Kamis, 28 Mei 2015

Orang Kudus 28 Mei: St. Bernardus Montjoux

SANTO BERNARDUS MONTJOUX, IMAM
Bernardus dari Montjoux dikenal sebagai pelindung para pencinta pengunungan Alpen dan para pendaki gunung. Untuk membantu para wisatawan, Bernardus bersama pembantu-pambantunya mendirikan dua buah rumah penginapan. Dari nenek moyangnya, ia diketahui berketurunan Italia. Tanggal kelahirannya tidak diketahui dengan pasti, tapi hari kematiannya diketahui terjadi pada 28 Mei 1081 di Boara Santo Laurensius, Novara, Italia.
Kisah masa kecilnya dan masa mudanya telah banyak dikaburkan oleh berbagai legenda. Meski demikian, suatu hal yang pasti tentang dirinya ialah tentang pendidikan imamatnya. Pendidikan imamatnya dijalaninya bersama Petrus Val d’ Isere, seorang Diakon Agung di Keuskupan Aosta. Aosta adalah sebuah kota di Italia yang terletak di pegunungan Alpen dan berjarak 50 mil dari perbatasan Perancis dan Swiss.
Karena semangat kerasulannya yang tinggi, ia diangkat menjadi Vikaris Jenderal Keuskupan Aosta. Dalam jabatan ini, Bernardus membawa angin pembaharuan di antara rekan-rekannya, biarawan-biarawan Kluni di Burgundia. Ia berusaha mendorong mereka merombak aturan-aturan biara yang terlalu klerikal dan keras. Ia mendirikan sekolah-sekolah dan rajin mengelilingi seluruh wilayah diosesnya.
Pada abad pertengahan, peziarah-peziarah dari Perancis dan Jerman rajin datang ke Italia melalui dua jalur di pengunungan Alpen. Banyak dari mereka mati kedinginan karena badai salju, atau karena ditangap oleh perampok di jalan. Melihat kejadian-kejadian itu, maka pada abad IX Bernardus berusaha mendirikan dua buah rumah penginapan di antara dua jalur jalan itu, tepatnya di gunung Javis (Mentjoux), yang sekarang dikenal dengan nama Gunung Blanc. Dua rumah penginapan ini sungguh membantu para peziarah itu. Tetapi kemudian pada abad XII, rumah-rumah itu runtuh diterpa badai salju. Sebagai gantinya Bernardus mendirikan lagi dua buah rumah penginapan baru, masing-masing terletak di dua jalur jalan itu dengan sebuah biara berdiri di dekatnya. Kedua jalan ini sekarang dikenal dengan nama Jalan Besar dan Jalan Kecil Santo Bernardus. Untuk membina akhlak para petgas rumah penginapan dan anggota-angota biarawan yang menghuni biara itu, Bernardus menetapkan aturan-aturan Biara Santo Agustinus. Ia menerima pengakuan dan izin khusus dari Bapa Paus untuk membimbing para novisnya dalam bidang karya pelayanan para wisatawan.
Karya mereka ini berkembang pesat dari hari ke hari didukung oleh seekor anjing pembantu. Tugas utama mereka ialah berusaha membantu para wisatawan dalam semua kesulitannya dengan makanan dan rumah penginapan, serta menguburkan orang-orang yang mati. Ketenaran karya pelayanan mereka ini kemudian berkembang dalam berbagai bentuk legenda. Kemurahan hati dan keramah-tamahan mereka menarik perhatian banyak orang, terutama keluarga-keluarga kaya. Keluarga-keluarga kaya ini menyumbangkan sejumlah besar dana demi kemajuan karya pelayanan Bernardus dan kawan-kawannya. Legenda tentang anjing pembantu Bernardus masih berkembang hingga sekarang. Setelah berkaya selama 40 tahun lamanya sebagai Vikaris Jenderal, Bernardus meninggal dunia pada 28 Mei 1081 di Biara Santo Laurensius. Paus Innocentius XI (1676 – 1689) menggelari dia ‘kudus’ pada tahun 1681. Dan pada tahun 1923, oleh Paus Pius XI (1922 – 1939), Bernardus diangkat sebagai pelindung para pencinta pegunungan Alpen dan para pendaki gunung.
sumber: Iman Katolik
Baca juga riwayat orang kudus 28 Mei:

Renungan Hari Kamis sesudah Pentakosta - Thn I

Renungan Hari Kamis VII, Thn B/I
Bac I  Sir 42: 15 – 25; Injil                  Mrk 10: 46 – 52;

Dalam kitabnya, yang menjadi bacaan pertama hari ini, Putera Sirakh menampilkan kebesaran dan kemuliaan Tuhan. Semua itu dapat dilihat dari segala ciptaan-Nya yang mengagumkan. Bagi penulis, semua buatan tangan Tuhan sungguh menjadi tontonan yang mulia, sehinga ia tidak pernah merasa bosan menyaksikan kemuliaan Tuhan itu. Di sini Putra Sirakh secara implisit mau menyatakan kekecilan dirinya di hadapan karya Tuhan itu. Karena itu, sikap yang hendak dibangun adalah sikap bersyukur.
Kebesaran dan kemuliaan Tuhan juga terlihat dalam Injil hari ini. Kebesaran dan kemuliaan ada dalam diri Tuhan Yesus. Dikisahkan dalam Injil bahwa pada waktu Tuhan Yesus keluar dari Yerikho, ada seorang pengemis buta, bernama Bartimeus, anak Timeus. Bartimeus memohon kepada Tuhan Yesus untuk menyembuhkannya. Dan Tuhan mengabulkan permohonannya. Dalam peristiwa ini orang dapat melihat kebesaran dan kemuliaan Tuhan. Bartimeus menghaturkan syukur kepada Tuhan Yesus dengan mengikuti Dia dalam perjalanan.
Sabda Tuhan hari ini mau mengatakan kepada kita bahwa Allah adalah Tuhan yang maha agung dan mulia. Keagungan dan kemuliaan-Nya dapat dilihat dalam ciptaan dan peristiwa kehidupan kita. Tak jarang pula kita merasakan dan menikmati kebesaran-Nya. Namun penjadi persoalan adalah apakah kita menyadarinya? Ketidaksadaran itu membuat kita melihat segala peristiwa dan juga alam ciptaan sebagai sesuatu yang biasa saja, sehingga kita lupa untuk bersyukur. Melalui sabda-Nya ini Tuhan menghendaki supaya kita senantiasa menanamkan rasa syukur kepada Tuhan atas apa yang kita alamai dalam kehidupan.***
by: adrian