2.2 Ketika anggota komunitas Kaum Muda saling mengenal secara mendalam.
Bagaimana kegiatan Kaum Muda paroki pada Tahun Iman ini mampu membantu para anggotanya untuk saling mengenal secara mendalam?
2.2.1
2.3 Ketika ada solidaritas antar anggota Kaum Muda (saling mengukuhkan).
Bagaimana kegiatan Kaum Muda paroki pada Tahun Iman ini mampu membantu para anggotanya untuk merasakan solidaritas dan saling mengukuhkan?
2.3.1




OMK yang bermisi
3.1 Ketika ada rasa damai.
Bagaimana kegiatan Kaum Muda paroki pada Tahun Iman ini mampu membantu para anggotanya untuk merasa damai?
3.1.1
3.2 Ketika ada persaudaraan.
Bagaimana kegiatan Kaum Muda paroki pada Tahun Iman ini mampu membantu para anggotanya untuk merasakan persaudaraan?
3.2.1
2.3 Ketika ada kasih dan pengampunan.
Bagaimana kegiatan Kaum Muda paroki pada Tahun Iman ini mampu membantu para anggotanya untuk merasakan kasih dan pengampunan?
3.3.1