Jumat, 14 Maret 2014

Liburan 2013: Stasiun Balapan, Solo

Berfoto di stasiun Solo Balapan setelah pulang dari Tawamangu.
Menuju Yogyakarta untuk bersiap menyambut pergantian tahun
 
 
 

Orang Kudus 14 Maret: St. Lousia de Marillac

SANTA LOUSIA DE MARILLAC
Louisa de Marillac lahir pada 12 Agustus 1591 di Paris, Perancis. Ia adalah puteri dari Louis de Marillac, seorang bangsawan, dan Marguerite Le Camus. Ibunya meninggal dunia tidak lama setelah Louisa dilahirkan. Ketika ayahnya menikah kembali, Louisa dititipkan kepada bibinya yang juga merupakan biarawan Dominikan untuk memperoleh pendidikan. Louisa kemudian memiliki ketertarikan untuk menjadi seorang biarawati Capuchinesses pada usia enambelas tahun, tetapi pembimbing spiritualnya mencoba untuk mencegahnya. Ketika ayahnya meninggal, Louisa dihadapkan pada pilihan sulit dan ia pun memilih untuk menikah dengan Antoine LeGras, sekretaris Maria de Medici, Ratu Perancis. Pernikahannya yang bahagia membuahkan seorang putera pada 13 Oktober 1613. Louisa berkarya amal dalam membantu orang-orang miskin. Pada tahun 1619, ia berkenalan dengan Santo Fransiskus dari Sales yang berada di Paris. Pada 21 Desember 1625, Louisa kehilangan suaminya, setelah menderita penyakit yang berkepanjangan. Ia kemudian berkenalan dengan Santo Vinsensius de Paulo, yang baru mendirikan Kongregasi Misi. Vinsensius kemudian menjadi pembimbing spiritualnya. Louisa membantunya dalam karya Persaudaraan Kasih pada paroki-paroki di Paris. Pada 29 November 1633, ia melatih wanita-wanita muda di rumahnya untuk melayani kebutuhan orang-orang miskin, dan menjadi awal berdirinya Putri-Putri Kasih Santo Vinsensius de Paulo. Pada tahun 1634, Louisa mengucapkan kaul dan pada 1655, kongregasi ini mendapat pengakuan. Louisa de Marillac, D.C., meninggal dunia pada 15 Maret 1660 di Paris, Perancis. Pada 9 Mei 1920, ia dibeatifikasi oleh Paus Benediktus XV dan pada 11 Maret 1934, ia dikanonisasi oleh Paus Pius XI.

Renungan Hari Jumat Prapaskah I - A

Renungan Hari Jumat Prapaskah I, Thn A/I
Bac I : Yeh 18: 21 – 28; Injil       : Mat 5: 20 – 26

Sabda Tuhan hari ini berbicara soal ajakan untuk selalu berbuat baik. Dalam bacaan pertama, Nabi Yehezkhiel mengajarkan bahwa tobat yang disertai dengan kesetiaan pada ketetapan Allah, melakukan keadilan dan kebenaran, dapat mendatangkan keselamatan, yaitu hidup (ay. 21). Tuhan tidak akan mengingat lagi dosa dan pelanggaran di masa lalu. Akan tetapi, jika umat berbuat dosa, maka Tuhan tidak akan mengingat-ingat kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukan. Ini mau menekankan agar umat jangan jatuh ke dalam dosa, selalu berbuat baik dan selalu bertobat.

Yesus juga, dalam Injil hari ini, menekankan ajakan untuk berbuat baik. Malah Yesus menuntut lebih; tidak sekedar baik saja. Yesus tidak berhenti pada tuntutan tidak membunuh, melainkan berlanjut pada permintaan untuk tidak marah atau memfitnah sesama. Intinya, Yesus menghendaki agar para murid-Nya lebih baik dari biasanya.

Masa prapaskah merupakan masa tobat. Pada masa ini kita diajak untuk berefleksi, melihat diri kita sendiri. Apakah hidup keagamaan kita sudah baik atau belum. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita, bila hidup keagamaan kita belum baik, maka kita diajak untuk bertobat. Tuhan menghendaki keselamatan dalam hidup kita. Tobat dapat membawa keselamatan itu. Bila kita merasa hidup keagamaan kita sudah baik, Tuhan tetap meminta kita untuk bisa lebih baik lagi.

by: adrian