Jumat, 19 September 2014

Pengantar Perjanjian Baru

KITAB SUCI PERJANJIAN BARU
Perjanjian Baru adalah sebuah kumpulan 27 kitab dari Kitab Suci yang ditulis selama 70 tahun setelah kebangkitan Yesus. Gereja para rasul melihat dalam kitab-kitab ini suatu ungkapan iman mereka yang otentik. Gereja telah mengakui secara resmi bahwa kitab-kitab ini diilhami oleh Allah, sabagai sabda Allah. Sama seperti dalam Perjanjian Lama, kitab-kitab ini tidak begitu saja jatuh dari langit, sebaliknya kita mengakuinya sebagai milik para rasul dan para pewarta Injil dalam Gereja Perdana. Kitab-kitab ini tidak bermaksud untuk menjawab semua pertanyaan kita mengenai iman, melainkan suatu kumpulan kesaksian dimana kita menemukan pribadi Yesus dan cara Gereja perdana melihat dirinya dijiwai dan digerakkan oleh kuasa kebangkitan-Nya. Kehendak Allahlah yang membuat orang-orang Kristen dari segala abad dapat mengenal Yesus dan karya penebusan-Nya melalui kesaksian-kesaksian yang dahsyat ini.

Tetapi mengapa suatu perjanjian baru ditempatkan setelah Perjanjian Lama? Semata-mata karena setiap perjanjian membentuk suatu bagian sejarah keselamatan dan pewahyuan Allah dalam sejarah. Salib Yesus memisahkan dua fase ini.

Dalam Perjanjian Lama sebuah bangsa dibentuk. Mereka bertumbuh melalui pengalaman mereka, dan setelah berharap akan seribu satu hal yang dicari semua orang, mereka baru mengerti bahwa yang benar-benar penting adalah mengharapkan dan mencari kerajaan keadilan dimana semua orang akan diciptakan baru. Ketika kita membaca sejarah Kitab Suci, kita dapat melihat arah yang ditempuh dan menemukan tahap-tahap berbeda dan tokoh-tokoh kuncinya. Israel menemukan nilai luhur eksistensi dan kehidupan sosial. Kita mengerti mengapa mereka memerlukan waktu berabad-abad untuk menemukan suatu yang melampaui pemahaman mereka. Kita mengerti mengapa kesejahteraan Kerajaan Israel kuno tidak dapat bertahan lama dan mengapa penting bagi umat Allah untuk menginsafi dan menyadari apa yang hilang dalam kekuasaan dan kemuliaan duniawi. Kita melihat mengapa, setelah bermunculan banyak juruselamat palsu, Juruselamat sejati datang bagi mereka yang sementara mengalami krisis akhir di bawah penindasan Romawi dan radikalisasi kekuatan-kekuatan politik.

Jadi pesan Yesus merupakan suatu panggilan untuk mengatasi keterbatasan nasionalisme dan fanastisisme yang sempit, supaya menemukan di sini dan kini Kerajaan dan Keadilan Allah. Sejarah Israel harus mengalir ke dalam suatu era baru dengan umat Allah yang universal, yang kaya pengetahuan akan Bapa dan Putra. Umat semacam itu tidak akan mempraktekkan kekerasan sehingga menghindari perpecahan dan penindasan. Kita tahu bahwa bangsa Yahudi jatuh setelah beberapa tahun kemudian itulah akhir dari suatu dunia dan leyapnya sebuah harapan.

Perjanjian Baru tidak menggantikan Perjanjian Lama. Ajaran Yesus tidak membuat peringatan-peringatan para nabi menjadi tidak relevan, Cinta tidak menggantikan keadilan. Keselamatan yang dijanjikan kepada umat Yahudi tidak digantikan oleh suatu “keselamatan jiwa-jiwa” tetapi sebaliknya Injil disampaikan sebagai kebenaran yang membebaskan yang meluruskan kembali sejarah dan mengerahkan semua bangsa ke arah tujuan penyatuan kembali dan rekonsiliasi dalam Kristus atas semua kekuasaan manusia dan daya kreasi dalam alam semesta.

Ketika usaha-usaha untuk menginjili orang-orang Yahudi di Palestina gagal, orang-orang Kristen Yahudi pertama berbalik kepada bangsa-bangsa lain dan memberitakan Injil kepada mereka. Dalam beberapa tahun saja, Gereja mulai tersebar luas di seluruh Dunia, yang kemudian dikenal sebagai bangsa-bangsa dari kerajaanYunani-Romawi. Pada permulaannya ada suatu kepercayaan umum di antara orang-orang Kristen bahwa pesan Yesus akan segera sampai ke ujung dunia, dan Yesus akan datang kembali dalam kemuliaan untuk menghakimi. Pada tahun 70-an ilusi ini hilang; sejarah berakhir lebih lama daripada yang telah mereka harapkan.

Komunitas-komunitas Kristen mulai mengumpulkan apa yang telah ditulis untuk menyelamatkan ajaran para rasul. Mereka juga mengartikan kembali pengalaman-pengalaman penting orang-orang Kristen perdana. Dari Kitab-kitab yang dihasilkan Gereja menyetujui kitab-kitab yang menyatakan iman sebagaimana diterima dari para rasul dan menolak kitab-kitab lainnya yang meskipun sangat pantas dihargai, kelihatannya tidak menyampaikan pesan iman yang paling fundamental dan universal.

Orang Kudus 19 September: St. Yanuarius

SANTO YANUARIUS, MARTIR
Konon Yanuarius lahir di Napoli, Italia, pada akhir abad keempat. Beliau adalah Uskup Beneventum, Italia Selatan, pada masa penganiayaan terhadap orang kristen di bawah pemerintahan kaisar Diokletianus.

Pembunuhan atas dirinya bermula dari kunjungannya ke penjara untuk menengok sahabat-sahabatnya yang dipenjarakan: Sossus, seorang diakon dari Misseno, bersama dengan Proculus, diakon dari Pozzuoli, dan dua orang awam lain: Euticius dan Acutius. Sedang ia menghibur rekan-rekannya itu, ia ditangkap dan diseret masuk penjara. Ia ditangkap oleh kaki tangan Gubernur Campania, bersama-sama dengan teman seperjalanannya, diakon Festus dan Desiderius.

Setelah mengalami aneka siksaan fisik, mereka semua dibawa ke kandang binatang buas yang kelaparan. Aneh sekali bahwa binatang-binatang buas yang kelaparan itu seolah-olah takut menyentuh tubuh mereka. Melihat itu, rakyat bersama gubernurnya , malu dan menuduh mereka menggunakan ilmu gaib untuk membungkam binatang-binatang garang itu. Segera para penguasa memutuskan hukuman penggal kepala atas mereka. Mereka mati terbunuh pada tahun 305 di Pozzuoli. Jenasah Uskup Yanuarius dibawa ke Napoli dan dimakamkan di dalam katedral.

Pada abad kelima relikui Santo Yanuarius dipindahkan ke San Gennaro, dekat Solfatara. Selama perang Norman, relikui itu dipindahkan ke Beneventum, lalu kemudian ke Monte Virgine. Pada tahun 1491, relikui itu dibawa ke Napoli dan dimakankan di sana.

Yanuarius dihormati sebagai pelindung kota Napoli. Selama abad ke-4, sebuah tempat yang berisi darah diperkirakan berasal dari Yanuarius. Darah itu tersimpan di dalam Katedral Napoli. Setiap tahun, darah itu mencair kembali pada tanggal pestanya, 19 September. Mengenai hal itu, tak ada suatu pembuktian ilmiah yang dapat menjelaskan hal itu. Tetapi oleh umat kota Napoli, kejadian itu merupakan sebuah mujizat.

sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Jumat Biasa XXIV - Thn II

Renungan Hari Jumat Biasa XXIV, Thn A/II
Bac I    1Kor 15: 12 – 20; Injil                      Luk 8: 1 – 3;

Bacaan pertama hari ini, yang diambil dari Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Korintus, berisi tentang kebenaran kebangkitan Tuhan Yesus. Ada kesan bahwa pada waktu itu ada orang meragukan kebangkitan Tuhan Yesus. Mungkin keraguan ini berakar pada keraguan akan Yesus yang disalib. Akan tetapi, Paulus berusaha meyakinkan jemaat bahwa Yesus sungguh mati di kayu salib dan bangkit dari mati-Nya. Kebangkitan Yesus menjadi dasar bagi kebangkitan orang mati lainnya. Ini menjadi kepercayaan iman yang mendatangkan keselamatan. Jadi, bagi Paulus umat harus percaya dan tak perlu ragu lagi. Pusat kepercayaan itu ada pada Yesus. Kepercayaan ini membuat iman umat tidak sia-sia.

Injil hari ini menampilkan kisah Tuhan Yesus yang memberitakan Injil Kerajaan Allah dari kota ke kota bersama para rasulnya. Ikut bersama mereka adalah sekelompok perempuan. Dikatakan bahwa “perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.” (ay. 3). Pusat pelayanan mereka sebenarnya adalah Tuhan Yesus. Mereka menggunakan kekayaannya untuk melayani Tuhan Yesus. Hal ini mereka lakukan karena mereka percaya kepada Yesus Kristus. Jadi, kepercayaan kepada Yesus inilah yang melahirkan pelayanan.

Sangat menarik kalau merenungkan pesan Tuhan lewat sabda-Nya hari ini. Kepercayaan kepada Tuhan Yesus melahirkan pelayanan. Dalam pelayanan itu ada pengorbanan, karena seperti para perempuan dalam Injil itu, mereka menggunakan kekayaannya untuk melayani Yesus. Dengan perkataan lain, mereka menjual kekayaannya demi Tuhan Yesus. Semangat ini bertentangan dengan kebanyakan semangat murid Kristus dewasa kini. Banyak orang justru menjual Tuhan Yesus demi kepentingan diri. Tuhan Yesus dijual dalam kotbah-kotbah atau dalam proyek rohani sehingga mendatangkan uang demi kepentingan pribadi. Hal ini bisa terjadi karena mereka tidak percaya kepada Tuhan Yesus. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk percaya dan mau melayani Tuhan dengan segala yang kita miliki.

by: adrian