Jumat, 17 Januari 2014

Banjir Memberi Pelajaran

Cukup menarik jika kita menyimak karikatur di Media Indonesia, Rabu, 15 Januari 2014, halaman 14. Di sana digambarkan sosok Jokowi yang berdiri di tengah kubangan air. Ini adalah gambaran banjir yang menerjang kota Jakarta. Dari keempat sudut gambar itu ada empat gambar tangan yang menunjuk ke arah Jokowi seakan hendak menuding bahwa bencana banjir ini karena kesalahan Jokowi, sebagai simbol Pemprov DKI Jakarta. Yang membuat menarik dari gambar ini adalah komentar dari salah satu telunjuk tangan, “Kenapa kok cuma dia yang dituding?”

Pertanyaan tersebut benar-benar mau menggambarkan realitas yang ada. Sejak banjir menerjang kota Jakarta, 13 Januari lalu, sorotan komentar negatif terarah kepada Pemprov DKI Jakarta. Yang sering kena imbasnya adalah Jokowi. Banyak orang, banyak pihak dan juga media, termasuk TV One, memanfaatkan bencana banjir ini untuk menyerang sosok Jokowi. Mungkin bertujuan mengurangi elektabilitasnya sebagai calon presiden 2014.

Karena itu, sangat benar apa yang diungkapkan oleh karikatur di Media Indonesia: “Kenapa kok cuma dia yang dituding?” Karikatur ini hendak mengatakan kepada kita bahwa masalah banjir ini bukan semata-mata urusan Jokowi dan/atau Pemprov DKI Jakarta saja. Masalah banjir adalah persoalan banyak pihak: Pemprov DKI, Pemerintah Pusat, warga DKI dan Pemda Bogor dan Depok.

Dari peristiwa banjir kemarin, saya melihat ada beberapa pelajar berharga yang dapat kita ambil. Pertama, empati seorang pemimpin. Sejak debit air di beberapa pintu air menunjukkan tanda-tanda signifikan, Jokowi sudah turun ke lapangan. Bahkan ketika banjir melanda, Jokowi ada bersama warganya. Beliau turut memantau langsung banjir dan derita warganya. Tak ada sisten menunda. Bencana terjadi, beliau langsung hadir.

Hal ini berbeda dengan pimpinan negara ini. Ambil contoh, sudah hampir empat bulan bencana Gunung Sinabung, baru hari ini (pertengahan Januari), Presiden SBY mengunjungi warga korban bencana. Karena itu, banyak pengamat langsung menilai bahwa kunjungannya itu merupakan wujud pencitraan; untuk menaikkan elaktibilitas partainya. Maklum, sebelumnya, citra Partai Demokrat jatuh karena ulah Bupati Karo, yang merupakan kader Partai Demokrat. Bisa dikatakan kalau kunjungan SBY ke Tanah Karo, bukan menunjukkan empatinya, melainkan citranya.

Kedua, masalah sampah. Diberitakan bahwa pada tanggal 14 Januari, air banjir mulai menyurut. Surutnya air meninggalkan sejumlah persoalan. Salah satunya adalah sampah. Ada begitu banyak sampah yang dibawa banjir memasuki rumah, halaman dan jalanan. Sampah-sampah ini selain membuat kesan kotor dan jorok, juga meninggalkan aroma tidak sedap. Tentulah beberapa penyakit siap menguntit.

Kita bisa bertanya, sampah-sampah itu dari mana? Tentulah tak bisa dilepaskan dari ulah warga. Tanpa ada kesadaran, banyak warga dengan seenaknya saja membuang sampah di sungai atau sembarang tempat. Nah, ketika banjir, air membawa sampah itu. Seakan mau dikatakan bahwa banjir mengembalikan lagi sampah yang dibuang sembarangan oleh penduduk. Jadi, sebenarnya banjir mau memberi kita pelajaran agar kita jangan membuang sampah ke sungai, kali atau selokan.

Ketiga, bisanya menuntut, tapi tidak mau dituntut. Sejak Jokowi menjabat Gubernur DKI Jakarta, banjir merupakan salah satu target kebijakannya. Jokowi tidak tinggal diam. Beliau langsung bertindak dan membuat beberapa keputusan. Artinya, kebijakan penanganan banjir sudah ada, namun pelaksanaannya selalu terbentur dengan beberapa pihak. Salah satunya adalah warga. Contohnya, soal rencana pembuatan waduk Ria Rio dan waduk Pluit mendapat semacam perlawanan dari warga. Pemda juga sudah buat kebijakan untuk tidak membuang sampah ke sungai.

Ketika banjir melanda, semua warga yang jadi korban menuntut perhatian dari pemerintah. Mereka menyampaikan harapan-harapannya agar pemerintah (DKI Jakarta) memperhatikan nasib mereka. Sungguh ironis, di saat pemerintah menyampaikan harapannya demi warganya, para warga mengabaikannya. Namun, di kala warga terkena dampak akibat ulahnya sendiri, warga menuntut pemerintah memperhatikan nasibnya.

Karena itu, hendaknya peristiwa banjir ini memberi pelajaran kepada warga DKI Jakarta supaya tidak hanya bisa menuntut, melainkan juga mau dituntut. Warga jangan hanya memperhatikan kepentingannya sendiri. Harap diingat, apa yang dituntut dari pemerintah itu semata demi kepentingan warga juga. Di sini berlaku seperti apa yang pernah dikatakan Presiden Amerika Serikat, Kennedy, “Jangan tanya apa yang bisa pemerintah berikan kepadamu, tapi tanyakanlah apa yang bisa kamu berikan untuk pemerintahmu.”
Jakarta, 15 Januari 2014
by: adrian

Salah Paham

Setelah sekian lama tak berjumpa, waktu tahbisan uskup kemarin, saya bertemu dengan beberapa teman lama. Kami mulai saling berbagi cerita tentang segala pekerjaan. Teman saya bercerita kalau dia sebagai pastor kepala paroki. Yang satunya lagi sebagai vikep. Giliran saya.

Saya            : Berarti kalian di bawah uskup. Beda dengan saya. Di keuskupan, saya di atas uskup.
Teman 1        : Akh masak?!
Saya               : Iya.
Teman 2       : Tak mungkin. Di mana-mana di keuskupan, uskup berada di atas semuanya. Mana ada pastor yang di atas uskup.
Saya           : Lain dengan Keuskupan Pangkalpinang. Saya dan Romo Manse berada di atas uskup. Kami sejajar dengan bidang masing-masing. Tapi kami di atas uskup.
Teman 1        : Emangnya, apa tugas kalian?
Saya               : Saya IT, Rm. Manse sekretaris tribunal.
Teman 2        : Koq bisa di atas uskup?
Saya      : Karena kantor kami persis di lantai dua, di atas kantor uskup yang di lantai satu
Teman 1 & 2   : Ooooo, pantas! Wkwkwkwkwkwk........
Pangkalpinang, 30 Okt 2013

Orang Kudus 17 Januari: St. Rosaline Villeneuve

BEATA ROSALINE VILLENEUVE, PENGAKU IMAN
Rosaline adalah seorang suster dari biara Kartusian. Selama hidupnya Rosaline mendapatkan begitu banyak halangan dari keluarganya untuk dapat mengabdikan diri kepada Tuhan. Pada saat umur 25 tahun Rosaline baru masuk biara, dan setelah 12 tahun kemudian menjadi prior di Biara Provence. Sehari tidur hanya 3-4 jam saja. Ia “menghukum” diri dengan ketaatan yang luar biasa. Kadang-kadang dalam seminggu ia tidak makan. Rosaline memiliki kharisma dalam melihat hati orang. Ia sering mendapatkan penglihatan dan ekstase. Rosaline meninggal pada 17 Januari 1329.

Renungan Hari Jumat Biasa I - Thn II

Renungan Hari Jumat Biasa I, Thn A/II
Bac I   : 1Sam 8: 4 – 7, 10 – 22a; Injil   : Mat 19: 16 – 26

Ada yang menarik dari struktur dua bacaan liturgi hari ini. Dalam bacaan pertama ada dialog antara Samuel, sebagai wakil Allah, dengan orang-orang Israel. Orang Israel menyampaikan keinginan mereka akan adanya raja atas diri mereka, sehingga mereka sama “seperti pada segala bangsa-bangsa lain.” (ay. 5). Samuel tidak bisa langsung memutuskannya. Dia harus mengkomunikasikannya dengan Allah. Terlihat bahwa awalnya Samuel berkeberatan dengan keinginan warganya itu. Namun karena desakan, ia akhirnya mengabulkan.

Dalam Injil ada dialog antara Yesus dengan seorang pemuda kaya. Orang kaya itu menyampaikan keinginannya untuk hidup kekal (ay. 16). Yesus langsung memberikan jawaban, yang mengacu pada perintah Allah dalam Kitab Taurat. Orang kaya itu mengaku bahwa dirinya sudah melaksanakan perintah itu, namun ia masih merasa kurang. Akhirnya, Yesus menantangnya dengan sesuatu yang melekat dengan dirinya, yaitu harta kekayaan. “Juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin.” (ay. 21).

Terkadang kita suka memaksakan keinginan kita kepada Tuhan. Tak jarang juga kita merasa diri sudah berlaku baik. Sabda Tuhan hari ini mau menyadarkan kita untuk senantiasa bersikap rendah hati dan mengutamakan kehendak Tuhan dalam hidup kita. Tuhan menghendaki supaya kita tidak mengikatkan diri pada hal-hal duniawi, melainkan hanya kepada Tuhan.

by: adrian