Sabtu, 01 November 2014

Sekilas tentang Purgatorium

APA SESUNGGUHNYA API PENYUCIAN ITU?

Kita tentu sudah pernah mendengar tentang keberadaan "api yang membersihkan dosa-dosa" menurut Kitab Suci. Oleh Gereja Katolik, api ini dinamakan Api Penyucian. Lantas, apa sesungguhnya Api Penyucian itu?

Menurut Katekismus Gereja Katolik #1030-1032, Api Penyucian adalah "suatu kondisi yang dialami oleh orang-orang yang meninggal dalam keadaan rahmat dan dalam persahabatan dengan Tuhan, namun belum suci sepenuhnya, sehingga memerlukan proses pemurnian selanjutnya setelah kematian."

Pemurnian di dalam Api Penyucian sangat berbeda dengan siksa neraka. Jiwa-jiwa yang masuk Api Penyucian adalah mereka yang nantinya PASTI akan masuk Surga, hanya saja mereka perlu dimurnikan lebih lanjut. Sedangkan jiwa-jiwa yang masuk Neraka, ini adalah hukuman final dan kekal bagi mereka.

Jadi mereka yang di Api Penyucian bukanlah calon penghuni Neraka. Ia juga bukan "kesempatan kedua" bagi jiwa-jiwa yang sudah diputuskan masuk Neraka. Jiwa yang diputuskan masuk Neraka, langsung masuk Neraka. Sedangkan jiwa yang diputuskan masuk Surga, entah langsung masuk Surga, atau harus lewat Api Penyucian dulu.

KARENA KASIH ALLAH
Api Penyucian ada karena belas kasih dan kerahiman Allah yang begitu besar kepada manusia. Sebab, jiwa-jiwa yang setia padanya namun belum dapat masuk Surga, masih diberikan waktu untuk pemurnian agar dapat menikmati kebahagiaan kekal sepenuhnya. Tanpa jiwa yang sungguh-sungguh murni, orang tidak bisa berhadapan muka dengan-Nya.

Lantas, kalau memang Allah begitu mengasihi kita, kenapa jiwa-jiwa tidak langsung masuk Surga saja? Bukannya dengan demikian Allah lebih "baik" lagi?

Allah memang adalah kasih, namun Allah juga adalah kudus (Yes 6:3). "Tidak akan masuk ke dalamnya [surga] sesuatu yang najis" (Why 21:27). Kebenaran Ilahi ini tidak mungkin ditentang oleh Allah sendiri. Maka, tidak dapatlah orang yang "setengah kudus" atau "agak suci" masuk Surga.

Apabila Allah itu jahat, maka yang "setengah kudus" ini mudah saja, langsung masukkan saja ke Neraka, toh tidak bisa masuk Surga. Namun, Allah masih memberikan kita kesempatan pemurnian di Api Penyucian. Inilah bentuk kasih-Nya yang begitu mendalam, lebih dalam daripada kasih kita kepada-Nya.


Don't Worry, Be Happy!

INGIN BAHAGIA, KENDALIKAN EMOSI
Masalah datang silih berganti. Tekanan berat dan tuntutan yang tinggi membuat emosi mudah meledak-ledak. Jika sudah begini, bagaimana bisa merasa bahagia?

Sebenarnya, agar lebih merasa bahagia, tidak hanya mindset yang perlu diubah. Seseorang pun perlu mencermati hal-hal di sekelilingnya yang bisa memicu timbulnya stress atau depresi. Tidak hanya masalah besar, masalah kecil yang tidak dipedulikan bisa menjadi masalah besar nantinya. Apabila digolongkan, ada beberapa sumber pemicu stress menurut lokasi.

Keluarga
Masalah terbesar kerap kali muncul dari orang-orang terdekat. Inilah yang bisa menjadi sumber pemicu timbulnya stress. Stress terbesar di antaranya berasal dari masalah dalam lingkup keluarga. Misalnya, kematian pasangan hidup atau keluarga dekat. Kematian kerap membuat orang merasa kehilangan, sedih teramat dalam dan tidak bisa menerima perpisahan.

Kehidupan baru dalam masa pernikahan juga bisa menjadi sumber masalah. Dua orang dengan latar belakang, gaya hidup dan pemikiran berbeda yang disatukan adalah perkara yang tidak mudah. Merupakan hal yang umum bila terjadi konflik-konflik pada awal pernikahan. Masalah lainnya adalah perceraian. Rasa kecewa, putus asa dan sedih muncul ketika terjadi perceraian.

Pekerjaan
Ada banyak hal yang bisa memicu stress dalam pekerjaan. Di antaranya tuntutan target yang tinggi, atasan yang bersikap diktator, beban pekerjaan terlalu tinggi, gaji yang telalu kecil dan pekerjaan tidak sesuai dengan bakat dan kemampuan.

Renungan HR Semua Orang Kudus - A

Renungan HR Semua Orang Kudus, Thn A/II
Bac I    Why 7: 2 – 4, 9 – 14; Bac II             1Yoh3: 1 – 3;
Injil      Mat 5: 1 – 12a;

Hari ini Gereja Universal mengajak umatnya merayakan Hari Raya Semua orang Kudus. Bacaan pertama dan Injil hari ini menjelaskan secara implisit siapa itu orang kudus. Dalam Kitab Wahyu, yang menjadi bacaan pertama, orang kudus itu digambarkan dengan orang yang memakai jubah putih. Dikatakan bahwa orang kudus itu adalah mereka yang keluar dari kesusahan besar dan telah mencuci jubah mereka menjadi putih dalam darah Anak Domba. Artinya, mereka sudah ikut menderita bersama Kristus. Kesusahan dan penderitaan yang dialami selama di dunia ini berpuncak pada kebahagiaan di surga.

Hal itu juga yang diungkapkan Tuhan Yesus dalam Sabda Bahagia-Nya. Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa orang kudus adalah orang yang berbahagia, sebagaimana yang disampaikan Tuhan Yesus. Mereka mengalami kebahagiaan di mata Allah, yang di mata manusia atau dunia mereka mengalami penderitaan dan kesusahan. Artinya, orang kudus ini telah mencapai kebahagiaan abadi, meski selama hidupnya di dunia mereka mengalami kesusahan dan penderitaan. Kesusahan dan penderitaan itu akibat mengikuti Kristus.

Jika dalam bacaan pertama dan Injil Allah menyampaikan gambaran orang kudus, bacaan kedua berbicara soal “calon” orang kudus. Yohanes, dalam suratnya yang pertama, mengatakan bahwa kita saat ini adalah anak-anak Allah. Berkat pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib, kita diangkat menjadi anak-anak Allah. Kita juga kelak akan menjadi orang kudus, yang menjadi sama seperti Kristus dan dapat melihat Dia dalam keadaaan-Nya yang sebenarnya (ay. 2). Yohanes mengajak umat untuk tetap menaruh pengharapan serta menyucikan diri. Tindakan menyuci diri ini seperti yang diungkapkan Kitab Wahyu, yaitu ikut menderita bersama Kristus.

Sabda Tuhan hari ini pertama-tama mau mengatakan kepada kita bahwa ada dua dunia dalam hidup kita. Yang pertama adalah dunia saat ini kita berada, dan yang kedua adalah dunia saat kita kelak dinyatakan. Hal ini menyadarkan kita bahwa hidup itu bukan hanya untuk dunia yang pertama saja. Memang dalam dunia yang pertama ini kita sudah menjadi anak-anak Allah, namun perjalanan hidup kita masih tertuju pada kehidupan lainnya. Secara tidak langsung, sabda Tuhan menyatakan bahwa ada kehidupan para kudus, dan perjalanan hidup kita pun terarah ke sana. Untuk itu, Tuhan menghendaki supaya kita senantiasa hidup dalam Dia.

by: adrian