Zaman
kini adalah zaman digital. Semua serba cepat. Jika dulu berlaku asas siapa yang
kuat dialah yang menang, di zaman kini siapa yang cepat dialah yang menang. Yang
cepat akan mengalahkan yang lambat. Karena itu, manusia dihargai dari kecepatan
kinerjanya. Dalam dunia kerja, kecepatan menjadi perhatian utama. Dan karena
mesin bisa lebih cepat daripada tenaga manusia, tak heran banyak perusahaan
lebih menggunakan mesin ketimbang tenaga manusia.
Tuntutan
kecepatan ini membuat manusia hidup dalam derap waktu yang super sibuk. Memang terlihat
seakan manusia menghargai waktu. Namun di balik itu ada segudang kecemasan jika
tidak mengimbangi kecepatan perputaran roda waktu. Terlambat sedikit, maka bisa
digilas roda sang waktu. Maklum, manusia dihargai dari kecepatannya.
Kisah
di bawah ini dapat memberi inspirasi bagi kita di zaman yang serba cepat.
Selasa pagi, pukul 09.30
WIB, seperti biasa jalan Imam Bonjol dilewati sebagian besar warga Jakarta.
Saya menyetir tergesa-gesa, dan sudah hampir terlambat rapat penting di pusat
Jakarta. Saat itu, waktu menunjukkan “3 in 1”. Saya menggerutu kecil. “Jamnya
nanggung. 30 menit lagi sudah selesai, tapi jika menunggu 30 menit, saya bisa
terlambat satu jam.”