Selasa, 27 Januari 2015

(Pencerahan) Memohon Maaf Sebelum Terlambat

AYAH AKU MOHON MAAF
Dan pohon kemuning akan segera kutanam
Satu saat kelak dapat jadi peneduh
Meskipun hanya jasad bersemayam di sini
Biarkan aku tafakkur bila rindu kepadamu.

Walau tak terucap aku sangat kehilangan
Sebahagian semangatku ada dalam doamu
Warisan yang kau tinggal petuah sederhana
Aku catat dalam jiwa dan coba kujalankan.

Meskipun aku tak dapat menungguimu saat terakhir
Namun aku tak kecewa mendengar engkau berangkat
Dengan senyum dan ikhlas aku yakin kau cukup bawa bekal
Dan aku bangga jadi anakmu.

Ayah aku berjanji akan aku kirimkan
Doa yang pernah engkau ajarkan kepadaku
Setiap sujud sembah yang engkau hadir terbayang
Tolong bimbinglah aku meskipun kau dari sana.

Sesungguhnya aku menangis sangat lama
Namun aku pendam agar engkau berangkat dengan tenang
Sesungguhnyalah aku merasa belum cukup berbakti
Namun aku yakin engkau telah memaafkanku.

Air hujan mengguyur sekujur ke bumi
Kami yang ditinggalkan tabah dan tawakkal.

Ayah aku mohon maaf atas keluputanku
Yang aku sengaja maupun tak kusengaja
Tolong padangi kami dengan sinarnya sorga
Teriring doa selamat jalan buatmu ayah tercinta

by: Ebiet G Ade
Baca juga:
2.      Kenaikan Pangkat

Orang Kudus 27 Januari: St. Robertus Molesmes

SANTO ROBERTUS MOLESMES, ABBAS
Robert lahir pada sekitar tahun 1029 di Troyes, Champagne, Perancis. Ia adalah putera dari keluarga bangsawan. Pada usia limabelas tahun, Robertus memutuskan bergabung dengan Biara Benediktin di Mountier la Celle. Di biara ini, Robertus sempat menjabat sebagai Prior, sebelum ia kemudian ditunjuk menjadi Abbas di biara St. Michael de Tonnere pada tahun 1068. Di sini ia mencoba untuk melakukan pembaharuan, tetapi mendapat tantangan. Selain itu ada beberapa hal lain yang membuat Robertus memutuskan untuk kembali ke Mountier la Celle.

Pada tahun 1071 Robertus kemudian menjadi prior di Biara St. Aveul de Provins. Atas permintaan para petapa dari Collan, Paus Gregorius VII menunjuk Robertus untuk menjadi prior mereka. Robertus merasa lokasi pertapaan di Collan kurang cocok dan kemudian ia mendirikan biara di Molesmes. Biara ini menjadi terkenal dan juga berkelimpahan harta. Robertus berusaha keras untuk mengatur biara ini, tetapi ia mendapat berbagai pertentangan. Robertus akhirnya memutuskan untuk pergi meninggalkan biara ini bersama dengan Albert dari Citeaux, Stefanus Harding dan beberapa biarawan lainnya.

Bersama dengan Albert dan Stefanus, ia mendirikan biara di Citaeux, dan Ordo Sistersian (O.Cist) pada 21 Maret 1098. Robertus menjadi Abbas untuk biara Citaeux dan Superior untuk Ordo Sistersian. Pada tahun 1100, Robertus diminta untuk kembali ke biara Molesmes oleh para biarawan Molesme. Robertus kembali menjadi Abbas di Molesmes dan mengadakan pembaharuan. Robertus dari Molesmes, O.Cist meninggal dunia pada 21 Maret 1111 di Molesme, Perancis. Pada tahun 1222 ia dikanonisasi oleh Paus Honorius III

Baca juga orang kudus hari ini:

Renungan Hari Selasa Biasa III - Thn I

Renungan Hari Selasa Biasa III, Thn B/I
Bac I    Ibr 10: 1 – 10; Injil                Mrk 3: 31 – 35;

Hari ini bacaan pertama diambil dari Surat kepada Orang Ibrani. Dalam suratnya, penulis berbicara tentang korban persembahan sebagai sarana keselamatan. Korban persembahan diatur dalam hukum Taurat, namun keselamatannya bersifat bayangan saja. Karena itu, korban persembahan itu musti diadakan terus menerus. Menurut penulis hakekat keselamatan tampak pada persembahan diri, yaitu melakukan kehendak Allah. Di sini penulis mau mengatakan kepada pembacanya bahwa melakukan kehendak Allah adalah persembahan diri yang berkenan di hati Tuhan.

Injil hari ini juga berbicara tentang melakukan kehendak Allah. Dikisahkan ketika Tuhan Yesus mengajar orang banyak, ibu dan saudara-saudara-Nya datang. Orang banyak menyampaikan kedatangan mereka kepada Tuhan Yesus. Bukannya langsung menyambut mereka, Yesus malah membuat pengajaran baru berkaitan dengan relasi kekeluargaan. Tuhan Yesus membongkar sekat-sekat primordialisme dalam masyarakat dan menggantikannya dengan bangunan kebersamaan dalam persaudaraan sejati. Yang mengikat relasi satu sama lain tidak lagi suku, darah, ras atau agama, melainkan pada kehendak Allah. Siapa saja yang melakukan kehendak Allah, hidup dalam satu ikatan kekeluargaan. Semangat inilah yang hendak dibangun Yesus.

Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa melaksanakan kehendak Allah menjadi prioritas utama dalam kehidupan kita. Melakukan kehendak Allah inilah yang akan mendatangkan keselamatan, bukan hanya di akhir zaman, melainkan juga saat kini dan di sini. Hidup dalam persaudaraan satu sama lain karena terikat satu keluarga tentulah akan mendatangkan kedamaian dan ketentraman hidup. Kita tidak lagi memandang suku, agama, ras, golongan atau gendernya, yang dapat menyebabkan kita terpecah-pecah, melainkan kita melihat sebagai satu keluarga karena ikatan kehendak Allah. Siapapun yang melakukan kehendak Allah adalah anggota keluarga kita.

by: adrian