Agnes
Sri Astuti dan Koes Pranowo berkenalan pada tahun 1972. Mereka bertemu di rumah
orangtua Agnes di Slawi, Jawa Tengah. Ayah Agnes dan Ibunda Koes berteman. Waktu
itu Agnes naik kelas 2 SMA di Semarang, sedangkan Koes mahasiswa tingkat tiga
di Jakarta. Mereka menjalin hubungan melalui surat. Hingga akhirnya mereka
memutuskan mengarungi biduk rumah tangga bersama. Namun perbedaan agama membuat
mereka harus menempuh jalan berliku.
Awalnya
orangtua Agnes tidak mengizinkan sang putri menikah dengan Koes. Seiring waktu,
orangtua Agnes mengizinkan pernikahan itu. “Dari keluarga saya, ya antara boleh
dan tidak boleh. Keluarga saya katolik semua. Jadi, saya nurut nggak nurut. Saya pernah pacaran dengan pria katolik, tiga
bulan putus. Saya merasa nggak sreg. Lalu
ibu bertanya mau saya apa? Saya jawab, mau saya dengan Mas Koes. Kemudian orangtua
mengizinkan dengan syarat harus menikah
secara katolik,” kenang Agnes. Menikah secara katolik tidak menuntut pihak non katolik harus masuk katolik, tetapi tetap dengan imannya. Berbeda kalau menikah secara islam, yang katolik harus masuk islam.
Hal sama
dialami Koes. Sang ayah, kakak, dan adik menentang rencana pernikahannya. Ibu
Koes sudah meninggal pada 1975. Keluarga Koes sangat terkejut ketika tahu Koes
akan menikah dengan Agnes yang bukan muslim. Keputusan Koes bagai petir di
siang bolong. Selama ini, anak ketujuh dari delapan bersaudara ini dikenal
penurut.
Karena
keluarga inti Koes tak bersedia melamar Agnes, Koes pun membentang harapan
kepada tante dan pamannya yang di Yogyakarta. Meskipun ia tahu, seorang
kakaknya mengatakan, keluarga melarang tante dan pamannya ikut campur. Koes tetap
meminta bantuan tante dan pamannya. Ia pergi ke Yogyakarta dengan alasan sudah
terlanjur membeli tiket kereta api.
Dalam
perjalanan menuju Yogyakarta, Koes berdoa dalam hati: “Saya serahkan semua
kepada-Mu, Tuhan. Saya tidak mau persaudaraan paman dan tante dengan keluarga
saya bermasalah gara-gara ini. Saya tidak ingin berbahagia dengan menyusahkan
orang lain. Namun, saya juga tidak mau mengecewakan Mbak Agnes. Apapun yang
terjadi, saya serahkan kepada Tuhan.” Akhirnya jalan ditawarkan, sahabat paman
dan tantenya yang melamarkan Koes.
Bahasa Cinta