Minggu, 26 Juli 2015

Orang Kudus 26 Juli: St. Titus Brandsma

BEATO TITUS BRANDSMA, MARTIR
Anno Sjoera Brandsma lahir pada 23 Februari 1881 di Oegeklooster, Friesland, Belanda. Ia adalah putera dari Titus Brandsma dan Tjitsje Postma. Tiga saudaranya menjadi biarawati dan seorang lainnya menjadi biarawan Fransiskan. Anno menempuh pendidikan di seminari menengah Fransiskan dan memperoleh panggilan “pendek”. Karena kesehatannya yang kurang baik, Anno dikeluarkan, dan ia dengan berat hati menerima keputusan itu.
Anno kemudian bergabung dengan Ordo Karmel di Boxmeer, Belanda. Anno memilih nama ayahnya, Titus, dan mengucapkan kaul sementaranya pada tahun 1899. Titus menunjukkan talentanya dalam jurnalisme dan juga menulis. Titus mampu berbahasa Italia, Frisian, Belanda, Inggris dan juga mampu membaca dalam bahasa Spanyol. Ia menerjemahkan karya St. Teresia dari Avila ke bahasa Belanda dan dipublikasikan pada tahun 1901.
Titus ditahbiskan menjadi imam pada 17 Juni 1905, dan pada 25 Oktober 1909 ia menyelesaikan studi filsafatnya di Universitas Kepausan Gregoriana. Titus kemudian mengajar di seminari Karmelit di Oss, dan kemudian ia juga menjadi editor surat kabar local pada tahun 1919. Titus turut menjadi pengajar di Universitas Katolik di Nijmegen, dan mengajar filsafat serta hidup mistik pada tahun 1923. Ia menjadi superior bagi rumah mahasiswa karmelit. Titus menjadi pembimbing spiritual yang terkenal.
Pada tahun 1932 ia ditunjuk sebagai presiden universitas, dan pada tahun 1935 menjadi penasehat bagi pada jurnalis katolik. Titus sempat bepergian ke Perancis, Jerman, Italia, Spanyol dan Amerika Serikat dalam melakukan karyanya.
Titus menentang dalam tulisannya terhadap hokum perkawinan yang anti-Yahudi. Hal ini menjadi awal perlawanannya terhadap Nazi. Ia mengecam para penulis katolik yang mempromosikan Nazi. Ketika Nazi menguasai Belanda, Titus ditangkap pada 19 Januari 1942. Ia dimasukkan ke dalam kamp konsentrasi Dachau, dimana ia disiksa setiap harinya, tetapi ia menunjukkan kasih yang sangat besar. Titus mengajak seluruh penghuni kamp untuk mendoakan para penjaga yang menyiksa mereka. Titus kemudian dijadikan kelinci percobaan untuk eksperimen.
Titus Brandsma disuntik mati sebagai martir pada 26 Juli 1942 di Dachau, Bavaria, Jerman. Ia diberikan suntikan oleh seorang perawat yang berapostasi meninggalkan Gereja. Titus kemudian dikremasi, sehingga tidak ada relikui yang tersisa. Pada 9 November 1984 ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II.
Baca juga orang kudus hari ini:

Renungan Hari Minggu Biasa XVII - B

Renungan Hari Minggu Biasa XVII, Thn B/I
Bac I  2Raj 4: 42 – 44; Bac II              Ef 4: 1 – 6;
Injil    Yoh 6: 1 – 15;
Ada ahli yang mengatakan bahwa mukjizat yang terjadi pada waktu Yesus memberi makan lebih dari lima ribu orang laki-laki bukan terletak pada lima jelai roti dan dua ikan yang diberikan kepada lebih dari lima ribu orang dan sisanya 12 bakul. Mukjizatnya terletak pada kesediaan orang untuk mau berbagi. Orang yang sebelumnya tetap pada ego-nya masing-masing, namun ketika melihat anak kecil menyerahkan lima roti dan dua ekor ikan miliknya untuk dibagikan kepada orang banyak, masing-masing akhirnya tergerak hatinya untuk mau berbagi. Lima roti dan dua ekor ikan telah mengubah orang yang egois menjadi mau memberi dan berbagi. Inilah mukjizatnya.
Alasannya cukup masuk akal. Orang bilang bahwa adalah kebiasaan orang yang suka bepergian selalu membawa bekal. Itu juga yang terjadi pada orang banyak yang berbondong-bondong datang kepada Yesus. Mereka membawa bekal. Pada mereka ada makanan. Namun mereka malu untuk mengeluarkannya. Mungkin mereka berpikir, “kalau saya keluarkan, tak cukup buat saya dan juga mereka ini.”
Akan tetapi seorang anak kecil telah mengubahnya. Seorang anak kecil maju menghadap Yesus dan menyerahkan yang ada padanya, yaitu lima jelai roti dan dua ekor ikan. Lalu Yesus, yang berada di puncak bukit, mengangkat tinggi-tinggi roti dan ikan tadi, kemudian membagi-bagikannya. Peristiwa ini dirasakan sebagai tamparan yang sangat memalukan. Maka, ketika roti itu dibagi-bagikan, pelan-pelan masing-masing orang mengeluarkan bekalnya dan saling berbagi. Dengan berbagi inilah maka akhirnya terjadi kelimpahan.
Peristiwa yang terjadi pada zaman Yesus, terjadi juga pada zaman nabi Elisa. Dengan memberi makan kepada orang-orang, maka akan terdapat sisa. Artinya, orang harus berani meninggalkan kepentingan diri sendiri dan mendahulukan orang lain. Memberi dan berbagi membuat kita berkelimpahan. Inilah yang mau disampaikan Tuhan.
Sabda Tuhan hari ini memang mau mengajak kita untuk mau saling berbagi. Dengan berbagi kita akan berkelimpahan. Dengan memberi kita menerima. Untuk itu kita diminta untuk berani menanggalkan ego kita, sikap mementingkan kepentingan diri sendiri. Kita harus mau dan berani mendahulukan kepentingan bersama atau orang lain. Beata Theresia dari Kalkuta pernah berkata bahwa penyakit terbesar saat ini bukanlah HIV/AIDS atau Kanker. Penyakit manusia yang terbesar saat ini adalah sikap egois. Sikap ini membuat manusia tidak peduli akan nasib sesamanya.
Oleh karena ini, semoga dengan sabda Tuhan hari ini, hati kita terbuka akan nasib sesama kita. Semoga kita mau memberi dan berbagi dengan orang lain. Karena dengan memberi dan berbagi kita akan berkelimpahan.***
by: adrian